Share

MJIC - 2

Author: senjaaaaaa
last update Last Updated: 2025-05-21 17:01:59

Catat: jangan manggil ‘sayang’, jangan lirak-lirik, jangan senyum-senyum sendiri.

Padahal ... baru satu jam nikah, rasanya udah kayak main petak umpet yang ngorbanin nyawa. Setiap langkah harus hati-hati. Tiap napas kudu sesuai SOP. Dan yang paling penting, jangan sampai keduluan senior HRD yang katanya julid, Bu Rani. Kalau dia tahu aku istri bos, bisa-bisa besok aku dikira mau rebutan jabatan.

“Pokoknya, di kantor kamu harus tetap jadi Kayla anak magang. Bikin kopi kalau disuruh, ikut meeting kalau dijadwalin, dan jangan pakai nada manja waktu ngomong ke saya,” tambahnya.

Aku membatin, duh, padahal suara manja itu udah bawaan orok. Gimana dong?

Dia mendekatkan tubuhnya sedikit. “Dan satu lagi. Jangan sampai ada yang tahu kamu tinggal di apartemen yang sama dengan saya.”

“Terus kalau kita ketemu kamu di lift?” tanyaku dengan polos.

“Pura-pura nggak kenal,” katanya santai menyesap kopi hitamnya.

Aku mendesis pelan, “Wah, mantap juga actingnya. Ini lebih kompleks dari drama TV nasional.”

Dia tersenyum tipis. “Makanya bayarannya dobel. Kamu bukan cuma magang ... kamu juga aktris part-time.

Aku mendadak pengin ngelempar naskah ke penulis skenario. Oke. Sip. Mulai hari ini, aku bukan cuma anak magang. Aku juga... istri rahasia CEO. Dan kayaknya mulai besok, sarapan favoritku bukan roti atau kopi... Tapi tekanan darah tinggi.

“Udah selesai?” tanyaku waktu dia sibuk di telepon.

Dia mengangguk pelan sambil. “Sekarang kamu BOLEH keluar, balik ke tempat magang,” katanya datar, tanpa lirikan sedikit pun.

Aku membulatkan mata terkejut. “Hah? Sekarang?”

“Ya. Kamu masih anak magang, kan?” Dia menatapku dengan alisnya yang terangkat. “Atau kamu bisa leha-leha?” tanyanya to the point.

Astagaaa… Disentil pake logika banget. Aku langsung berdiri, hampir aja nyenggol kursi meeting yang mahal itu. “Baik, Pak. Saya ... saya kembali ke tempat saya.”

Aku menarik napas panjang sebelum membuka pintu ruang meeting. Pura-pura santai. Pura-pura habis briefing biasa. Padahal barusan aku... sah jadi istri orang.

Begitu keluar, aku langsung melangkah cepat menuju meja divisi, berusaha menyembunyikan wajah yang mungkin masih memerah. Entah karena grogi, syok, atau efek AC tadi yang dinginnya nggak kira-kira. Begitu masuk lagi ke ruangan divisi, teman-teman langsung ngeliatin aku kayak aku baru pulang dari audisi sinetron.

“Kay!”

“Lama banget sih, Kay?” celetuk Mbak Rika, senior paling cerewet sekaligus paling tajam penciumannya.

“Iya, lo diapain sama Pak Rayhan?” tambah yang lain.

Aku langsung cengar-cengir kaku. “Eh ... iya ... hehehe. Ternyata ... brief-nya lumayan panjang,” jawabku sambil menarik kursi dan duduk pelan-pelan kayak orang abis keluar sidang.

“Briefing apaan sih sampe satu jam? CEO-nya ngobrol sama saya aja biasanya lima menit udah kelar, loh,” sambung Rika curiga.

Glek.

“Eh, mungkin tadi aku kebanyakan nanya,” jawabku asal. Nggak mungkin juga bilang, tadi aku diajak nikah, Mbak. Mau lihat surat nikahnya?

