Ken pergi tanpa berkata apa apa lagi. Bahkan. Aku tak mencegahnya. Maafkan aku Ken. Tapi aku memang tak dapat melakukan ini lebih jauh lagi.
Aku tak mengerti bagaimana aku dapat menjelaskan perasaan ini. Aku sama sekali tak mencintai Ken. Aku tak ingin dia semakin tersakiti. Terpaksa aku mengatakan hal itu. Maafkan aku Ken.
Aku menutup pintu rumahku dan kembali berjalan ke kamarku.
Aku menutup kamar sambil merenung. Aku tak mengerti, aku bahkan tak ingin untuk membuka hatiku lagi untuk siapapun. Jika aku membukanya itu akan semakin membuatku semakin sakit.
Sesak sekali rasanya mengetahui Jessen pergi dan akan menikah dengan mantan tunangannya. Walaupun itu hanya rumor mengenai pernikahannya, tapi ntah kenapa itu seperti benar seakan akan terjadi.
Kenapa dia setega itu? Aku pernah berbuat salahkan padanya? Bahkan aku yang selalu tersakiti dengan sikapnya yang aduh terhadap perasaanku. Aku tak mengerti.
Air mata ini menetes deras. Begitu naifn
"Aaa... So sweet banget sih..." Pekikku setelah menonton drama yang romantis ini.Cya memelukku sambil menggerakkan badanku ke kana ke kiri. "Aaa... Malah cogan banget lagi!!""Iyaaa.... Wuaaa..."Cewek memang selalu begini ya... Wkwk.Ngak pinter ngak bego kayak aku, sama sama histeris kalau lihat drama se romantis ini.Setelah menonton kami langsung mencari siapa pemeran utama prianya.. Biasalah. Wkwk."Anjrit... Ganteng bawaan lahir sumpah." Jeritku."Hooh. Bisa begini yak... Makan apa coba mamanya waktu ngamilimnya. Haha.""Iya. Ckck. Semoga jodoh sama aku." Kataku yang langsung di bereng sinis sama Cya."Eh. Aku juga mau kali."Kemudian kami saling tertawa.Ada aja tingkah kami memang."Eh. Cari backsound dramanya lah.""Ashiapp..." Cya langsung mengetik ngetik di keyboard laptopnya."Wew..." Ucap kami serentak."Cogan juga anjrit..." Kata Cya."Ngak bisa ngomon
Readers ku yang cantik cantik dan tampan tampan... Jangan lupa di like dan komen ya guys, ingat loh... Like itu gratis. Ngak ada salahnya untuk di pencet guys... Itu membuat aku semakin bersemangat untuk nulis. Dan kalau bisa di vote dan beri hadiah... Itu akan lebih menyangatiku untuk berkarya.Bagi readers yang udah like, komen, vote dan beri hadiah, aku sangat berterima kasih sekali sama kalian. I love you...Happy reading guys...-----------------------------------------------------------Ken ProvAku menunggu bekicot di halte biasa dia menunggu bis. Semalam aku menelponnya untuk berjumpa dengan alasan ada kegiatan kemahasiswaan yang cocok dengannya.Ntah kenapa aku ingin berjumpa dengannya hari ini.Ngomong ngomong, nih bekicot kok lama banget sih.
Ken ProvAku mengejarnya dan menghadangnya. "Ngak ada naik bis. Pulang bareng aku.""Ngak mau.""Bekicot!""Kentang.""Ck. Aku ngak akan ngebut lagi.""Tetap ngak mau.""Bekicot, jangan bantah!""KRP, jangan maksa."Aku mengacak rambutku kesal. Aku selalu kalah berdebat dengannya."Denger. Kau pulang denganku. Aku yang bawa kau sampai sini dan aku harus tanggung jawab sampai kau sampai di rumahmu dengan selamat. Paham?" Jelasku dengan berusaha tetap tenang."Ken-tang. Tadi kan kau ngak jemput aku dari rumah. Kita hanya berjumpa di halte. Jadi kau tak perlu sampai mengantarku. Paham."Tarik nafas... Buang... Sabarkan dirimu Ken... Memang otak ni anak terbuat dari batu, semen dan bahan material bangu
Aku berjalan bersama Cya melalui koridor sekolah yang cukup ramai karena pembelajaran hendak di mulai."Cy. Aku semalam mimpi." Aku memulai pembicaraan. Rasanya jika aku curhat sama Cya pasti lebih lega, karena kalau aku ngomong sama nenek, aku pasti semakin merepotkannya."Mimpi apa beb?" Dia penasaran."Aku mimpi Jessen." Ucapku sambil menerawang ingatanku semalam.Dia menutup mulutnya menahan tawa. Kemudian Cya mulai bicara masih dengan terkekeh. "Kangen banget ya, sampai di mimpiin. Haha."Aku memasang wajah kesal. "Is.. Serius loh."Dia menepuk pundakku pelan. "Hedeh. Mbak mbak. Masa lalu, biarlah masa lalu..." Cya seakan menyairkan lagu dangduttan padaku.Aku menyentil jidatnya. "Nyebelin banget."Dia terkekeh dan memelukku. "Udahlah beb. Cari cogan baru aja napa sih beb.""Iya loh...""Nah. Gitu dong." Katanya senang sambil mengacungkan jempolnya menempel ke wajahku.Aku sedikit mendorong tanga
