Mahligai Bersamamu

Mahligai Bersamamu

last updateLast Updated : 2022-01-23
By:  Bai_NaraCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
14 ratings. 14 reviews
39Chapters
22.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Azmi Daffa Al Kaivan harus menelan pil pahit ketika lamarannya yang ketujuh ditolak Yasmin. Yasmin beralasan ingin menjadi dokter spesialis dan meminta Azmi untuk menunggu lagi. Azmi memilih menyerah dan kembali ke Al-Hikam. Di sisi lain, Jenar Ayu Kumalasari sedang dilanda patah hati. Arif, lelaki yang dia cintai dan telah melamarnya, tiba-tiba menikah dengan anak kyainya dan meninggalkan Jenar. Sakit hati membuat Jenar memutuskan mondok lagi di Al-Hikam. Dua manusia yang sedang berusaha move on bertemu. Serangkaian kejadian membuat keduanya saling mengenal dan berada pada keadaan yang terkadang membuat sama-sama kikuk. Lambat laun perasaan keduanya berubah. Ada getaran aneh yang mereka rasakan. Akankah keduanya sama-sama move on, dan menjalin hubungan, sementara para mantan kembali meminta perhatian dari keduanya?

View More

Chapter 1

1. Patah Hati

Seorang gadis tengah merenungi nasibnya. Hari ini seseorang yang begitu di kaguminya sejak usia 15 tahun akan melangsungkan pernikahan dengan anak seorang kyai. Padahal, seminggu yang lalu sang lelaki telah meminangnya di hadapan kedua orang tuanya dan sang kakak. Pun sang ibu dari si lelaki menyetujuinya.

Hanya berselang seminggu, dari acara tembung sang lelaki ternyata sang lelaki malah menikahi ning-nya atas perintah almarhum sang guru. Sungguh miris. Dia kalah karena si gadis hanyalah orang biasa, anak seorang petani. Bahkan dirinya hanya bisa mengenyam pendidikan sampai MA saja. Sangat jauh dibandingkan calon sang lelaki. Sudah bergelar ning, sarjana lagi. Hidup terkadang serumit dan semiris ini.

"Nduk."

"Iya mbok. Sebentar."

Jenar Ayu Kumalasari namanya. Asli Wonosobo daerah Wadas Lintang tepatnya.

Ceklek.

"Pripun mbok."

"Boleh mbok masuk."

"Silakan mbok."

Mereka pun duduk berjejeran di tepi ranjang. Si mbok mengelus kepala sang putri yang tertutup kerudung dengan penuh kasih.

"Sudah. Dia memang bukan jodohmu. Harusnya kamu bersyukur gak sama dia. Sejak dulu Arif itu anak emaknya. Lihat khan? Bilang setuju kamu jadi menantunya eh... Malah mau menikahkan sang anak sama putri kyai Mustofa. Tanpa rembugan tanpa omongan sedikitpun sama kita. Insya Allah kamu akan di kasih jodoh yang terbaik untuk kamu. Dan lebih baik dari Arif. Insya Allah."

"Amin mbok." ucap Jenar lalu menampilkan senyum tulusnya.

"Nah gitu dong. Ini baru anaknya simbok."

Jenar masih sesenggukan, mau tak mau perkataan ibunya memang benar. Dia harus melupakan dan melepaskan Arif istilahnya move on.

"Wis tho nduk, ra usah nangis wae. Sudah cukup air matamu keluar. Buktikan sama Arif kalau kamu cewek yang kuat. Kayak bapak sama simbok itu loh, tetap membantu di rumah tetangga kita. Harusnya kalau mereka punya malu gak mungkin minta tolong sama kita. Buktikan kamu itu gadis kuat." Cakra kakak lelakinya, menyemangati Jenar untuk tetap tabah.

Luar biasa, mungkin dibanding Jenar. Cakra adalah orang yang paling terluka, karena sahabatnya yang ia percaya malah menghancurkan hati adik dan keluarganya. Namun, Cakra walau suka mbanyol, dia sangatlah dewasa.

"Eh... Denger. Kamu masih muda, baru 20 tahun. Mending kamu ngaji lagi aja. Gak usah ngaji lagi di pondok kyai Mustofa toh pak kyainya udah gak ada. Dia cuma punya satu putri ning Alifah. Yang gantiin beliau paling Arif, gak bakalan maju tuh pondok kalau yang megang Arif. Bukannya mas lagi dendam sama dia, tapi Arif itu orangnya gak bisa tegas. Buktinya sama kamu itu loh. Mancla mencle."

Jenar tertawa melihat ekspresi kakaknya saat menghujat sang sahabat.

"Percaya sama mas, kamu justru harus bersyukur gak berjodoh sama orang mancla mencle kayak dia. Nanti mas akan ngantar kamu ke Al-Hikam Purwokerto. Disana pondoknya bagus, udah ada universitasnya juga. Ada banyak beasiswa untuk santri yang berprestasi kayak kamu. Udah ya jangan nangis."