“Jangan-jangan lo kena marah, ya? Soalnya muka lo merah gitu ... kayak abis ketahuan bikin salah,” celetuk Fina dari seberang meja.

Aku makin salah tingkah mendengarnya. Tangan udah mulai sibuk ngacak-ngacak kertas kosong biar kelihatan sibuk banget. “Ah, enggak kok. Mungkin karena AC-nya dingin banget, jadi muka aku merah ... ketarik angin,” ucapku ngawur.

Mereka saling pandang lalu ketawa satu sama lain.

“Yaudah, buruan balik kerja. Nanti disuruh masuk lagi malah beneran jadi magang seumur hidup,” kata Mbak Rika lagi.

Aku mengangguk dengan cepat, mencoba kembali fokus ke layar laptop. Tapi jantungku masih deg-degan.

Baru aja satu jam nikah, udah harus pura-pura lupa. Gila. Ini bukan magang biasa.

-

“Kay?” panggil Fina membuatku menoleh. “Ayo makan ke bawah. Kantin rame nih, sekalian nemenin gue beli jus,” ajaknya lagi.

Aku mengangguk pelan. “Ayo, gue juga udah lapar,” ujarku mengelus perut yang sedikit membuncit.

Kami turun bedua ke kantin gedung. Seperti biasa, antrean panjang, suara ramai, dan aroma rendang kantin yang khas bikin lapar mendadak naik level. Baru aja selesai bayar makan dan muter nyari tempat duduk... mataku menangkap sosok Rayhan duduk sendiri di meja pojok. Sendirian. Dengan jas masih rapi, tapi dasinya udah agak dilonggarin. Wajahnya tetap setegas biasanya, tapi... pas dia lihat aku, matanya sedikit melunak.

Sedikit. Aku buru-buru buang pandang, pura-pura nggak lihat. Inget Kayla. Kamu anak magang. Bukan istri orang... eh, istri CEO maksudnya.

“Eh, itu Pak Rayhan, ya?” bisik Fina pelan.

Aku tersedak ludah sendiri. “Hmm? Masa sih?” tanyaku pura-pura tak tahu.

“Iya tuh! Ih, cakep banget padahal cuma makan ayam goreng. Coba deh duduk deket dia, siapa tahu disapa,” goda Fina sambil tersenyum jahil.

'Jangan. Please. Jangan duduk deket situ,' bisikku dalam hati.

Tapi tentu, hidupku hari ini isinya cuma jebakan batman. Fina udah jalan duluan, dan... ya ampun. Dia duduk dua meja dari Rayhan.

"Aduh ...," ujarku sambil menepuk jidat. "Kenapa  harus di situ sih," bisikku pada diri sendiri.

Aku nggak punya pilihan lain. Mau kabur ntar malah Fina tambah curiga. Akhirnya aku ikut duduk dan pura-pura nggak lihat ke arah laki-laki yang ... ya, beberapa jam lalu jadi suamiku. Dan baru suapan pertama, aku bisa ngerasain. Tatapan itu. Tatapan dari meja dua langkah di belakangku. Aku bisa ngerasain Rayhan lagi ngeliatin. Tapi aku nggak berani noleh. Gila. Gimana kalau dia nyapa? Gimana kalau dia... nyebut aku ‘sayang’ karena lupa? Tapi, ya Tuhan... bukan Rayhan kalau nggak tiba-tiba nyeleneh.

“Kayla.” Namaku dipanggil. Pelan. Tegas. Dan cukup keras buat satu meja denger.

Aku pelan-pelan menoleh. “Y-ya, Pak?”

Tatapannya lurus. Datar. “Jangan kebanyakan sambal.” katanya datar, lalu balik makan.

Satu detik. Dua detik. Meja kami hening. Aku mau pura-pura nggak dengar, tapi kalimat barusan...

