ホーム / Fantasi / Mahkota Darah sang PHOENIX / 5. Upacara Pengorbanan Darah Phoenix Api

共有

5. Upacara Pengorbanan Darah Phoenix Api

作者: Aksarajjawi
last update 最終更新日: 2025-11-18 12:12:36

Gendang gong Altar Ibukota sudah ditabuh tiga kali. Masyarakat sekitar Istana Selatan, berbondong-bondong mendatangi Ibukota. Mereka semua sangat ingin menyaksikan peristiwa yang sudah ditunggu oleh semua manusia dari segala penjuru.

Penantian akan pengorbanan selama delapan belas tahun. Akhirnya hari ini tiba. Para Kaisar dari wilayah utara, timur dan barat pun telah menduduki tempat mereka masing-masing.

Altar Ibukota itu dikepung oleh tempat duduk ke-empat Kaisar. Api Abadi sudah menyala bahkan saat sebelum acara dilaksanakan.

Di tempatnnya, Kaisar Cang Jue menatap dengan dalam pada kobaran api. Alisnya mengernyit merasakan sesuatu yang familier. Mengundang pertanyaan dari Long Wei, jenderal tangan kanannya.

"Yang Mulia, apa ada yang salah dengan Altarnya?" tanya Long Wei, pada sang Kaisar.

Cang Jue melihat pada Long Wei, lalu melihat ke sekitar. "Kaisar Bai, Kaisar Xuan, menurutmu siapa yang bisa mengeluarkan Api Abadi di antara mereka?" tanya Cang Jue kemudian.

Long Wei tampak berpikir. Ikut memperhatikan Kaisar Bai dan Kaisar Xuan yang duduk di seberang. "Kaisar Xuan Ming, adalah Dewa Kura-Kura Hitam. Dia seharusnya tidak memiliki elemen api sebagai spiritual binatang yang memiliki elemen air. Jika itu Kaisar Bai..."

"Dia punya Api Abadi semenjak Dewa Harimau Putih bersemayam di tubuhnya, dan menjadi Dewa Kecil," Cang Jue melanjutkan ucapan Long Wei yang menggantung, "Bai Chen, sudah memberikan api abadi ini sejak acara belum digelar. Bagaimana sekarang menurutmu Long Wei?"

Long Wei sepertinya sudah paham, dia mangut-mangut lalu sekilas menatap Kaisar Bai Chen yang sepertinya juga menatap Kaisar Cang Jue. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Bai Chen memusuhi Cang Jue, karena belum bisa menjadi Dewa Sakti Tertinggi—peringkat tertinggi yang diperebutkan oleh para Dewa Kecil Binatang Spriritual— di Benua Tianxu ini dan masih belum bisa menggeser Cang Jue dari posisi itu.

"Mengingat kelicikan dari Bai Chen, aku tidak bisa menebak bahwa api abadi ini adalah niat baik, Yang Mulia," ucap Long Wei, mengatakan firasatnya.

"Niat baik atau tidak, hanya akan tahu setelah api itu mengenai Putri Zhu," lolos Cang Jue, berkata.

"PERHATIAN! SELURUH KAISAR BENUA TIANXU! BERIKAN SUAR KERJA SAMA UNTUK MENYAMBUT KEDATANGAN KAISAR ZHU, PHOENIX API!"

Suara dari prajurit Ibukota itu, memberikan himbau agar semua Kaisar yang mendatangi Altar memberikan suar—ledakan kembang api sebagai simbol— kerja sama, yang biasa diberi warna hijau untuk menandakan bahwa pertemuan antar kerajaan di sini bukan unruk pertarungan. Melainkan hubungan bilateral antar kerajaan.

Seluruh jenderal dari masing-masing Kaisar lantas meledakkan suar itu bersamaan, sampai kabut hijau membumbung tinggi di langit Altar Ibukota istana Selatan.

Kasim—ajudan laki-laki yang dikebiri agar setia pada Kaisar dan tidak memiliki hasrat seksual untuk memiliki keturunan yang akan memperebutkan tahta Kerajaan—Kerajaan Phoenix Api, Zhu Yudie memasuki pinggiran Altar Ibukota ketika kabut hijau itu mulai memudar. Beliau adalah pelaksana tata acara di Upacara Pengorbanan ini. Dengan etika Kerajaan di Benua Tianxu, Kasim Zhu Yudie memutari Altar untuk memberikan hormat kepada masing-masing Kaisar yang diundang. Setelahnya, Kasim Zhu Yudie, berdiri di balai panggung di depan Altar itu.

