Share

Bab 16 – Tumbang

Author: Dacep
last update Huling Na-update: 2025-07-05 16:46:03

Alya tidak ingat bagaimana ia bisa sampai di rumah malam itu. Perjalanan pulangnya terasa seperti sebuah film bisu yang kabur. Yang ia ingat hanyalah tatapan menghakimi Pak Sandi, senyum manis Rania yang penuh racun, dan ancaman untuk tidak bicara pada siapa pun.

Ia mengunci diri di kamarnya. Isi perutnya kosong, tapi ia sama sekali tidak lapar. Kepalanya pusing, tapi ia tidak bisa tidur. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, bayangan ruang rapat yang dingin itu kembali muncul. Suara gebrakan meja Pak Sandi seolah terus terngiang di telinganya, disusul dengan pertanyaan-pertanyaan Rania yang memojokkan.

“Log komputer menunjukkan...”

“Jangan bicarakan ini dengan siapa pun.”

Ia merasa kotor, terhina, dan sendirian. Ia ingin sekali menelepon ibunya, tapi apa yang akan ia katakan? Ia ingin mengadu pada Nindya, tapi ancaman Rania membuatnya takut. Jika ia bicara, posisinya akan semakin sulit. Ia benar-benar terisolasi, terperangkap dalam jebakan yang tidak ia mengerti. Malam itu berlalu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 39 - Perubahan Sang Tiran

    Hal pertama yang menyambut Alya saat kesadarannya perlahan kembali adalah rasa nyeri yang tumpul namun persisten di sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa berat seolah diisi timah, dan setiap sendinya mengirimkan sinyal protes saat ia mencoba bergerak. Ia membuka mata perlahan, mengerjap beberapa kali. Langit-langit berwarna kelam. Ini kamar Arka. Dengan sisa tenaga yang ada, ia menoleh ke samping. Jantungnya yang berdetak lemah seolah berhenti seketika. Di sudut ruangan yang gelap, di atas sebuah kursi berlengan yang besar, Arka tertidur dalam posisi duduk yang jelas tidak nyaman. Kepalanya terkulai ke samping, kemeja birunya kusut masai, dan rambutnya yang biasanya tertata sempurna kini jatuh berantakan menutupi keningnya. Satu tangannya yang terbalut perban terkulai lemas di sisinya. Dia di sini? Semalaman? Di kursi itu? batin Alya, mencoba memproses pemandangan yang tidak masuk akal itu. Pria yang semalam adalah monster, kini tertidur seperti seorang penjaga yang kelelahan. Otakn

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 38 - Retaknya Topeng Es

    “ALYA, JANGAN!”Teriakan Arka yang penuh kepanikan menggema di kamar mandi, memecah keheningan yang mencekam. Ia menerjang maju, tidak peduli pada serpihan kaca yang bertebaran di lantai. Gerakannya cepat dan putus asa.Alya, yang terkejut oleh kedatangan Arka yang tiba-tiba, hanya bisa menatap kosong saat pria itu sampai di hadapannya. Arka tidak ragu-ragu. Ia langsung mencengkeram pergelangan tangan Alya yang memegang pecahan kaca, mencoba merebut benda tajam itu.“Lepaskan, Alya! Lepaskan!” perintahnya, suaranya bergetar karena panik.Tapi Alya, dalam keputusasaannya, justru menggenggam pecahan itu lebih erat. Ini satu-satunya jalan keluarnya, satu-satunya kendali yang ia miliki. Ia tidak akan melepaskannya. Terjadi perebutan singkat. Arka yang lebih kuat berhasil memaksa jari-jari Alya terbuka, namun dalam prosesnya, ujung tajam dari pecahan kaca itu menggores telapak tangannya sendiri, meninggalkan luka sobekan yang langsung mengeluarkan darah segar.Arka tidak peduli pada lukany

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 37 - Pecahan Kaca

    Hari-hari berlalu tanpa nama. Senin terasa seperti Minggu, Rabu terasa seperti Jumat. Bagi Alya, waktu telah kehilangan maknanya. Dunianya kini hanya sebatas empat dinding kamar tidur Arka yang mewah namun terasa seperti penjara bawah tanah.Rutinitasnya selalu sama. Pagi hari ia akan terbangun dengan tubuh yang sakit dan jiwa yang hampa. Mbak Rini akan datang membawakan sarapan dengan wajah datarnya, lalu mengunci pintu dari luar. Siang hari, nampan makan siang akan datang. Malam hari, ketakutan akan datang menjelang kepulangan Arka. Dan mimpi buruknya akan kembali berulang.Arka tidak banyak bicara padanya. Pria itu memperlakukannya seperti sebuah benda. Sebuah properti yang ada di sana untuk memuaskan hasratnya saat ia pulang kerja. Tidak ada lagi obrolan, tidak ada lagi tatapan rumit. Hanya ada nafsu yang dingin dan dominasi yang mutlak.Alya mulai kehilangan dirinya. Ia seringkali hanya duduk di depan jendela besar, menatap ke luar pada dunia yang terus berputar tanpanya. Ia meli