"Iya mas... Jeje gak bakalan nangis lagi kok."

"Bagus. Sekarang siap-siap tunjukkin siapa diri kamu."

"Iya mas."

Jenar tersenyum cantik memperlihatkan lesung pipi di pipi kanannya yang semakin menambah kecantikannya. Duh, dasar Arif goblok bisik hati Cakra. Dia telah membuang batu permata yang masih tertutup demi sebuah emas yang kelihatan mentereng padahal belum tentu mas asli 24 karat mungkin 22 karat. Astagfirullah, maafkan Cakra. Rupanya dendam dan benci ini masih ada.

****

Akad pernikahan antara ning Alifah dan Arif dilangsungkan di rumah Arif atas permintaan ibunya Arif karena Arif putra tunggalnya. Sedangkan pondok Al-Huda sendiri akan mengadakan resepsi seminggu kemudian.

Bu Tuti senang sekali putranya dipilih menjadi mantu almarhum kyai Mustofa. Dia sungguh tak peduli dengan tanggapan miring warga sekitar, pun dengan perasaan Jenar. Dia menyukai Jenar, namun kalau harus memilih dia lebih memilih ning Alifah yang jelas statusnya lebih baik daripada Jenar.

Dia pun bersikap cuek meminta bantuan bu Minah dan suaminya pak Karmin agar mau membantu di rumahnya. Biarlah, toh mereka juga mau.

Setelah akad nikah langsung dilanjutkan resepsi. Mau tak mau hampir semua orang mengagumi pasangan pengantin yang sangat serasi. Yang satu ganteng sedangkan yang satunya cantik. Namun kedatangan Cakra dan Jenar sedikit membuat suasana menjadi sedikit kaku.

Apalagi wajah bu Tuti dan Arif. Arif menatap nanar pujaan hatinya. Cantik walaupun hanya memakai gamis sederhana namun Jenar memang selalu cantik. Rasa bersalah di hatinya sungguh kian terasa saat melihat Jenar nampak baik-baik saja. Padahal Arif tahu hatinya terluka, hal itu pun karena ulahnya. Bodoh, kenapa dia harus mengiyakan permintaan gurunya dengan menyakiti banyak orang. Jenar, Cakra, dan Jafar, sahabat karibnya di pondok. Padahal dia tahu Jafar mencintai ning Alifah. Jafar langsung boyong mengetahui Arif akan menikahi gadis yang dicintainya. Bahkan teman satu kamarnya mendiamkannya hingga kini. Beberapa memilih pindah pondok. Sementara bu Tuti mengakui Jenar sangat cantik sekali dan baik, ada sudut hatinya yang merasa bersalah karena menyia-nyiakan gadis sebaik dia.

"Arif selamat ya." Cakra mengucapnya dengan senyum manis namun tatapan tajamnya mengintimidasi Arif .

"Makasih." jawab Arif sambil menunduk. Tak ada pelukan ala sahabat lagi diantara mereka. Yang ada hanya canggung dan perasaan bersalah Arif serta perasaan tersakiti di hati Cakra.

"Selamat ya mas Arif juga ning Alifah semoga samawa." ucap Jenar dengan senyum merekah.

"Terima kasih ya Jenar. Oh iya, aku mau minta tolong sama Jenar. Jenar nanti bantu saya ngajar TPQ ya. Soalnya Jenar disukai anak-anak."

"Ngapunten Ning saya mau melanjutkan ngaji sama mondok."

"Yah... Apa gak bisa ditunda Je."

"Gak bisa ning, menuntut ilmu itu kewajiban apalagi membahagiakan orang tua dan kakak. Saya rela kerja jauh di Kalimantan itu demi adik saya biar sekolah tinggi ning, biar jadi wanita yang berpendidikan biar gak di rendahkan terus sama orang." celetuk Cakra, walau diucapkan dengan tenang terlihat sekali menyindir Arif dan sang Ibu.

"Harus itu mas Cakra. Ya sudah nanti saya cari alumni yang lain saja."

"Pangapunten ning. Mari saya duluan, karena masih banyak yang antri."

Jenar dan sang kakak turun dari pelaminan. Jenar berkumpul dengan teman pondoknya. Sesekali dia tersenyum mendengar guyonan para sahabat.

Arif sesekali melirik Jenar, sudut hatinya sangat tak rela kehilangan Jenar. Apalagi sejak tadi beberapa teman satu pondok maupun luar pondoknya banyak yang melirik ke arah Jenar.

Mungkin Alifah adalah ratu dalam acara ini. Namun, Jenar adalah sang artis yang keberadaannya menjadi magnet bagi sekelilingnya.