"Berikan hormat, untuk Yang Mulia Kaisar Phoenix Api, Zhu Wuhuo," ucapnya dengan lantang.

Hingga muncul Kaisar Zhu Wuhuo diikuti dengan dua kasim yang lain, mengiringi langkah Raja Phoenix Api untuk bergabung di altar, duduk di sebelah Kaisar Cang Jue.

"UPACARA DIMULAI! KASIM TERHORMAT ZHU YUDIE DIPERSILAHKAN MENGATUR UPACARA!"

Setelah seruan prajurit itu didengar oleh semua tamu, Kasim Zhu Yudie mulai membuka gulungan daun lontar yang dia bawa sejak memasuki altar.

Dia melantangkan isi dari gulungan itu.

"ETIKET DAN ATURAN UPACARA PENGORBANAN DARAH SANG PHOENIX!"

"UPACARA AKAN DILAKSANAKAN DALAM WAKTU SATU JAM MENDATANG, TEPAT SAAT GARIS CAHAYA MATAHARI MELEWATI ALTAR IBUKOTA!

"DILARANG KEPADA TAMU YANG HADIR UNTUK MENDEKATI ALTAR KETIKA PEMBAKARAN JIWA PUTRI ZHU LINGLONG SEDANG DILAKSANAKAN!"

"APABILA ADA YANG MELANGGAR ETIKET, MAKA DIA AKAN MENJADI MUSUH SELURUH BENUA TIANXU!"

Pada etiket itu, semua kaisar saling pandang. Merasakan aturan yang cukup mengerikan jika dilanggar.

"ETIKET PENUTUP, SEMUA TAMU DIMINTA UNTUK MEMBERIKAN RASA HORMAT DAN CINTA KASIH KEPADA PUTRI ZHU LINGLONG YANG SUDAH BERJASA DALAM KESEJAHTERAAN BENUA TIANXU!"

Zhu Yudie, selesai membacakan aturan upacara dari lontar yang dibuat sendiri oleh Chi Yan. Kini, upacara itu diberikan jeda, untuk menunggu satu jam. Membuat kondisi altar cukup riuh, semua membicarakan hal yang mereka pertanyakan. Sambil menunggu waktu satu jam itu sendiri.

"YANG MULIA, PUTRI ZHU LINGLONG MEMASUKI ALTAR IBUKOTA!"

Riuh renyah semua manusia yang berada di Altar Ibukota semakin merata. Mereka semua benar-benar sangat menunggu akan momentum ini. Momentum penampakan sang Putri yang sudah delapan belas tahun dikurung tanpa menampakkan diri barang satu kali pun.

Perlahan-lahan, suara seruling dan kecapi berbunyi. Mengalunkan alunan nada indah. Membuat suasana menjadi sunyi, tergantikan oleh takjubnya mereka akan suara seruling itu.

"Bagaimana bisa ada suara seruling dan kecapi? Padahal, tidak ada paduan pelayan musik di sini," heran Long Wei, yang masih berdiri gagah di samping Cang Jue.

"Zhu Que?" tanya Cang Jue, dari balik hatinya usai mendengar kalimat keheranan dari jenderalnya. Ekor mata Cang Jue langsung bergerak cepat. Cang Jue mengepalkan tangan kanannya pada tumpuan kursi yang dia duduki. Bola matanya fokus tertuju pada sisi pintu masuk Altar Ibukota.

Dari pintu itu perlahan-lahan mulai muncul dayang-dayang istana Phoenix Api, yang membuat Cang Jue menggertakkan giginya kesal. Tak sabar ingin segera melihat rupa putri Zhu Linglong.

Hingga akhirnya, setelah dayang-dayang itu habis, muncul kemudian satu langkah kaki. Dari kakinya, Cang Jue memperhatikan dengan seksama. Ketika kaki itu melangkah, gaun hanfu merah delimanya sedikit terangkat, mengekspos kulit betis kaki sang Putri yang sangat putih dan terlihat begitu halus bersandalkan sepatu bulu-bulu phoenix.

Pandang mata Cang Jue mulai bergerak naik, menelusuri keindahan hanfu merah delima, bermotifkan lukisan burung phoenix dan pernak-pernik kecil dari batu giok kristal biru.

Sangat indah, hingga Cang Jue terus menaikkan arah pandang matanya, menuju wajah sang Putri.

