หน้าหลัก / Romansa / Magang di hati CEO tampan / BAB 2 - Day1 tinggal di rumah CEO

แชร์

BAB 2 - Day1 tinggal di rumah CEO

ผู้เขียน: Dacep
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-24 15:25:52

Koper ungu butut itu tampak seperti barang rongsokan yang salah alamat. Ia kini terdiam di sudut kamar ber-AC dengan lantai marmer licin dan sebuah tempat tidur ukuran queen size yang seprainya selembut awan. Alya berdiri kaku di tengah ruangan, masih belum berani menyentuh apa pun. Ini bukan kamar biasa. Ini adalah kamar tamu di istana pribadi Arka Arroihan, dan segalanya terasa terlalu mewah untuk gadis sepertinya.

Ia membuka lemari kaca raksasa itu dan tertawa getir. Kosong. Tapi cukup besar untuk menampung seluruh isi lemari di rumahnya, bahkan mungkin ditambah lemari tetangganya. Kamar mandi dalamnya lebih canggih dari ponselnya, dengan tombol-tombol untuk mengatur suhu air yang tidak ia mengerti.

“Ya Allah… ini beneran?” gumamnya, suaranya pelan.

Pintu kamar diketuk pelan. Seorang perempuan paruh baya muncul dengan senyum hangat. “Selamat sore, Neng. Saya Mbak Rini, asisten rumah tangga di sini. Kalau butuh apa-apa, panggil saja, ya.”

Alya langsung berdiri dan menunduk sopan. “Saya Alya, Mbak. Maaf sudah merepotkan.”

“Walah, nggak repot kok. Rumah ini juga sepi. Pak Arka lebih sering tidur di apartemen dekat kantor. Jadi, Mbak malah senang ada temannya,” ujar Mbak Rini ramah. Fakta itu sedikit menenangkan Alya. Setidaknya, ia tidak akan sering-sering bertemu dengan si bos es balok itu.

Setelah Mbak Rini pamit, Alya merebahkan diri di kasur dan mengambil ponsel, mencari satu-satunya sumber kekuatan di dunia yang asing ini.

Alya: Bu, aku udah di rumah bosnya. Kamarnya besar dan bersih banget. Ada Mbak Rini juga yang bantu. Baik orangnya.

Ibu: Alhamdulillah, Nak. Ibu senang kamu aman. Tapi ingat, tetap jaga diri ya. Jangan mudah percaya. Fokus sama niatmu kerja.

Alya: Iya, Bu. Aku nggak akan lupa. Doain aku ya...

Membaca pesan dari ibunya membuat hatinya sedikit hangat. Ia berjanji dalam hati akan bekerja keras dan tidak akan pernah mempermalukan keluarganya.

Malam harinya, rasa bosan mulai menyerang. Tidak ada yang bisa ia lakukan di dalam kamar. Dengan langkah ragu, ia memberanikan diri keluar. Rumah itu begitu besar dan sunyi, hanya diterangi lampu-lampu temaram yang elegan. Kakinya membawanya ke sebuah ruang keluarga di lantai bawah yang dilengkapi sofa kulit raksasa dan sebuah televisi sebesar dinding.

Gue boleh nyalain TV, nggak ya? batinnya ragu. Tapi kesunyian ini benar-benar menyiksanya. Bodo amat lah, nyalain bentar doang.

Lalu alya duduk di ujung sofa, menyalakan televisi dengan volume paling kecil, dan menemukan sebuah sinetron tentang gadis miskin yang jatuh cinta pada CEO kaya raya. Alya mendengus. "Cih, klise banget. Di dunia nyata mana ada yang kayak gini?" gumamnya, lupa bahwa ia sendiri sedang berada di situasi yang nyaris serupa.

Asyik mengomentari akting si tokoh utama, Alya tidak menyadari suara pintu depan yang terbuka. Ia baru sadar ketika mendengar derap langkah sepatu formal di lantai marmer mendekat ke arahnya.

Jantungnya langsung berhenti berdetak.

Ia menoleh kaku dan mendapati Arka berdiri di ambang ruang keluarga. Pria itu sudah melepas jasnya, menyisakan kemeja putih dengan dua kancing atas terbuka dan lengan yang digulung hingga siku. Rambutnya sedikit acak-acakan. Dibandingkan dengan penampilannya di kantor, ia terlihat… lebih manusiawi. Tapi tetap saja mengintimidasi.

“Kamu belum tidur?” Suara Arka yang dalam dan dingin memecah keheningan.

Alya langsung berdiri tegak seperti disetrum. “Eh… i-iya, Pak. Belum. Tadi… saya cuma nonton sebentar. Saya mau ke kamar sekarang kok, Pak!” jawabnya panik, kalimatnya berantakan.

Arka tidak menjawab. Ia malah berjalan dan duduk di sisi lain sofa, menjaga jarak yang cukup jauh. “Santai saja. Pakai saja fasilitas di rumah ini.”