Tingkah Arif tak lepas dadi pengamatan sang istri. Sudut hatinya terluka menyadari jika hati sang suami ternyata bukan untuknya. Ah lebih tepatnya belum. Sebenarnya dialah yang meminta sang abah agar menikahkan dirinya dengan Arif jadi dia akan berusaha membuat Arif jatuh cinta padanya.

****

"Ning tidur saja duluan, saya akan menemui tamu dulu."

"Mas tunggu, kita sudah menikah. Alangkah baiknya mas Arif memanggil saya dengan nama atau dek saja. Kesannya kok aneh ya."

"Maaf ning, saya belum terbiasa. Saya keluar dulu."

Ambyar.... Runtuh sudah air mata Alifah melihat penolakan sang suami. Malam pertama yang begitu diidam-idamkannya sepertinya akan berlalu begitu saja.

"Duh gusti, pangapunten bah. Alifah ndak manut sama abah. Padahal abah kepengin saya sama Jafar, tapi Alifah ngeyel pengin nikah sama Arif. Maaf bah... Maaf. Alifah nyesel ndak manut sama abah."

Malam berlalu begitu saja. Kedua pasangan pengantin baru bahkan tak tidur seranjang, Alifah tidur di kamar Arif sedangkan Arif entah tidur dimana.

"Ning." sapa bu Tuti ramah.

"Alifah saja bu. Khan saya menantu ibu."

"Ah... Ndak patut, orang ning anak junjungan saya. Sudah sini ning makan. Arif mana?"

"Mas Arif... Mas Arif ..."

"Wonten nopo bu?"

"Eh.. Arif. Kamu dari mana?"

"Mushola bu."

"Oh... Ya sudah sini makan."

Arif duduk di dekat Alifah. Alifah meladeni sang suami dengan telaten. Di depan sang ibu baik Arif dan Alifah menampilkan kemesraan pasangan pengantin baru. Padahal aslinya hambar.

****

"Mas... "

"Iya."

"Ehm ..." Jenar bingung mau memulai dari mana.

"Tenang mas gak akan bilang ke siapapun kalau kamu di Purwokerto. Mas akan bilang kamu di Kediri."

"Makasih mas."

Hening.

"Dek... Yang betah-betah ya disana syukur kamu dapat jodoh disana."

"Dapat gus ya mas."

"Amin..."

"Hahahaha." baik Jenar maupun Cakra tertawa, menertawakan omongan Jenar yang terlalu menghalu. Padahal omongan terkadang menjadi doa yang akan diijabah oleh Allah S.W.T.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
zahra
kak,,kapan lanjutan nya ini udah 2 kali bacanya,,tetap gk bosanin,,
2023-06-28 20:56:52
0
user avatar
Gavin Farel
yok semngat buat lanjut sesion 2 nya
2023-04-09 05:45:59
0
user avatar
Endang Sagita
alurnya gk bosenin dan selalu penasaran dg kelanjutannya, ya kalo bisa di oerpanjang bab nya seru bacanya dan aku terhibur sekalibanyak jg pelajaran yg bisa di ambil dr kisahnya ...... semangat terus buat lanjutin kisahnya ......
2022-12-06 15:41:01
0
user avatar
Anggit Ramara
bagus bagus ceritanya
2022-12-04 21:03:37
0
user avatar
Rocker Bladers
cerita yg bagus dan menarik..
2022-11-29 19:27:27
0
user avatar
Umi ulul azmi
bagus banget
2022-11-19 18:07:20
0
user avatar
Nury
Cerita yg sangat bagus
2022-04-25 02:25:19
0
user avatar
Defi Andriani
keren keren kereenn
2022-03-27 18:38:56
0
user avatar
Sri Halawa
mantap, menarik
2022-03-12 02:01:32
0
user avatar
Jujun Marujun
sudah oke pake banget... di tunggu season 2 nya ya kak. jgn kelamaan kak. takut pada lupa dan terkubur jauh tersmpannya
2022-03-05 22:07:12
0
user avatar
Wiwik Setyo Wiyati
Kisahnya itu menginspirasi dan mengandung nasehat terutama dalam berumah tangga.. Dan ads lucu2nya.. Jadi Semangat bacanya.. Apa lagi mengandung aturan dalam beragama bagaimana seorang Muslim bersikap dg lawan jenis... Semoga berkah kk author..
2022-01-20 08:49:02
1
user avatar
Diana Ana
Bikin ceritanya Aslan triplet dong kk.. Pasti seru jg
2022-01-18 11:37:24
1
user avatar
Diana Ana
Wih ada yg baru cerita nya gus azmi nich
2022-01-18 11:36:56
1
user avatar
call me Jingga
ceritanya bagus hanya saja banyak kejadian yg mirip/sama dgn karya yg satunya(pelabuhan terahir),,jd pas baca kek dejavu gt..
2022-12-22 19:46:50
0
39 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status