Idiot!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Magang Jadi Istri CEO   Pelukan Perpisahan

    Tiba-tiba, Rayhan mendekatkan dirinya dan memangkas jarak di antara kami, kali ini ia berdiri tepat di hadapanku dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya dan tatapan menusuk. Perlahan, dia mengangkat satu tangannya dan dalam sedetik berhasil melingkar di pundakku. Aku refleks mundur dan mencoba melepaskannya, akan tetapi, tenaganya terlalu kuat ... tubuhku terlebih dulu dia tarik ke dalam pelukannya.“Cup. Cup,” ujarnya menepuk punggungku.Tubuhku membeku, nafasku terhenti, dan detak jantungku berubah lebih cepat. Aku ingin melepaskan diri dari dekapannya, tapi ... badanku menolak. Wajahku tepat berada di dadanya, menghirup parfum yang begitu menenangkan. Aku memejamkan mataku sejenak, menikmati momen yang ... tiba-tiba menjadi favoritku.“Rayhan,” bisikku ketika kesadaranku mulai kembali. “Lepas. Nanti di lihat orang.”“Tapi badan kamu nggak gerak,” bisiknya.Damn. Kali ini aku kalah lagi. Aku makin tenggelam dalam rasa malu yang menyerang, tangannya meraih tanganku yang

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - Pisah Ranjang?

    Ia menatapku sekilas sebelum kembali fokus pada ponselnya, “Saya ada kunjungan ke Eropa seminggu ke depan,” ujarnya santai seperti tak ada maalah.Darahku langsung mendidih di ubun-ubun begitu mendengar alasannya, aku memejamkan mataku sejenak, dan menghela nafasnya panjang, “Kamu gila, ya? “ ujarku pada akhirnya. “Kenapa kamu nggak bilang dari semalem? Saya udah siap sepagi ini biar nggak telat lagi ... nggak dihukum lari keliling kantor ... nggak diajak inspeksi yang bikin kaki pegel. Terus kamu bilang mau ada kunjungan ke Eropa?” kesalku, menggelengkan kepala.“Latian disiplin.”“Bener-bener psikopat,” gumanku, nyaris tak terdengar.“Saya dengar umpatan kamu,” sindirnya membalas tatapanku. Lalu meninggalkanku begitu saja ke arah dapur.Langkahku mengikutinya dari belakang, masih tak terima dengan apa yang ia lakukan padaku pagi ini.“Saya ke Eropa sama dua kepala divisi. Tugas kamu selama saya pergi ... mengawasi kantor, dan anak magang,” titahnya dengan tangan yang sibuk menyeduh

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 12 Ibu CEO

    Tubuhku menegang, seketika. Oke, ini jebakan.“A-apa saya boleh ... lihat lebih detail, Pak?” tanyaku hati-hati.Ia mengangkat sebelah alisnya, “Dua menit,” ujarnya menyerahkan padaku.Aku menatapnya, ingin berontak. Dua menit? Hei. Apakah ini ujian? Aku mencoba memfokuskan mataku menelusuri deretan angka yang tertulis di dalamnya. Satu kali, dua kali, tiga kali, nggak ada yang aneh. Aku mengernyitkan keningku tak paham. Lalu, mataku kembali menelusuri angka di kolom rejected items dan gotcha! Ada satu bagian yang lonjakaknnya sedikit aneh.“Yang batch ke-1162 ... kenapa item yang kena reject mengalami lonjakan dua kali lipat dari pada batch sebelumnya dan setelahnya?” tanyaku menatap Pak Rayhan, bingung.Rayhan menatapku pelan, lalu menoleh ke arah Pak Anton. Dan membuat pria itu terlihat gugup, “I-itu, Pak ... kami sedang melakukan investigasi.”“Lain kali jangan tunggu peritah saya, jika ada sedikit kejanggalan, segera lakukan investigasi,” ujarnya dingin. “Saya minta laporan hasil

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 11 Hamil Duluan?

