Saat ini Jelita sedang membaringkan tubuhnya diatas sofa, dan Riani mengusap-usap kepalanya Jelita."Bi, aku rindu sekali dengan ibu," celetuk Jelita dengan tatapan mata berbinar-binar.Riani menatap lekat pada sorotan mata itu dan langsung berkata. "Kalau Jelita rindu dengan ibu sebaiknya hubungi ibu atau ajak bertemu," balas Riani yang memberikan saran pada nona muda."Tapi ayah tidak mengizinkan aku untuk menemui ibu," ucap Jelita dengan suara pelan bahkan hampir tidak terdengar.Riani menghela napas dengan pelan. "Coba minta izin pada om Jonathan," ujar Riani yang memberi saran lagi.Riani paham kenapa ayahnya Jelita tidak mengizinkan Jelita untuk bertemu dengan ibu kandungnya, dan Riani juga tidak paham mencampuri rumah tangga anak majikannya.Jadi, Riani memberikan saran seperti itu pada Jelita. Karena Riani paham jika Jonathan pasti bisa mengatasi kerinduan Jelita pada ibu kandungnya, Vany Tobing.
Dona mengerutkan keningnya dan berkata. "Bagaimana kamu tau kalau bi Riani gak enak badan?" Dona masih dengan ekspresi kening berkerut."Tadi siang aku ngobrol sama bi Riani,* jawab Jelita dengan jujur."Ri, setelah ini saya tunggu di kamar," ucap Dona sambil menatap asisten rumah tangganya, Riani."Baik, nyonya." Riani hanya bisa menurut dengan apa yang di katakan oleh majikannya, Dona.Setelah itu, Riani dan bi yani pamit pergi dari ruang makan dan membiarkan para majikannya leluasa membahas apapun disana."Kenapa kamu panggil Riani?" tanya Daniel sambil melirik kearah istrinya, Dona."Gak apa-apa, ada sesuatu yang mau aku bahas," jawab Dona dengan santai saat menjawab pertanyaan suaminya, Daniel.Daniel hanya menghela napas saja, dia tidak mengerti kenapa istrinya selalu saja bertingkah aneh dan mencurigai Riani. Walaupun apa yang di curigai istrinya ada benarnya, tapi Daniel merasa jika dirinya harus tetap menutupi semua ini."Ayah, besok aku mau ke toko buku," celetuk Jelita sambi
'Jonathan sepertinya harus memiliki skandal deh,' batin Jeno yang mulai mengkhawatirkan Jonathan.Akhir-akhir ini Jeno memang sudah mendengar beberapa rumor murahan itu, tapi dia tidak pernah menghiraukannya.Namun, setelah dirinya tadi melihat Jonathan yang terlihat senyum-senyum sendiri saat menatap layar ponselnya sudah pasti Jonathan memang memiliki seorang wanita.'Aku harus menanyakan masalah ini padanya,' batin Jeno yang harus menyelesaikan rumor murahan kali ini.Jeno memang harus menangani rumor murahan itu karena bulan depan Jonathan akan konser di Amerika, sudah pasti rumor-rumor itu harus segera di basmi sebelum mereka pergi kesana.Menit berlalu, Jeno selesai membelikan menu makan siang untuk Jonathan.Kini Jeno melangkah pergi dari kantin dan melangkah menuju ruangan Jonathan, tidak perlu menunggu lama lagi untuk Jeno masuk kedalam ruangan itu."Ini," ucap Jeno setelah masuk kedalam ruangan Jonathan.Jeno langsung menyimpan semua itu diatas meja dan Jonathan langsung dud
"Aku ada hadiah khusus untukmu, sayang." Jonathan membisikkan itu tepat di telinganya Riani.Sejenak, Riani terdiam. Dia masih bingung dengan apa yang di bisikkan oleh tuan mudanya, Jonathan.Jonathan memeluk Riani dari belakang. "Aku sengaja melakukan ini agar kamu tidak merasa jika aku hanya membutuhkan tubuhmu saja," bisiknya lagi.DEGDEGTiba-tiba saja jantungnya Riani tidak karuan saat mendengar bisikan itu dari Jonathan, entah apa yang saat ini dia rasakan."Hei, apa kamu sakit?" tanya Jonathan yang kini sudah melepaskan pelukannya pada Riani, lalu membalikkan tubuhnya.Saat ini Riani dan Jonathan sudah saling bertatapan, tapi kedua tangannya Jonathan melingkar tepat di pinggangnya Riani.Jonathan terlihat menyukai posisinya bahkan wajahnya mereka saling berdekatan, hingga nafas mereka terasa di wajahnya masing-masing."A ... Aku gak sakit tuan, eh. Jonathan," gugup Riani lalu