Aku langsung berjalan ke arah Jessen dengan cepat. "Ngak bisa gitu dong Jes.""Apa peduliku?"Aku menarik narik lengan baju Jessen. "Jes jangan gitulah.""Kau ke sini kan karena kemauan mu sendiri. Jadi itu masalahmu." Katanya cuek tanpa melihatku.Aku duduk di sebelahnya lemas sambil memijit kepalaku, pusing memikirkan apa yang terjadi.Tapi sesaat kemudian aku bingung melihat sudut ruangan ini yang terlihat sangat sepi. Dari pandanganku sepertinya ini di apartemen lagi deh. Dan btw... Foto calon si Jessen kok ngak ada di sini?"Eh. Kapan kau nikah?" Tanyaku memastikan rumor yang beredar itu bener apa enggak."Siapa yang mau nikah?" Dia balik nanya."Ya.. kau lah."Dia melihatku datar. "Aku tidak akan nikah.""Serius? Berarti gosip itu ngak bener dong ya kan...""Heh?" Dia menaikkan alisnya."Ngak apa. Ngak usah di bahas."Dalam hati aku sangat bersorak kegirangan.Aa.... Yes yes yes..
Ken Prov"Huaamm." Aku menguap sambil merengangkan badanku sambil merentangkan tanganku di ranjang.Puas sekali tidurku kemarin.Masih dengan posisi terlentang, aku meraba raba ranjangku mencari ponsel yang bergetar terus.Masih pagi juga, ngapain sih nelpon nelpon. Aku berdecak kesal sebelum aku melihat layar ponselku.Mama?Mama kan di rumah. Ngapain harus sampe nelpon?Aku mengangkat ponselku. "Iya ma?""Halo Ken. Mama lagi di luar kota nyusul papa kamu yang berangkat kemarin ya Ken. Maaf baru beri tau kamu sekarang. Tadi mama repot beresin barang.""Hm. Iya ma.""Jaga diri baik-baik ya. Mama masih banyak kerjaan ini. Love you sayang." Mama memberikan kecupan pada akhir kalimatnya."Iya ma."Mama pun mematikan ponselny
7 Tahun Kemudian."Ya pak. Maaf pak." Aku terus meminta ampun kepada Dokter senior yang ada di hadapanku, sedang kami ada di ruangan kerja bersama beberapa rekan seangkatanku."Kau ini gimana sih. Masa mengerjakan itu aja ngak bisa becus!" Dia membentakku dan menamparku dengan kata kata kejam Jang menusuk hati. Dia terus mempermalukanku di depan umum."Kau pikir dengan bertindak ceroboh menjatuhkan alat medis di hadapan pasien itu bisa di ampuni apa?! Itu bakalan membuat pasien men-judge kita sebagai petugas medis yang tak kompeten!" Sambungnya dengan kata kata kasar lainnya.Kupingku sangat panas.Ni orang kaya ngak pernah buat kesalahan aja. Cih."Kenapa matamu melotot melihatku. Tak terima apa?!"Iya! Memang aku ngak terima!Pekikku dalam hati. Tapi aku ngak mungkin membant
Badanku seketika lemas. Pikiranku kacau. Jessen... Dia kenapa?!***Tian, aku dan beberapa perawat memeriksa keadaan Jessen di ruang ICU, Jessen tak sadarkan diri.Tian mulai memeriksa pemeriksaan umum Jessen, detak jantung nya lemah.Sedari tadi aku sangat ketakutan dengan kondisi Jessen. Keadaannya sangat di bawah keadaan normal pasien pada umumnya.Semua pemeriksaan luar dalam dan kami pemasang oksigen telah kami lakukan, dan dilengkapi dengan tes laboratorium yang telah di lakukan oleh petugas medis lainnya dapat di simpulkan bahwa Jessen memiliki penyakit komplikasi jantung.Tanganku sangat bergetar ketakutan melihat Jessen sudah seperti mayat hidup. Pucat tertidur dengan detak jantung yang sangat lemah.Setelah selesai segala yang dapat kami lakukan. Kami pun keluar dari ruangan.Semua keluar kecuali aku dan Tian. Tian tak keluar karena menungguku."Kau kenapa?" Tanyanya. "Kau sangat..."