Begitu melihat titik wajah sang Putri, jantung Cang Jue rasanya berhenti berdetak. Selama satu detik, dia terperangkap akan pesona di luar akal dan sangat luar biasa dari figur wajah sang Putri.

Matanya berkilauan seperti kristal dari surga. Rambutnya beterbangan kecil seperti ditiup oleh angin-angin yang mabuk karena melihatnya. Perpaduan hidung mancung dan bibir mungil yang begitu sempurna. Menampilkan pesona kecantikan kasta surgawi, yang sama sekali tak pernah Cang Jue temui sebelumnya. Bahkan, Dewa Zhu Que tak memiliki kecantikan itu.

"Cantik sekali," lolos Cang Jue dengan polos, yang didengar oleh semua tamu di Altar Pengorbanan itu.

Membuat semua tamu itu memusatkan mata padanya, menatap dengan bidikan sinis seolah berbicara "tidak sopan!"

"Bukankah dewi secantik ini tidak boleh dikorbankan?"

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   7. Malam Penculikan

    Malam sudah menyambangi. Menemani Zhu Linglong yang menatap sisa-sisa sepi dari altar ibukota ini. Perasaannya kembali terperangkap dengan rasa sedihnya. Meskipun, upacara ditunda, bukan berarti tidak akan terlaksana.Bahkan, kini Kasim Istana sudah memerintahkannya untuk tetap memasuki Altar. Dengan artian, Zhu Linglong hanya bisa menunggu di Altar ini sendirian.Dia juga sudah mengikat tubuhnya sendiri, pada tungku api altar. "Api abadi itu... katanya tidak akan membakarku dengan rasa sakit," gumamnya pelan.Teringat, pada Bai Chen yang mendatanginya pada saat hari undangan disebarkan. Dia ditemui oleh Kaisar dari Timur itu, dan dihadiahi Api Abadi. Di tengah ranumnya pikiran Zhu Linglong, mendadak dia merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya mulai terasa. Detak jantungnya seperti dipacu dua kali. Ada hawa panas yang seperti menyelimuti dirinya. "Apa api ini belum benar-benar padam?" tanyanya, sambil melihat ke bawah tungku.Zhu Linglong membelalakkan matanya. Memang benar, api abad

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   6. Ramalan Karangan dari Cang Jue

    "Bukankah dewi secantik ini tidak boleh dikorbankan?" Itu adalah suara hati Cang Jue, yang tak dapat didengar oleh semua khalayak di sepanjang Altar Ibukota ini. Akan tetapi, Cang Jue masih menjadi pusat perhatian. Semuanya tampak tak suka dengan selaan kalimat yang semula dia timpalkan. Zhu Linglong yang baru memasuki altar, pun juga jadi menatapnya. "Siapa Kaisar tampan itu? Mengapa... cukup lucu?" tanyanya, dari dalam hati, dan sedikit tersenyum. Dan Cang Jue sadar betul bahwa dia kini dilihat dengan tatapan berbagai arti dari banyaknya kepala manusia di sini. Dia sedikit menggerakkan tengkuknya, berdecak dalam hati, "para manusia yang menarik," kemudian tersenyum miring. Lantas, Cang Jue mulai berdiri dari kursi tamunya. "Jika sudah menjadi pusat perhatian, maka sekalian saja," ucapnya, melantangkan kalimat. Dia berdiri penuh wibawa sambil mata memandang mengitari Altar. Melihat satu per satu, para Kaisar itu, dan berhenti pada satu titik, yakni dua mata indah Zhu Linglong.

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   5. Upacara Pengorbanan Darah Phoenix Api

    Gendang gong Altar Ibukota sudah ditabuh tiga kali. Masyarakat sekitar Istana Selatan, berbondong-bondong mendatangi Ibukota. Mereka semua sangat ingin menyaksikan peristiwa yang sudah ditunggu oleh semua manusia dari segala penjuru. Penantian akan pengorbanan selama delapan belas tahun. Akhirnya hari ini tiba. Para Kaisar dari wilayah utara, timur dan barat pun telah menduduki tempat mereka masing-masing. Altar Ibukota itu dikepung oleh tempat duduk ke-empat Kaisar. Api Abadi sudah menyala bahkan saat sebelum acara dilaksanakan. Di tempatnnya, Kaisar Cang Jue menatap dengan dalam pada kobaran api. Alisnya mengernyit merasakan sesuatu yang familier. Mengundang pertanyaan dari Long Wei, jenderal tangan kanannya. "Yang Mulia, apa ada yang salah dengan Altarnya?" tanya Long Wei, pada sang Kaisar. Cang Jue melihat pada Long Wei, lalu melihat ke sekitar. "Kaisar Bai, Kaisar Xuan, menurutmu siapa yang bisa mengeluarkan Api Abadi di antara mereka?" tanya Cang Jue kemudian. Long We

