“Abah sudah kelihatan lebih sehat,” ucap Azmi sambil memijit Abahnya.
“Alhamdulillah. Semoga masih sehat terus sampai lihat kamu nikah.”
“Amin, Bah.”
Azmi melanjutkan kembali memijat sang abah. Mereka tengah bersantai di gazebo belakang rumah sementara Aslan triplet sedang belajar gerakan tinju dengan sang abah singa.
“Ckckck. Itu Mas Azzam ngapain coba, masih pada kecil udah diajarin tinju.”
“Hehehe. Mas kamu justru sedang melatih kesabaran dan mengolah emosi mereka, Mi. Kamu tahu sendiri mereka itu cenderung anak hiperaktif dan penuh rasa ingin tahu. Makanya dari kecil sudah harus diarahkan dan diolah emosinya,” terang Abah Ilyas.
“Hehehe. Sama kayak Mas Azzam ya, Bah.”
“Iya, begitulah abah mendidik mas kamu.”
“Tapi kok sama Azmi beda, Bah?”
“Soalnya kamu lebih lembut orangnya, sensitif alias perasa, fisikmu w
“Wow ... its wonderful!” teriak Azada.“Do you like it, Gus?”“I like it, Mbak Je. Mas, Idan ayok kita berenang.”“Wokeh.” Ketiga Aslan langsung menuju ke sungai dekat rumah Jenar. Mereka sedang liburan di rumah Jenar ceritanya. Sudah dua hari dua malam mereka menginap di rumah Jenar bersama Desi.“Gila, pantesan kamu katrok ya Je pas pertama aku lihat kamu. Lah rumahmu masih kampung kayak gini,” celetuk Desi.“Kan aku udah bilang, di kampungku gak ada mall adanya kali sama pasar.”“Ho’oh, ra kuat aku nek kon urip neng kene.”(gak kuat aku kalau disuruh hidup disini).Jenar hanya tertawa, lalu mengawasi ketiga gusnya yang sedang bermain di sungai. Bahkan sesekali mereka saling menciprati lawan.Azmi baru saja sampai, dia memutuskan menengok ketiga keponakannya. Azmi ditemani Kang Rozak,
Azmi tengah fokus mengerjakan beberapa desain background untuk keperluan studionya. Fokusnya teralihkan saat ada suara ketukan pintu.“Masuk.”“Permisi Bos, ada tamu,” kata salah satu pegawainya.“Suruh masuk aja.”“Baik, Bos.”Tak lama kemudian munculah sosok Zainal dengan adiknya Hafsah. Azmi mendesah, kenapa dua orang itu senang sekali mengganggunya?“Assalamu’alaikum Azmi, gimana kabarnya?”“Wa’alaikumsalam, baik Zai. Kamu gimana kabarnya?” Azmi mencoba berbasa basi.“Alhamdulillah baik nih. Oh iya, sebulan lagi aku mau nikah sama Ning Ulya. Kamu kenal, ‘kan?”“Gak. Cuma sekedar tahu. Ning Asal Jember, ‘kan?”“Betul, kita mau minta tolong kamu buat motoin kita berdua bisa, ‘kan?”“Bisa kalau cuma kamu yang minta foto. Tapi untuk istrimu nanti aku minta
“Kenapa kamu?”“Aku gagal ta’aruf Mi.”“Oh.”“Hanya oh saja, ya ampun Azmi. Kamu tuh gak ngerti rasanya. Seseorang yang selama dua tahun ini kamu harapkan dan kamu ingin lebih mengenal dia, malah ternyata gagal karena dia sudah dilamar sama orang lain. Nyesek tahu. Rasanya itu ... sakit.”Azmi memilih menikmati bakso uratnya dengan lahap dan hanya mendengarkan keluhan sahabatnya Gus Amar. Gus asal Jember yang sedang main ke Purwokerto.“Kamu gak bakalan paham Azmi. Kamu, kan ....” Amar menghentikan kalimatnya lalu nyengir dengan perasaan bersalah.“Kamu itu baru ta’aruf Mar. Aku ini loh tujuh tahun dikasih harapan sama Yasmin.”“Hehehe. Sorry Mi, lupa.”Azmi hanya meliriknya dan melanjutkan makan bahkan dia memesan semangkok bakso lagi.“Azmi.”“Hem
Jenar duduk dengan gelisah. Dari tadi dia terus menunduk dan meremas ujung jilbabnya. Sesekali dia melirik ke ruang tamu yang terhalang tirai. Para sahabatnya menemaninya dan berusaha menenangkannya.“Grogi ya Je?” tanya Desi.“Iya.”“Kan aku bilang juga apa? Kamu bisa jadi kandidat istri Gus Azmi. Tuh kan, beneran. Hihihi.”“Iya, temen kita yang Ndeso bin Katrok akhirnya bikin Guse jatuh hati,” tambah Afi.Terdengarlah tawa ketiganya yang langsung terdiam ketika mendapat deheman dari Caca. Sementara di ruang tamu, Keluarga besar Al Hikam terdiri dari Abah Ilyas, Azzam, Azmi dan beberapa anggota yang lain tengah rembugan dengan keluarga Jenar.“Jadi Pak, kedatangan kami k esini untuk melamar putri Bapak, Jenar untuk menjadi istri putra bungsu saya. Bagaimana Pak? Bapak kersa mboten sama anak saya ini buat jadi mantu.”Karmin dan Minah terharu. Mereka yang ha
