Share

Bab 3 Siuman

Penulis: Rindu_Mentari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-20 21:53:56

Pria bertopeng itu kaget ketika mendengar pintu kamar terbuka dan secara spontan menoleh ke belakang dan ternyata Lucas yang datang, ia telah mengejutkannya.

"Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan," kata Lucas sambil melangkah maju menghampiri pria bertopeng.

"Kenapa masuk tanpa mengetuk?" ujar pria bertopeng itu kesal.

"Terserah aku dong!" jawab Lucas dengan santainya.

"Minggir, aku mau memeriksanya," ucap Lucas ketus.

Pria bertopeng itu memiringkan badannya, ia menyingkir dari hadapan La Rossa dan memberi ruang kepada Lucas untuk memeriksa La Rossa.

"Sepertinya ia enggan untuk bangun, kemungkinan terbesar ada sebuah trauma yang membuatnya tidak ingin kembali ke dunia ini," ucap Lucas menjelaskan kondisi La Rossa pada pria bertopeng itu.

"Trauma?" ulang pria bertopeng itu.

"Huum," jawab Lucas singkat.

Pria bertopeng itu mengerutkan dahinya, ke dua alisnya bertaut menjadi satu. Nampak ia tengah berpikir keras.

"Apa yang membuatmu takut untuk kembali ke dunia ini? Apa tragedi itu?" gumam pria bertopeng lirih.

"Aku kesini mau pamit sama kamu, kalau malam ini aku akan pergi ke Amerika dan pekerjaanku dilimpahkan pada dokter Harun," kata Lucas.

"Kenapa mendadak!" ucap pria bertopeng kesal dengan penjelasan dari Lucas.

"Semuanya mendadak, aku juga baru dapat kabar dari Papa barusan, kalau Oma masuk Rumah Sakit," ucap Lucas dengan nada sedih karena Omanya sakit.

"Pergilah!" ucap pria bertopeng.

"Tidak bisakah kamu berubah menjadi seperti dulu lagi, orang yang ku kenal dengan kehangatannya, senyuman itu, aku rindu," ucap Lucas sedih.

"Dia sudah mati! Jangan pernah mengingatkanku tentangnya," pria bertopeng itu marah.

"Tapi ...," Lucas menghentikan ucapannya ketika ia menatap kedalam retina pria bertopeng itu.

Ada kebencian dan kemarahan dalam tatapan matanya, ia menatap tajam ke arah Lucas dengan sorot mata yang penuh dengan amarah.

"Maafkan aku," lirih Lucas dengan nada yang sedih.

Disaat mereka tengah berdebat, La Rossa menggerakkan jari tangannya. "Air," lirihnya.

Lucas yang berada dekat dengan La Rossa mendengar suara lirihnya, ia langsung membalikkan badannya menghadap ke arah La Rossa yang tengah terbaring tak berdaya. Pria bertopeng pun mendekat dan pada saat Lucas akan memberinya minum, tiba-tiba tindakannya dihentikan oleh pria bertopeng.

"Biar aku saja," pinta pria bertopeng.

Lucas menyerahkan botol air mineral yang ada dalam genggamannya pada pria bertopeng dan ia juga mundur kebelakang memberi ruang pada pria bertopeng.

Pria bertopeng itu meraih air mineral dalam botol itu dan meneteskannya pada bibir La Rossa setetes demi setetes menggunakan sedotan, La Rossa yang bibirnya basah mencoba menyesap air itu dengan mata masih terpejam.

Pria bertopeng itu terus memberi La Rossa air melalui sedotan sedikit demi sedikit karena ia masih belum pulih sepenuhnya. Melihat La Rossa menyesap air itu, pria bertopeng menyunggingkan sudut bibirnya, ada binar bahagia dimatanya. Sayangnya Lucas tidak melihat itu.

"Kamu sudah sadar?" pria bertopeng itu bertanya pada La Rossa saat melihatnya membuka kedua matanya.

La Rossa mengerjap-ngerjapkan matanya, ia mencoba untuk mengatur cahaya yang masuk kedalam retinanya.

"Dimana aku?" tanya La Rossa dengan suara lirih dan lemah.

"Kamu ada ditempat yang aman," jawab pria bertopeng.

La Rossa yang sudah mampu melihat dengan jelas mengedarkan pandangannya ke segala arah, ia melihat sebuah ruangan yang serba putih. Didepannya berdiri sosok yang tinggi dan gagah meski tubuhnya dibalut dengan jubah hitam yang hampir menjuntai dilantai. Wajahnya tertutupi topeng perak yang hanya menyisakan kedua bola mata dan bibirnya saja.

"Kamu siapa?" tanya La Rossa lirih.