Alya menelan ludah. Santai gimana caranya kalau di sebelah ada singa? Ia kembali duduk dengan kaku di ujung sofa, punggungnya lurus, tangannya terkepal di atas paha. Suasana menjadi sangat canggung. Suara dari televisi seolah mengejek mereka.

Arka melirik ke arah meja kecil di antara mereka, tempat remot TV tergeletak—tepat di samping paha Alya. Tanpa berkata apa-apa, Arka sedikit mencondongkan tubuhnya, tangannya terulur untuk mengambil remot itu.

Bagi Arka, itu hanya gerakan biasa. Tapi bagi Alya, yang seluruh sarafnya sedang tegang maksimal, gerakan tiba-tiba dari pria sebesar dan sedingin Arka ke arahnya terasa seperti sebuah ancaman. Otaknya tidak sempat berpikir. Refleksnya mengambil alih.

“Eeep!”

Alya memekik pelan sambil menggeser tubuhnya menjauh dengan cepat, matanya membelalak ngeri. Ia benar-benar mengira tangan itu akan menyentuhnya.

Gerakan Arka terhenti di udara. Ia menatap Alya yang tampak seperti kelinci ketakutan. Alisnya sedikit terangkat, ada ekspresi bingung yang langka di wajah datarnya. Ia mengikuti arah pandang Alya yang panik, lalu melihat tangannya yang menggantung di udara, dan akhirnya ke remot TV di samping gadis itu.

Sepersekian detik kemudian, Arka seolah mengerti.

Tanpa mengubah ekspresi dinginnya, ia melanjutkan gerakannya, mengambil remot TV itu dengan tenang, lalu kembali bersandar di sofa.

“Saya hanya mau ganti channel,” ujarnya datar. Nada suaranya tetap dingin, tapi Alya bisa merasakan ada sesuatu di baliknya. Sesuatu yang terasa seperti… geli? Atau mungkin hanya perasaannya saja.

Wajah Alya langsung terasa panas. Merah padam. Malu. Rasanya ia ingin menggali lubang di lantai marmer itu dan mengubur dirinya hidup-hidup. Bodoh! Kenapa reaksinya bisa selebay itu?

“S-saya… saya pamit ke kamar dulu, Pak. Selamat malam.”

Tanpa menunggu jawaban, Alya langsung berdiri dan berjalan cepat—nyaris berlari—menuju kamarnya. Begitu pintu tertutup, ia bersandar di baliknya, memegangi dadanya yang berdebar kencang.

Sialan. Kenapa cuma gara-gara remot TV, jantungnya serasa mau pindah ke tenggorokan? Malam pertamanya di rumah ini ternyata jauh lebih menegangkan dari yang ia bayangkan.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 194 - Langkah Balasan

    ​Keheningan di ruang kerja itu terasa berat, dipenuhi oleh kengerian dari kebenaran yang baru saja terungkap. Alya menatap layar ponsel di tangan Arka, nama ‘Yayasan Larasati’ dan ‘Seraphina Wijoyo’ seolah menari-nari mengejeknya.​“Dia tahu,” bisik Alya, suaranya bergetar. “Dia tidak hanya tahu kita sudah bertemu dengan Ibu Melati. Dia tahu setiap langkah kita, Mas. Dia mengawasi kita.”​Perasaan diawasi, perasaan bahwa benteng aman di rumah mereka hanyalah sebuah ilusi, membuat Alya bergidik. ‘Habislah sudah,’ batinnya putus asa. ‘Dia mengendalikan semuanya. Kita tidak akan pernah bisa menang.’​Arka tidak panik. Alya memperhatikan bagaimana suaminya itu memproses keterkejutan. Wajahnya yang tadinya pucat pasi, kini perlahan mengeras menjadi sebuah topeng baja yang dingin. Ia mulai berjalan mondar-mandir, bukan karena cemas, tapi karena otaknya yang tajam sedang bekerja dengan kecepatan kilat.​“Ini bukan sekadar untuk mengisolasi Melati,” kata Arka, lebih pada dir

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 193 - Wali Rahasia

    ​Pertanyaan terakhir Alya menggantung di udara ruang kerja yang sunyi. “Apa hubungan sebenarnya antara ayahku… dan kakakmu?”​Arka menatap dokumen digital di hadapannya, lalu menatap Alya. Wajahnya dipenuhi oleh kebingungan dan rasa sakit yang sama besarnya dengan yang Alya rasakan. Semua yang ia pikir ia tahu tentang ayahnya, tentang keluarganya, kini terasa seperti tumpukan kebohongan.​“Aku tidak tahu, Sayang,” jawab Arka jujur, suaranya terdengar berat. “Aku sama sekali tidak tahu. Ayahmu… dia tidak hanya melindungi Melati. Dia secara aktif terlibat dalam kehidupan Saphira. Memberikan nama keluarganya… itu bukan hal kecil. Itu adalah sebuah deklarasi. Sebuah bentuk tanggung jawab.”​Alya mencoba mencerna implikasi dari semua ini. Ayahnya, yang selama ini ia kenal sebagai pria sederhana dari Garut, ternyata memainkan peran kunci dalam salah satu drama keluarga paling rahasia di Jakarta. Ia bukan sekadar korban, ia adalah salah satu pemain utamanya.​“Tapi kenapa?”