    Aku terdiam sejenak, merutuki kebodohanku sendiri. Kalimat ‘suami gue’ tadi keceplosan tanpa sempet difilter dulu. Aku menjatuhkan wajahku di atas meja.“Kayla?” panggil Fina lagi, kali ini terdengar lebih dekat. “Lo ngomong apa barusan? Suami? Lo udah punya suami, Kay?”Aku menoleh ke arahnya, lalu tersenyum. “Ya cowok yang tadi lu maksud pacar halu gue ... itu sekarang jadi suami gue. Masa gitu aja lo nggak paham sih?!” kilahku setengah putus aja.Dina mendorong bahuku, cukup keras, “Yaelah, lo bikin jantungan aja. Gue kira lo beneran udah nikah gitu ala ala intimate wedding tanpa ngundang siapa-siapa. Gus sempet mikir, jangan-jangan lo udah h—”“Jangan-jangan apa?” potongku panik. “Lo nggak punya pikiran kalo gue hamil duluan, kan?” tanyaku menatapnya, nyalang.Fina menyipitkan matanya, lalu terkikik pelan, “Ya, Kay, kali aja kan. Siapa suruh tiba-tiba lo bahas suami,” ujarnya membela diri. “Tapi, ya, Kay. Lo itu keliatan beda tau ... kayak yang udah deket aja sama Pak Rayhan. Maks

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 10 Cinderella Perusahaan

    “Maaf, Pak. Tadi alarm saya—”“Basi. Anak magang harusnya datang sebelum CEO-nya hadir, bukan setelahnya. Alasan klasik seperti itu sudah tidak berlaku di perusahaan. Jangan kalian pikir karena kalian hanya magang di perusahaan saya, kalian bisa bertindak sesuka hati. Saya punya peraturan yang harus ditaati oleh semua pegawai di kantor ini, termasuk saya sendiri,” ujar Rayhan dengan nada menusuk.Aku semakin menunduk malu, tanganku mulai keringat dingin ketika mendengar para karyawan yang mulai menahan tawanya. Bahkan aku bisa lihat dari ekor mataku, beberapa di antaranya langsung mengambil ponselnya.“Mulai sekarang, setiap kamu telat, kamu harus lari keliling kantor satu putaran sambil bawa papan bertuliskan, ‘Saya bukan Cinderella, saya anak magang yang harus mematuhi aturan perusahaan.”Aku mendongak, dan menatap Rayhan yang kini tengah menyilangkan tangannya di depan dada, “Hah?! Serius?” ceplosku tak sadar.Rayhan menatapku datar, “Kurang jelas?” A

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 9 Sial

    “Rayhan?” panggilku dengan mata menyapu ruangan, memastikan tak ada orang yang menyelinap di kamar ini. :Rayhan kamu masih di kamar, kan?”“Aduhhh...”“Astaga ... kamu kenapa?!” tanyaku begitu mendengar erangannya.Aku buru-buru menyalakan lampu tidur yang berada di sampingku, lalu melongok dan menemukan Rayhan yang sudah tergeletak di lantai. Tapi, bukan karena ia terjatuh saat tidur melainkan, satu tangannya memegang bantal dari tumpukan benteng yang ... basah.Rayhan mendongak dan menatapku menyelidik, “Kayla,” panggilnya santai. “Kamu ngeludah, ya?”Aku terpaku dengan wajah yan memanas. Mataku menatap bantal itu dengan seksama, lalu beralih pada benteng suci yang kubangun beberapa menit yang lalu dan kini sudah runtuh setengahnya.“Astaga ... enggak kok! Nggak mungkin aku sejorok itu! Sa—saya nggak bakal ngiler!” bantahku spontan, lalu menyambar bantal itu dan menciumnya pelan, “Tuh nggak bau!” tunjukku padanya, “Mungkin karena embun dari AC kali!”Rayhan mengangkat sebelah alisny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status