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   4. Malam Terakhir

    "Anakku... ayahanda minta maaf kepadamu, apabila ayahanda sama sekali tidak punya jalan keluar untuk masalahmu ini," ucap Zhu Wuhuo, yang sudah berdiri selama tiga jam di Paviliun Chi Yan Dian, kini akhirnya bersuara. Membuat Zhu Linglong tersenyum. Dia mendekati ayahandanya, yang berdiri dengan menautkan tangan di belakang punggung. "Ayahanda jangan minta maaf, aku baik-baik saja. Lagipula, ramalan itu bukan ayahanda yang buat," ucap Zhu Linglong, seraya mengelus bahu ayahnya. Zhu Wuhuo kemudian menghadap pada Zhu Linglong sepenuhnya, sisi lengan kanan dan kiri Zhu Linglong, dipegangnya dengan penuh kasih sayang, "nak... selama ini kau tidak pernah sama sekali keluar dari Paviliun. Kau tidak ingin menikmati waktu untuk melihat-lihat?" "Maksud Ayahanda... untuk yang terakhir kalinya?" Zhu Wuhuo menunduk. Menyesal mengatakan itu, "tidak anakku. Ayahanda hanya asal bicara. Lupakan saja," rintihnya pelan. Zhu Linglong tertawa kecil, "tidak apa-apa, Ayahanda. Linglong mu ini su

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   3. Kaisar Azure Dragon, Naga Biru

    Istana Perak Biru wilayah Utara, Kekaisaran ke-59 yang kini dipimpin oleh kaisar baru. Mendadak ramai karena menerima kabar dari Wilayah Selatan. Kaisar Cang Jue, sang Dewa Kecil Naga Es Biru itu baru saja kembali dari kultivasinya di Lembah Kelereng Suci. Dia sudah harus menerima undangan itu dengan cap sihir dari Wilayah Utara, langsung darinya. Sungguh membuatnya merasa tidak bahagia. Memang saja, karena dirinya belum berniat kembali ke Istana, dan masih ingin berkultivasi mematangkan kekuatan Naga Es Biru milik tubuhnya itu. Tapi, sekarang malah harus kembali hanya untuk membaca dan menandatangani undangan. Membuatnya menggeleng kecil, "ada-ada saja," ucapnya lirih, hanya dia yang dengar. "Yang Mulia, bagaimana kami menyikapi undangan dari Kaisar Zhu?" tanya Long Wei, sang jenderal utama, begitu Cang Jue membubuhkan cap sihir tanda bahwa dia akan menghadiri acara di wilayah selatan itu. Kini, Kaisar Cang Jue, menatap pada Long Wei. "Bagaimana dengan ketampananku?" Long We

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   2. Api Abadi Altar Megah Pengorbanan

    Hari ini, undangan dari Kaisar Zhu Wuhuo telah disebarkan ke seluruh wilayah Kerajaan lain di Benua Tianxu. Kaisar Phoenix duduk diam di kamarnya, saat Chi Yan kembali menguatarakan ramalannya. "Yang Mulia, bisakah kau temui Kaisar Harimau Putih?" ucap seorang Prajurit setelah memberikan penghormatan kepada Kaisar Zhu Wuhuo. "Oh, maksutmu Kaisar Bai, dari wilayah Timur?" Prajurit itu mengangguk. "Benar, Yang Mulia." "Untuk apa dia datang?" "Kaisar Dewa Harimau Putih, memasuki ruangan!" teriak pengawal singgasana menabuh palu gong Istana. Begitu suara menggema, Kaisar Harimau Putih datang. Dia memberikan hormat, "Yang Mulia. Bagaimana kabarmu?" tanyanya, sedikit berbasa-basi. Di sela itu, prajurit yang memberikan kabar untuk Kaisar Zhu Wuhuo, akhirnya mengundurkan diri dari hadapan mereka berdua. Tersisa Zhu Wuhuo, dan Kaisar Harimau Putih, Bai Chen. "Apa yang membuat Kaisar Harimau Putih datang kesini? Bukankah undangan yang disebar masih untuk beberapa hari lagi?"

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status