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 192 - Dua Darah, Satu Dendam

    Panggilan telepon itu berakhir, namun gema dari tekad Alya masih tertinggal di udara. Arka menatap layar televisi yang masih menampilkan wajah Seraphina, namun kini tatapannya tidak lagi dipenuhi amarah, melainkan kekaguman pada istrinya. Alya benar. Panik adalah jebakan Seraphina. Dan mereka tidak akan masuk ke dalamnya.​Dengan ketenangan yang baru ditemukan, Arka kembali meraih ponselnya. Alya, yang masih berdiri di dekat televisi, memperhatikannya. Ia mendengar suaminya berbicara di telepon, bukan lagi dengan nada frustrasi, melainkan dengan suara dingin dan penuh wibawa sang komandan.​“Vir, kau lihat beritanya,” kata Arka pada Vira. “Aku mau kau yang pegang kendali penuh atas respons media dan investor. Strategi kita bertahan, beli waktu. Jangan panik, jangan defensif. Rilis siaran pers yang menyatakan kita ‘menyambut baik semua proposal yang bertujuan untuk kemajuan’ dan sedang ‘mengkajinya secara internal’. Buat mereka

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 191 - Serangan Fajar

    Senin pagi, 8 September 2025, dimulai dengan ketenangan yang terasa palsu. Kehangatan intim dari akhir pekan masih tersisa, namun kini dibalut dengan lapisan energi yang tegang. Di meja makan, Arka sudah rapi, namun matanya tak lepas dari tablet yang menampilkan data pasar saham.​“Aku tidak bisa berhenti memikirkan kata-kata terakhirnya, Mas,” kata Alya sambil meletakkan secangkir kopi di samping suaminya. “‘Adikku’. Dia mengatakannya dengan begitu santai, seolah itu bukan apa-apa.”​Arka mendongak, meraih tangan Alya dan menggenggamnya erat. “Itu adalah gayanya, Sayang. Menjatuhkan bom seolah itu hanya kerikil. Dia ingin kita kehilangan keseimbangan dan terus memikirkannya. Jangan berikan kepuasan itu padanya. Hari ini kita fokus, tetap pada rencana kita.”​Setelah sarapan, Alya bersiap mengantar Bara. Arka menahannya di depan pintu, menangkup wajahnya dengan kedua tangan.​“Apapun yang terjadi hari

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 190 - Deklarasi Perang

    ​“Sampai jumpa, adikku.”​Kata-kata itu, yang diucapkan dengan bisikan dingin, bergema di telinga Alya lama setelah koneksi earpiece itu terputus. Keheningan di ruang kerja terasa memekakkan. Permainan pura-pura, permainan catur yang penuh dengan langkah-langkah tersembunyi, kini telah berakhir. Seraphina telah membuka kartunya. Ia tahu bahwa Arka tahu siapa dirinya.​Seluruh tubuh Alya terasa dingin. Bahaya yang tadinya terasa seperti bayangan yang jauh, kini memiliki wujud yang nyata dan suara yang jelas. Dan bahaya itu terikat oleh darah pada pria yang ia cintai.​Ia duduk terpaku di kursinya, menunggu. Menit-menit terasa seperti jam. Ia menatap pintu, menantikan kepulangan Arka, hatinya dipenuhi oleh campuran antara ketakutan akan apa yang akan terjadi selanjutnya, dan kekhawatiran yang mendalam akan kondisi suaminya.​Akhirnya, ia mendengar suara pintu depan terbuka. Ia bergegas keluar dari ruang kerja, dan menemukan Arka sedang berdiri d

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 189 - Permainan Catur Antara Saudara

    ​Alya duduk tegang di ruang kerja mereka. Rumah itu sunyi, hanya suara detak jam di dinding dan napasnya sendiri yang terdengar. Di telinganya, terpasang earpiece kecil yang membawanya langsung ke sebuah ruang pertemuan privat di jantung Jakarta. Ia merasa seperti seorang sutradara yang sedang menonton drama paling penting dalam hidupnya dari balik layar.​Ia mendengar suara denting gelas, pergeseran kursi, dan kemudian, suara halus dan dingin yang sudah sangat ia kenali.​“Arka. Sungguh sebuah kejutan. Aku tidak menyangka kau akan meminta bertemu secepat ini.”​Itu suara Seraphina. Tenang, penuh kendali, seolah ia sama sekali tidak terkejut.​“Terima kasih sudah datang, Seraphina,” suara Arka terdengar sama dinginnya, seperti dua bilah es yang beradu. Alya bisa membayangkan ekspresi suaminya saat ini: wajah tanpa emosi, mata yang tajam, persona Kaisar Es yang telah ia pasang kembali sebagai baju zirah. “Saya tidak akan basa-

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status