Home / Romansa / Magang Jadi Istri CEO / MJIC - 112 Kalian Sekongkol, ya?

Share

MJIC - 112 Kalian Sekongkol, ya?

Author: senjaaaaaa
last update Last Updated: 2025-09-20 22:12:36

Suara ketukan yang menggema seakan memotong tegangnya momen di antara kami. Aku sontak membuka mataku dengan cepat, lalu buru-buru menarik tanganku dari genggaman Rayhan dan menjauhkan bibir kami yang hampir bersentuhan.

Rayhan terlihat menutup mata sebentar, lalu menarik napas panjang seolah menahan rasa sebal karena momen pentingnya diusik. Ia melirikku sekilas, senyum tipis yang penuh arti tersungging di bibirnya, lalu ia berbisik pelan ke arahku, “Belum selesai, Kay.”

Ketukan kembali terdengar di bibir pintu, kali ini sedikit lebih keras. “Pak Rayhan, mohon maaf, Pak Jaja sudah berada di di lobi dan Anda harus segera ke bandara,” ujar sekretaris pribadinya dari balik pintu.

Aku tercekat begitu mendengarnya. Jadi ini beneran? Semua persiapannya ternyata sudah selesai tanpa aku tahu sedikit pun?

Rayhan bereham sejenak, seakan menghilangkan rasa panas di dalam dirinya, lalu menoleh ke arah pintu. “Baik. Saya turun sebentar lagi.”

Aku mendelik ke arahnya, mulutku hendak terbuka untuk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 120 Ditemenin aku juga, Kay?!

    Aku menatap Rayhan kesal. “Rayhan!” geramku menahan suara.Rayhan tertawa pelan, terdengar hangat, seolah ketakutanku adalah hal yang membahagiakan untuknya. Lalu, dia mencondongkan wajahnya ke arahku, berbisik di dekat telingaku. “Tenang aja, Sayang. Selama aku ada di samping kamu, nggak ada yang bisa ganggu kamu, siapapun itu,” ujarnya yang membuatku mengalihkan wajah sembari mengulum senyum sekuat mungkin.“Mari kita lihat lodge milik kalian,” ujar Pieter dengan sopan, seakan ia tengah memecahkan suasana canggung di antara kami.Aku mengangguk, lalu berjalan di belakangnya dan diikuti oleh Rayhan seta Albert yang berada di belakangku. Kami dibawa menyusuri jembatan kayu dengan tinggi kurang dari satu meter yang berakhir di sebuah tenda besar dengan atap kanvas berwarna putih krem. Dari luar saja, sudah terlihat berbeda—bukan seperti tenda biasa, melainkan seperti villa kecil yang menyatu dengan alam.“Di samping kanan dan kiri lodge kalian, di tempati oleh wisataan dari Amerika Ser

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 119 Singa Nyelonong

    Seorang pria tinggi berkulit gelap dengan senyum ramah bersiap menyambut kami begitu helikopter mendarat dengan sempurna di sebuah helipad yang terletak di tengah savana. Mengenakan seragam safari khaki lengkap dengan topi lebarnya, membuatnya terlihat seperti pemandu dari film dokumenter yang biasa kutonton bareng Fina ... ahm ngomongin Fina, sekarang lagi apa, ya? Aku menuruni tangga helikopter dengan bantuan Rayhan yang memegang jemariku erat, dan disambut dengan udara panas bercampur semilir angin savana yang langsung menyergap kulitku, sementara mataku beralih menatap padang savana yang luas di sepanjang mata memandang.“Welcome, Mr. Rayhan and Ms. Kayla,” sapanya dengan aksen khas Zimbabwe —mirip logat Inggris, tapi terdengar lebih berat, dan pengucapannya sedikit lambat. Cukup unik karena ada pengaruh logat Ndebele yang tak sepenuhnya hilang, tetapi tiap kata yang diucapkan memberi kesan hangat sekaligus terdengar eksotis. “Saya Albert, ranger yang akan menjaga Anda selama ber

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 118 Boleh Cium Lagi, Nggak?