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 36 - Hari Pertama di Dalam Sangkar

    Alya terbangun karena rasa sakit yang menyebar di sekujur tubuhnya, seolah setiap sendinya memprotes. Ia membuka mata perlahan. Langit-langit kamar yang tinggi dan berwarna kelam menyambutnya. Ini bukan kamarnya. Sprei sutra yang terasa dingin di kulitnya yang ngilu dan aroma maskulin yang pekat di udara adalah pengingat kejam di mana ia berada. Kamar Arka.Ingatan malam tadi menghantamnya tanpa ampun. Ciuman kasar, suara kain kausnya yang terkoyak, rintihan kesakitannya yang tak dihiraukan, dan bisikan posesif Arka yang dingin. Semuanya nyata. Ia menarik selimut tebal itu hingga menutupi kepalanya, berharap bisa kembali ke kegelapan, berharap semua ini hanyalah mimpi buruk.Ia sendirian di ranjang besar itu. Arka sudah tidak ada. Dengan sisa-sisa tenaga, ia memaksa dirinya untuk bangkit. Kepalanya pusing dan tubuhnya terasa remuk. Dengan langkah tertatih, ia berjalan menuju pintu, berharap bisa lari ke kamar tamunya yang terasa lebih aman. Ia memutar kenop pintu.Terkunci.Ia mencoba

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 35 - Api Cemburu

    Alya melangkah masuk ke dalam rumah yang sunyi dan gelap. Hanya ada satu sumber cahaya, datang dari ruang kerja Arka di lantai dua, menciptakan siluet seorang pria yang berdiri menatap ke arahnya. Ini adalah jebakan, dan ia berjalan lurus ke dalamnya. Jantung Alya berdebar begitu kencang hingga terasa sakit.Dengan langkah sepelan mungkin, ia menaiki tangga. Saat ia sampai di lantai atas, Arka keluar dari ruang kerjanya, tubuhnya yang tinggi dan tegap sepenuhnya menghalangi jalan Alya di lorong yang remang-remang. Aroma parfumnya bercampur dengan sesuatu yang lain malam ini—amarah.“Sudah selesai bersenang-senangnya?” tanya Arka, suaranya rendah, serak, dan berbahaya.Alya menelan ludah, tenggorokannya terasa kering. “Pak… saya…”“Jam berapa ini, Alya?” potong Arka, melangkah lebih dekat. Setiap langkahnya membuat Alya refleks mundur, hingga punggungnya menabrak dinding dingin di belakangnya. Ia terpojok. “Aku memberimu kebebasan satu hari, dan ini caramu membalasnya? Pulang larut mal

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 34 - Satu Hari Sebagai Orang Normal

    Sabtu pagi datang dengan perasaan yang berbeda. Alya bangun dengan antusiasme seorang anak kecil yang akan pergi piknik. Hari ini tidak ada pekerjaan, tidak ada proposal, tidak ada tatapan tajam Mbak Vira. Hari ini adalah harinya bersama Dani di festival musik. Hari untuk menjadi Alya yang normal.Ia mempersiapkan diri dengan semangat. Ia bahkan melakukan panggilan video dengan Nindya untuk meminta pendapat soal pakaian.“Jangan pakai kemeja!” seru Nindya dari seberang layar. “Pakai kaus yang nyaman sama celana jins aja. Lo mau nonton konser, bukan mau presentasi di depan dewan direksi.”Alya tertawa dan akhirnya memilih setelan yang paling santai yang ia punya. Saat ia turun ke bawah, siap untuk dijemput, ia melihat Arka sedang duduk di ruang keluarga, membaca koran dengan secangkir kopi di sisinya. Kehadiran pria itu seketika membuat Alya sedikit tegang.Arka mendongak, matanya menatap penampilan Alya dari atas ke bawah. Kaus oblong, celana jins, dan sepatu kets. Sangat berbeda dari

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status