Share

Bab 3 Siuman

Pria bertopeng itu kaget ketika mendengar pintu kamar terbuka dan secara spontan menoleh ke belakang dan ternyata Lucas yang datang, ia telah mengejutkannya.

"Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan," kata Lucas sambil melangkah maju menghampiri pria bertopeng.

"Kenapa masuk tanpa mengetuk?" ujar pria bertopeng itu kesal.

"Terserah aku dong!" jawab Lucas dengan santainya.

"Minggir, aku mau memeriksanya," ucap Lucas ketus.

Pria bertopeng itu memiringkan badannya, ia menyingkir dari hadapan La Rossa dan memberi ruang kepada Lucas untuk memeriksa La Rossa.

"Sepertinya ia enggan untuk bangun, kemungkinan terbesar ada sebuah trauma yang membuatnya tidak ingin kembali ke dunia ini," ucap Lucas menjelaskan kondisi La Rossa pada pria bertopeng itu.

"Trauma?" ulang pria bertopeng itu.

"Huum," jawab Lucas singkat.

Pria bertopeng itu mengerutkan dahinya, ke dua alisnya bertaut menjadi satu. Nampak ia tengah berpikir keras.

"Apa yang membuatmu takut untuk kembali ke dunia ini? Apa tragedi itu?" gumam pria bertopeng lirih.

"Aku kesini mau pamit sama kamu, kalau malam ini aku akan pergi ke Amerika dan pekerjaanku dilimpahkan pada dokter Harun," kata Lucas.

"Kenapa mendadak!" ucap pria bertopeng kesal dengan penjelasan dari Lucas.

"Semuanya mendadak, aku juga baru dapat kabar dari Papa barusan, kalau Oma masuk Rumah Sakit," ucap Lucas dengan nada sedih karena Omanya sakit.

"Pergilah!" ucap pria bertopeng.

"Tidak bisakah kamu berubah menjadi seperti dulu lagi, orang yang ku kenal dengan kehangatannya, senyuman itu, aku rindu," ucap Lucas sedih.

"Dia sudah mati! Jangan pernah mengingatkanku tentangnya," pria bertopeng itu marah.

"Tapi ...," Lucas menghentikan ucapannya ketika ia menatap kedalam retina pria bertopeng itu.

Ada kebencian dan kemarahan dalam tatapan matanya, ia menatap tajam ke arah Lucas dengan sorot mata yang penuh dengan amarah.

"Maafkan aku," lirih Lucas dengan nada yang sedih.

Disaat mereka tengah berdebat, La Rossa menggerakkan jari tangannya. "Air," lirihnya.

Lucas yang berada dekat dengan La Rossa mendengar suara lirihnya, ia langsung membalikkan badannya menghadap ke arah La Rossa yang tengah terbaring tak berdaya. Pria bertopeng pun mendekat dan pada saat Lucas akan memberinya minum, tiba-tiba tindakannya dihentikan oleh pria bertopeng.

"Biar aku saja," pinta pria bertopeng.

Lucas menyerahkan botol air mineral yang ada dalam genggamannya pada pria bertopeng dan ia juga mundur kebelakang memberi ruang pada pria bertopeng.

Pria bertopeng itu meraih air mineral dalam botol itu dan meneteskannya pada bibir La Rossa setetes demi setetes menggunakan sedotan, La Rossa yang bibirnya basah mencoba menyesap air itu dengan mata masih terpejam.

Pria bertopeng itu terus memberi La Rossa air melalui sedotan sedikit demi sedikit karena ia masih belum pulih sepenuhnya. Melihat La Rossa menyesap air itu, pria bertopeng menyunggingkan sudut bibirnya, ada binar bahagia dimatanya. Sayangnya Lucas tidak melihat itu.

"Kamu sudah sadar?" pria bertopeng itu bertanya pada La Rossa saat melihatnya membuka kedua matanya.

La Rossa mengerjap-ngerjapkan matanya, ia mencoba untuk mengatur cahaya yang masuk kedalam retinanya.

"Dimana aku?" tanya La Rossa dengan suara lirih dan lemah.

"Kamu ada ditempat yang aman," jawab pria bertopeng.

La Rossa yang sudah mampu melihat dengan jelas mengedarkan pandangannya ke segala arah, ia melihat sebuah ruangan yang serba putih. Didepannya berdiri sosok yang tinggi dan gagah meski tubuhnya dibalut dengan jubah hitam yang hampir menjuntai dilantai. Wajahnya tertutupi topeng perak yang hanya menyisakan kedua bola mata dan bibirnya saja.

"Kamu siapa?" tanya La Rossa lirih.

"Aku ...," Pria bertopeng itu menghentikan ucapannya ketika ia melihat La Rossa yang sedang berusaha bangun dari tidurnya dan meringis menahan rasa sakit diperutnya.

"Jangan bangun dulu!" teriak Lucas yang dengan cepat bergegas menghampiri La Rossa.

Lucas menghentikan gerakan La Rossa, ia menahan tubuhnya yang sedang berusaha untuk bangun.

"Lukamu belum benar-benar sembuh, jangan banyak bergerak dulu," ucap Lucas.

Lalu Lucas memeriksa kondisi La Rossa, ia merasa heran dengan daya tubuh gadis yang ada dihadapannya. Bagaimana bisa gadis yang terlihat begitu lemah namun menyimpan kekuatan yang begitu besar, jika bukan dirinya mungkin ia sudah meninggal akibat tidak kuat menahan serangan racun dalam darahnya dan menahan luka tusukan yang hampir mengenai organ vitalnya.

"Kamu hebat mampu bertahan sampai saat ini, itu merupakan sebuah keajaiban." puji Lucas pada La Rossa.

Lucas yang tidak mengetahui profesi La Rossa menganggap lemah gadis yang ada dihadapannya, kalau saja ia tahu siapa La Rossa sesungguhnya, mungkin ia tidak akan percaya. Bagaimana tidak, La Rossa yang memiliki tubuh mungil dengan wajah yang begitu imut menjadi wanita yang kejam berdarah dingin dengan profesi sebagai pembunuh bayaran profesional.

Dalam kelompoknya ia sebagai anak emas, misinya tidak pernah gagal. Tapi saat menjalankan misi kali ini ia hampir kehilangan nyawanya akibat dari tidak validnya data yang ia terima.

La Rossa menatap pria bertopeng, ia membatin dalam hatinya, 'sorot mata itu.'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status