"Aku ...," Pria bertopeng itu menghentikan ucapannya ketika ia melihat La Rossa yang sedang berusaha bangun dari tidurnya dan meringis menahan rasa sakit diperutnya.

"Jangan bangun dulu!" teriak Lucas yang dengan cepat bergegas menghampiri La Rossa.

Lucas menghentikan gerakan La Rossa, ia menahan tubuhnya yang sedang berusaha untuk bangun.

"Lukamu belum benar-benar sembuh, jangan banyak bergerak dulu," ucap Lucas.

Lalu Lucas memeriksa kondisi La Rossa, ia merasa heran dengan daya tubuh gadis yang ada dihadapannya. Bagaimana bisa gadis yang terlihat begitu lemah namun menyimpan kekuatan yang begitu besar, jika bukan dirinya mungkin ia sudah meninggal akibat tidak kuat menahan serangan racun dalam darahnya dan menahan luka tusukan yang hampir mengenai organ vitalnya.

"Kamu hebat mampu bertahan sampai saat ini, itu merupakan sebuah keajaiban." puji Lucas pada La Rossa.

Lucas yang tidak mengetahui profesi La Rossa menganggap lemah gadis yang ada dihadapannya, kalau saja ia tahu siapa La Rossa sesungguhnya, mungkin ia tidak akan percaya. Bagaimana tidak, La Rossa yang memiliki tubuh mungil dengan wajah yang begitu imut menjadi wanita yang kejam berdarah dingin dengan profesi sebagai pembunuh bayaran profesional.

Dalam kelompoknya ia sebagai anak emas, misinya tidak pernah gagal. Tapi saat menjalankan misi kali ini ia hampir kehilangan nyawanya akibat dari tidak validnya data yang ia terima.

La Rossa menatap pria bertopeng, ia membatin dalam hatinya, 'sorot mata itu.'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 84

    Gilbert semalaman menggempur La Rossa sampai ia kesulitan bangun. "Sstthh! Tubuhku seperti mau remuk," desis La Rossa. "Kenapa dia begitu kuat? Apa yang membuatnya seperti itu?" gumam La Rossa. La Rossa beringsut berusaha untuk turun dari ranjang tempatnya semalam di gempur habis-habisan oleh Gilbert. "Duh, kenapa kakiku berasa lunglai begini ya?" ujar La Rossa mengeluh dalam hati. La Rossa berjalan dengan tertatih menuju ke kamar mandi, sejak membuka matanya La Rossa tak menemukan Gilbert di mana pun. "Ke mana perginya Gilbert?" "Apa mungkin ia sedang berjalan di tepi pantai?" "Ish!" desis La Rossa kesal saat membayangkan suaminya malah tengah asyik menikmati suasana pagi dengan berjalan-jalan di tepi pantai sambil memandang matahari terbit. La Rossa keluar dari kamarnya, perutnya terasa lapar. Ia pun pergi menuju dapur dan ternyata Gilbert tengah asyik memasak. "Kamu di sini?" tanya La Rossa heran. "Berarti tuduhanku tadi salah," gumam La Rossa dalam hati. Gilbert menol

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 82

    "Stop di sana!" perintah Gilbert."Perbesar!" Lanjut Gilbert.Gilbert tersenyum penuh kemenangan."Jo, bawa wanita sialan itu! Kita berangkat sekarang!" perintah Gilbert pada Jonathan.Jonathan tak mengerti dengan perintah yang Gilbert berikan."Wanita mana? Pergi ke mana?" tanya Jonathan.Gilbert yang sudah bersiap meninggalkan ruangan itu langsung menghentikan langkahnya "Jo, sejak kapan kamu berubah menjadi bodoh?" tanya Gilbert dengan nada kesal."Wanita yang telah berani menggodaku dan kita akan pergi menemui La Rossaku!" tegas Gilbert.Lalu, ia kembali berjalan menuju ke pintu dan ke luar dari ruangan itu. Yang kemudian di susul oleh Jonathan.Malam itu juga, Gilbert langsung pergi menyusul La Rossa dengan menggunaksn pesawat pribadi.Gilbert duduk dengan tenang, kali ini tak ada kecemasan dalam raut wajahnya.'Aku menemukanmu, Ros. Kamu tak akan bisa pergi jauh dariku,' batin Gilbert senang.Sementara itu, di belakangnya ada seorang wanita yang tengah memperhatikannya dengan s