    “Excusse me,” ujar guide yang duduk tepat di samping pilot, membuatku mengalihkan pandangan ke arahnya. “Would you like to take a picture?” tanyanya dengan menggerakkan tanganya seolah tengah memotret.Aku refleks menoleh ke arah Rayhan, meminta pendapat kepadanya, akna tetapi, dia hanya mengangkat bahunya acuh, lalu melirikku dengan mengangakt sebelah alisnya. “Kenapa nggak? Biar ada kenang-kenangannya.”Aku mengangguk paham, lalu kembali menatap guide yang kini sudah memegang sebuah kamera di tangannya. “Of course,” jawabku tersenyum.Guide yang bernama Pieter itu tersenyum, lalu mengisyaratkan agar kami duduk lebih dekat. Rayhan bergeser dengan cepat, meraih pinggangku dan menarik tubuhku ke sisinya. Aku sedikit terkejut dengan tindakannya, mataku melotot ke arahnya dengan bibir tertahan aga tak mengeluarkan geraman, tapi headsetku menangkap tawa kecil darinya, seolah ia tak merasa bersalah.“Gaya romantis, please,” ujar Pieter memberi instruksi sambil mengangkat kameranya.Rayhan

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 117 Victoria Falls

    “Suka, kan?” tanya Rayhan terdengar melalui headset.Aku hanya bisa mengangguk pelan. “Suka banget ... aku baru pertama kali naik helikopter,” jawabku tak bisa menahan haru.“Aku udah bilang sama kamu, kamu bakal lupa sama panasnya Afrika kalau kamu udah lihat semua ini,” jawabnya terdengar puas. “Dan omongan aku bener kejadian.”Benar saja. Begitu helikopter terbang lebih tinggi dan meninggalkan area bandara, lanskap Negara Zimbabwe yang terbentang luas di depan mata membuatku terpaku. Hamparan savana yang membentang di sejauh mata memandang membuatku seakan berada di dunia lain, di tengahnya terdapat sungai besar yang tampak berliku seolah membelah padang savana, pemandangan yang begitu menakjubkan ditambah dengan pesona langit biru bercampur dengan cahaya oranye sore yang mulai turun, membuat bayangan pepohonan akasia yang memanjang di atas tanah.Aku semakin terdiam, mataku tak sanggup berpaling dari jendela, bahkan untuk sekedar menatap Rayhan-pun aku tak mampu. “Cantik banget, Ra

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC 116 - Goes to Africa

    Pesawat kembali mendarat di Harare International Airport sekitar jam sebelas siang waktu lokal. Setelah melewati pengecekan di bagian imigrasi, menunggu bagasi, dan segala prosedur standar bagi turis asing, tak terasa waktu sudah bergerak hingga pukul satu siang. Begitu keluar dari pintu kedatangan setelah menyantap makan siang yang cukup singkat, gelombang udara panas langsung menyergap di permukaan kulitku. Rasanya berbeda sekali dengan sejuknya pendingin udara di dalam pesawat tadi. Aku spontan mengibaskan tangan di depan wajahku, berusaha mengusir hawa terik yang sangat menyengat.“Gila ... panas banget, Ray,” gumamku sambil menahan silau matahari yang langsung menembus kacamata hitam yang kukenakan.Rayhan menoleh sekilas padaku dengan senyum tipis di bibirnya. “Selamat datang di Afrika, Kay. Udara kayak gini masih tergolong normal, kamu harus cepet beradatasi atau kamu nggak bisa nikmatin semua ini.”Aku mendengus kesal, lalu tanganku kembali menarik koper dengan agak malas dan

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 115 Kamu Serius?

    Beberapa menit berlalu setelah lepas landas, seorang pramugari datang menawarkan berbagai menu makanan padaku, lengkap dengan minuman dan dessert yang bisa kupilih. aku menatap Rayhan sejenak menunggu jawaban yang bisa keluar dari mulutnya."Samain aja," jawab Rayhan singkat.Aku mengangguk pelan, lalu mengatakan pada pramugari dalam bahasa Inggris, memilih menu yang menurutku cukup untuk mengganti makan malam sebelum akhirnya aku memilih untuk terlelap dalam keheningan malam yang panjang.Entah aku terbangun di pukul berapa, akan tetapi aku mendengar sebuah pengumuman dari awak kabin yang mengatakan jika pesawat akan mendarat di sebuah bandara internasional sebelum melanjutkan penerbangan menuju ke Afrika.Aku melongok pada kursi Rayhan, membangunkannya perlahan "Kita berapa lama?" tanyaku pada Rayhan dengan suara pelan.Rayhan menguap singkat, lalu membuka matanya perlahan. "Tiga jam," jawabnya singkat.Aku menganggguk paham, lalu segera membereskan selimut dan menata kembali barang-

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status