“Wow ... tempatnya indah ya, Mas?”“Iya. Kamu suka?”“Suka sekali. Mas Azmi kok kepikiran ke sini sih?”“Gara-gara Mas Azzam sama Mbak Caca pernah honeymoon ke sini. Makanya aku juga pengin ke sini sama istriku nanti.”“Oh iya, kok Mbak Caca sama Mas Azzam mau honeymoon malah bawa Mas Azmi sih?”“Hahaha.”Azmi lalu menceritakan bagaimana dulu ia dan Nada mengikuti kemana pun acara bulan madu Azzam sama Caca.“Ya Allah Mas. Mas Azmi sama Mbak Nada bener-bener ya.”“Hehehe. Makanya aku seneng kita gak direcoki sama Aslan bersaudara jadi aku bisa seneng-seneng sama kamu.”Azmi langsung memutar-mutar kerudung Jenar yang menjuntai. Binar matanya terlihat begitu mendamba. Jenar yang paham arti tatapan suaminya hanya menunduk malu. Azmi tertawa dibuatnya kemudian mencubit pipi sang istri.“Ish
“Tolong cabai setan sekilo, merah setengah, hijau panjang setengah, bawang putih sama merahnya masing-masing sekilo.”“Baik, Mbak.”Jenar sedang berbelanja di pasar untuk membeli beberapa keperluan dapur. Sudah tiga hari mereka liburan di Wonosobo. Besok, mereka harus kembali ke Purwokerto.“Dek, beli kerupuk udang dong?” pinta Azmi.“Nggih, Mas.”Setelah membayar, Azmi dan Jenar segera pergi dan menuju ke bagian yang lain. Jenar tersenyum melihat tingkah suaminya yang tanpa canggung membawa barang belanjaan.“Beli apa lagi, Dek?”“Udah gak ada, Mas?”“Beliin gula, teh, kopi, terigu dan lain-lain buat Bapak sama Simbok udah?”Jenar hanya menggeleng.“Ya udah. Yuk beliin.”“Tapi, Mas …?”“Gak tapi-tapian. Kan yang beliin anak sama mantunya.”“Jej
Suasana meriah menghiasi pondok Al-Hikam. Para santri lalu lalang menyiapkan segala sesuatu untuk resepsi pernikahan putra bungsu Abah Ilyas. Umi Aisyah dan Caca juga dari tadi mondar mandir mengurus segala sesuatu. Sedangkan Abah Ilyas dan Azzam sibuk menyambut para tamu yang datang.Pukul sembilan, acara resepsi dimulai. Pengantin baru sudah memasuki pelaminan. Decak kagum terlontar dari para tamu undangan melihat pasangan pengantin yang serasi sekali.“Al-Hikam itu kayaknya seneng banget ya nyari jodoh dari kalangan bukan ning. Dari Mulai Abah Ilyas, Gus Azzam terus sekarang Gus Azmi,” ucap salah satu bu nyai yang hadir.“Kalau calonnya bagus ya gak masalah, toh sudah terbukti kualitas Bu Nyai Aisyah sama Ning Caca. Gak kalah bagus loh sama yang asli ning,” celetuk yang lain.“Iya, kalau gak salah sekarang semua aktivitas pondok putri dihandel sama Ning Caca. Kalau Gus Azzam ngurus yang pondok putra.”“K
Genap dua bulan usia pernikahan Azmi dan Jenar. Keduanya begitu bahagia, walau namanya rumah tangga pasti ada masalah, tetapi keduanya masih bisa mengatasi masalah tersebut.Hari ini berlalu seperti hari-hari sebelumnya. Azmi kini sedang berkutat di kantornya. Dia sedang memeriksa laporan keuangan ketiga studio fotonya. Saat sedang fokus, pintu kantornya diketuk.“Bos.” Alfin membuka pintu ruangan bosnya.“Ya.”“Ada tamu ... aduh!” Alfin mengaduh karena tubuhnya didorong dengan keras oleh Yasmin.Yasmin datang sendirian. Azmi menatap Yasmin datar.“Mas, aku mau ngomong berdua aja.” Yasmin tanpa permisi langsung duduk di kursi yang berseberangan dengan Azmi.“Oke kita bicara. Alfin duduk!” Alfin duduk pada sofa mengikuti perintah bosnya.“Aku mau bicara berdua aja Mas, bisa gak pegawai kamu pergi dulu!”“Bertiga atau gak sama sekali,