"Membutuhkan aku? Maksudnya membutuhkan aku untuk diatas ranjang?" tanya Riani yang mulai melepaskan tangannya.Jonathan menghela napas, dia paham jika mainan cantiknya pasti sedang merajuk padanya."Bukan itu maksudnya aku," jawab Jonathan."Lalu, apa?" Riani mendongkak dan menatap lekat lekat pada pria yang selama ini sudah menjamahnya."Aku menyayangimu, Riani. Jadi jangan menganggap dirimu seperti itu lagi, dan percayalah padaku jika aku takkan mengecewakan kamu." Suaranya Jonathan terdengar tulus dan sedikit gemetar.Riani langsung menundukkan kepalanya, dia seperti bermimpi mendengar perkataan Jonathan. Apa lagi status sosial mereka sangat berbeda, Riani juga sadar diri jika dirinya disini hanya asisten rumah tangga atau di sebut pembantu."Sudah ya, kita jangan bahas ini karena yang penting aku selalu ada untukmu." Jonathan langsung memeluk erat tubuh Riani lalu mengecup pelan pucuk kepala wanita yang ada di depannya.Setelah membahas semua itu, kini Jonathan dan Riani menikmat
"Pasti bi Riani habis bertemu dengan kekasihnya tadi," celetuk Jelita.Jefan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar perkataan sang anak, karena menurutnya jika anaknya benar-benar selalu ingin tau urusan Riani. Entah kenapa Jelita seperti itu, walaupun Riani tidak merasa risih tapi Jefan selaku ayahnya agak risih dengan anaknya yang seperti itu."Ini udah malam, kita tidur aja." Jefan mengajak anaknya untuk segera tidur tapi sebelum tidur harus di habiskan terlebih dahulu susunya."Ayah nyebelin deh, aku gak mau kalau bi riani punya pacar," ucap Jelita dengan jujur.Jefan mengerutkan keningnya dan berkata. "Emangnya kalau bi Riani punya pacar kenapa?" tanyanya pada sang anak."Nanti bi Riani gak bisa main lagi sama aku dan pasti sibuk sama pacarnya," jawab Jelita.Jefan hanya bisa menghela napas dan enggan menanggapi jawaban anaknya, lalu dia menuntun anaknya untuk segera meminum susu hangat itu. Karena waktu sudah semakin malam, Jefan juga harus tidur karena besok akan k
Jelita hanya memutar bola matanya dengan malas, dia sangat tidak suka di panggil Nona muda oleh siapapun."Siap, Jelita." Riani berbisik pada nona mudanya."Hehe." Jelita langsung melambaikan tangannya pada Riani dan bi Yani.Riani dan bi Yani membalas lambaian itu, lalu Jelita melangkah pergi dari dapur karena dia akan pergi ke sekolah."Yuk, sepertinya udah pada pergi," ucap bi Yani sambil menatap kearah Riani.Riani menganggukkan kepalanya, kini bi yani dan Riani melangkah pergi dari dapur dan kembali melakukan aktivitas masing-masing.'Apa nanti malam Jonathan akan membahas semuanya padaku?' tanya Riani didalam hati, entah kenapa dia terus-menerus memikirkan Jonathan yang akan pergi keluar negeri.Saat Riani ingin sudah berada di lantai atas, tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya dengan sedikit kasar.Seseorang itu membawa Riani ke sebuah kamar, dan sampai didalam kamar. Seseorang itu mengunci pintu kamarnya rapat-rapat, dan Riani hanya menatap bengong pada seseorang itu."Tu
"Jadi, suamiku mau di buatkan makanan apa?" tanya Riani sambil mengembangkan senyuman manis pada Jonathan.Terlihat jelas dari raut wajahnya Riani yang semakin hari semakin nyaman saat bersama prianya, Jonathan. Sudah pasti Riani juga mulai merasakan perasaan yang berbeda saat bersama prianya, pria yang sudah merenggut kesuciannya.Jonathan menyimpan botol tadi lalu memeluk erat tubuh wanitanya. "Mau makan kamu," jawabnya dengan senyum menyeringai."Kalau makan aku di atas ranjang nanti aja, sekarang makan malam penutup aja," ucap Riani yang paham apa yang ada di dalam otaknya Jonathan.Jonathan tersenyum, lalu dia mengecup bibir mungilnya Riani."Makan apa aja deh, tapi kayaknya kalau makan burger atau steak enak," ujar Jonathan yang sepertinya butuh cemilan di malam hari."Huhu, aku gak bisa buat steak." Riani langsung cemberut."Ya udah kita pesan aja di caffe bawah," kata Jonathan yang mulai melepaskan pelukannya."Tapi..." Riani menjeda perkataannya dan kembali melanjutkan. "Tapi