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 81

    Gilbert frustasi, ia benar-benar tak tahu lagi harus mencari La Rossa ke mana?Sudah sejak siang hingga malam hari Gilbert mencari La Rossa. Ia sudah mendatangi banyak tempat. Namun, tak ada satu pun tempat yang ia kunjungi menandakan adanya La Rossa di sana."Aaarrrrggghhh!" Gilbert berteriak kencang.Wajahnya sudah lecek dengan penampilan yang kusut. Otaknya tiba-tiba terasa buntu. Ia tidak lagi bisa berpikir dengan jernih.Gilbert menyugar rambutnya kasar. Ia memaki dirinya sendiri."Sial!" makinya.Gilbert melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya."Sudah larut malam," ucapnya pada diri sendiri.Gilbert memutuskan untuk pulang. Sesampainya di dalam kamarnya. Gilbert menatap ranjang besar tempatnya semalam menghabiskan waktu bersama La Rossa.Ia mengusap ranjang itu dengan telapak tangannya."Ros," panggilnya lirih.Akibat kelelahan lama kelamaan mata Gilbert menutup. Ia terlelap tidur.Pagi pun menjelang, pintu depan rumah Gilbert di gefor sangat keras.Took! Toook!P

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 80

    La Rossa menenteng rantang yang berisi masakan hasil buatannya sendiri dengan arahan koki di rumahnya.La Rossa memeluk rantang di tangannya sembari tersenyum bahagia."Gilbert pasti suka," ucap La Rossa bergumam lirih. Ia terus mengulas senyum di bibirnya.La Rossa pergi ke kantornya Gilbert dengan diantar supir.Mobil memasuki area parkir dan kemudian La Rossa turun dari mobil. Ia masuk ke dalam gedung perusahaan milik Gilbert dan gegas pergi menuju lift.La Rossa berjalan dengan langkah lebar dan hati yang riang gembira, ia begitu tak sabar ingin menunjukan hasil masakannya pada Gilbert."Pasti dia sangat senang," gumam La Rossa.Para karyawan yang berpapasan dengan La Rossa menyapanya ramah. Dulu sekali, ia pernah menjadi pengganti Gilbert di kantor itu, sehingga banyak karyawan yang mengenalnya.La Rossa hanya mengangguk lirih menanggapi sapaan mereka.La Rossa berjalan di koridor, ia menenteng rantangnya.Begitu sampai di depan kantor Gilbert, La Rossa langsung masuk ke dalam ta

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 79

    La Rossa dan Gilbert terlelap tidur setelah mereka bermandi peluh. Rasa lelah setelah bergumul membuat mereka tertidur.Malam pun berlalu dengan syahdunya.Keesokan harinya mereka langsung cek out dari hotel. Gilbert membawa La Rossa ke sebuah rumah yang sangat megah dan mewah.Mereka turun dari mobil yang membawa mereka ke sana.Setelah menapaki teras rumah La Rossa dan Gilbert langsung di sambut oleh para pelayan yang berbaris rapi dengan seragam khas maid."Selamat datang, Tuan, Nyonya," sapa mereka serempak.La Rossa berusaha bersikap ramah dengan mengulum senyum.Sementara Gilbert hanya mengangguk pelan.Gilbert membawa La Rossa ke atas melewati tangga satu demi satu.Gilbert membuka kamar itu dan mempersilahkan La Rossa untuk masuk terlebih dahulu."Kamarnya sangat luas," ucap La Rossa."Kenapa kita harus tinggal di rumah sebesar ini? Padahal kita hanya tinggal berdua saja," ujar La Rossa."Apa kamu tak menyukainya?" tanya Gilbert."Suka. Hanya saja aku lebih nyaman tinggal di r

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 78

    Gilbert dan La Rossa meresmikan hubungan mereka di depan penghulu dengan wali hakim karena La Rossa tak memiliki saudara.Pernikahan mereka di gelar di KUA dan di saksikan oleh Jonny, Profesor Huang, Anisa, Lucas, Jonathan dan Susan.Mereka menjadi saksi keabadian cinta mereka.La Rossa menggelayut manja di lengan Gilbert yang kokoh."Terima kasih. Aku bahagia sekali," ucap La Rossa mengungkapkan rasa bahagianya."Tidak, sayang. Aku lah yang seharusnya berterima kasih padamu karena telah menerimaku apa adanya meski wajahku ini awalnya buruk rupa bagai monster, tapi kamu tetap menerimaku," ungkap Gilbert.La Rossa mencium punggung tangan Gilbert setelah ijab qobul diikrarkan dan Gilbert mencium kening La Rossa.Jonny menghampiri mereka berdua."Selamat ya, Ros," ucap Jonny, "Kini dia aku serahkan padamu. Jaga dia dengan baik," Lanjut Jonny sambil menepuk pundak Gilbert.Gilbert menepuk dadanya bangga, "Serahkan saja padaku. Aku akan menjaganya melebihi diriku sendiri," ucapnya."Hm," J

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status