Share

2. Teman Putraku

Author: Dea Anggie
last update Last Updated: 2025-09-17 22:16:39

Si perempuan selesai mandi. Saat dia keluar dari kamar mandi, dia melihat uang yang ada di atas tempat tidur utuh tidak tersentuh, dan malah ada secarik kertas.

"Aku nggak akan pernah melupakanmu, Nona. Karena kamu adalah perempuan pertama dalam hidupku. Bukankah aku juga yang pertama buatmu? Aku berharap takdir akan mempertemukan kita kembali."

Si perempuan cantik mengerutkan dahi, "dasar lelaki gila! Kita nggak akan mungkin ketemu lagi. Jadi, jangan bermimpi."

Si perepuan meremas kertas dan melemparkannya ke tempat tidur. Dia segera bersiap untuk berganti pakaian karena sudah akan pergi meninggalka hotel.

***

10 menit kemudian ...

Terdengar pintu di ketuk, si perempuan yang sedang berkemas segera meringkas uang dan kertas, lalu memasukkan ke dalam tasnya. Setelah itu dia membukakan pintu.

Begitu pintu terbuka, terlihat seorang lelaki berdiri di depan pintu dengan wajah khawatir.

"Bu Presdir. Anda baik-baik saja? Maaf, seharusnya saya tak membiarkan anda minum-minum dengan mereka sendirian. Maafkan saya. Saya pantas dihukum," kata lelaki itu menundukkan kepala.

"Sudahlah. Tak perlu minta maaf. Masuklah dan bantu aku berkemas," perintah si perempuan cantik.

"Baik, Bu. Silakan anda duduk saja. Biar saya yang bekerja," kata si lelaki itu.

Si perempuan cantik itu adalah Vanya Oliver. Presiden Direktur perusahaan Entertaiment ternama yang melahirkan banyak idol, aktor dan aktris berbakat sehingga menjadi bintang top kelas dunia. Dan lelaki yang baru datang adalah Antonio, Asisten kepercayaannya.

"Aku dengar, Hansel akan pulang. Apa dia menghubungimu?" tanya Vanya. Menatap Antonio yang sedang merapikan kopernya.

"Tuan Muda belum mengabari apa-apa," jawab Antonio.

Antonio selesai menata koper Nyonyanya, lalu membawanya mendekati sang majikan.

"Kenapa wajah anda murung?" tanya Antonio penasaran.

"Enggak kok. Siapa yang murung? Perasaanmu saja itu," jawab Vanya.

"Apa anda memikirkan Tuan Muda?" tanya Antonio.

Vanya menarik napas dalam, lalu mengembuskan napas perlahan.

"Aku cuma merasa, kalau aku ini adalah Ibu yang buruk. Selama lima belas tahun ini, aku sama sekali tak bisa menjangkau hatinya. Padahal segala macam cara sudah aku coba. Namun, semua sia-sia. Kami tak bisa akur layaknya anak dan ibu pada umumnya," jawab Vanya.

"Apa anda kesal?" tanya Antonio lagi.

Vanya menggelengkan kepala, "mana mungkin. Aku menghormati keputusannya. Aku tahu, nggak mudah baginya menerimaku yang tiba-tiba saja mejadi ibu sambungnya. Aku pun demikian. Aku yang dulu masih berusia dua puluh tahun, tiba-tiba harus mengurus anak sepuluh tahun. Dia mungkin merasa nggak enak. Seharusnya aku cocok jadi kakaknya daripada ibu sambungnya 'kan?" kata Vanya.

"Itu 'kan sudah berlalu, Nyonya. Apa anda lupa? Setelah Tuan besar, andalah yang merawat dan mengurus Tuan Muda. Anda bahkan mati-matian mempertahankan hak milik tuan muda dari tangan pamannya. Seharusnya jika beliau tahu diri sih, dia harus banyak-banyak bersyukur dan berterima kasih pada anda. Selain anda, siapa lagi yang akan melakukan itu? Bukankah begitu?" kata Antonio.

"Sudahlah. Nggak ada gunanya membicarakan masa lalu. Kita harus bergegas, kalau nggak mau ketinggalan pesawat," kata Vanya.

"Bu, bagaimana dengan orang-orang yang menyakiti anda? Saya harus apakan mereka?" tanya Antonio.

"Apa lagi. Tentu saja memblokir mereka. Aku dapat sesuatu yang menarik dari mereka semalam. Sebelum ke bandara, kita akan mampir dulu buat menggemparkan dunia. Sayang banget aku nggak bisa lihat ekspresi panik dan ketakutan mereka," jawab Vanya.

***

Setibanya di rumah, Vanya di sambut oleh kepala pelayan kediamannya.

"Nyonya, selamat datang kembali. Akhirnya anda pulang juga setelah hampir dua minggu pergi," kata kepala pelayan.

Vanya menatap kepala pelayan, "ada apa? Wajahmu tampak tegang. Apa ada sesuatu yang terjadi, selama aku enggak ada?"  tanyanya.

"Itu ... Tuan Muda juga baru saja tiba beberapa jam yang lalu," kata kepala pelayan.

"Apa? Hansel sudah pulang?" tanya Vanya.

Kepala pelayan menganggukkan kepala, "ya, Nyonya."

"Dia di mana?" tanya Vanya.

"Ada di halaman belakang," jawab kepala pelayan.

"Biarkan saja dia. Minta pelayan melayaninya dengan baik. Buat dia nyaman untuk tinggal. Aku mau istirahat dulu karena cukup lelah," kata Vanya yang langsung pergi meninggalkan kepala pelayan.

Vanya berjalan menuju kamarnya diikuti pelayan yang membawa kopernya.

***

Malam harinya. Saat Vanya sedang asik membaca buku, dia mendengar suara gaduh dari halaman depan rumahnya. Segera dia keluar dari kamar untuk memeriksa apa yang terjadi.

"Ada apa ini?" tanya Vanya.

"Nyonya, itu ... Tuan Muda mabuk dan diatar temannya pulang," jawab salah seorang pelayan.

Tanpa mengatakan apa-apa, Vanya bergeges keluar. Dia ingin melihat langsung keadaan Hansel.

Di depan pintu, terlihat Hansel dipapah oleh dua pelayan.

"Nyo-Nyonya ..." kata salah seorang pelayan terkejut.

Vanya menempelkan jari telunjuk tangan kanannya ke bibirnya. Mengisyaratkan agar pelayan tak bersuara.

"Cepat bawa dia ke kamarnya. Dan ganti dulu pakaiannya. Sebelum kalian pergi, pastikan dia baik-baik saja," kata Vanya dengan suara rendah.

"Baik, Nyonya."

Vanya menatap kepergian pelayan yang menbawa Hansel. Dan segera meminta pelayan lain untuk bubar.

"Ada apa dengannya? Kenapa minum banyak sampai mabuk seperti itu?" kata Vanya dalam hati.

Saat Vanya ingin pergi kembali ke kamarnya, dia mendengar suara bel rumah. Seorang pelayan keluar, untuk membuka pintu. Namun, oleh Vanya di suruh masuk lagi. Dan dia sendiri yang akhirnya  membuka pintu.

"Permisi. Sa ... " kata seseorang berdiri di depan pintu.

Betapa terkejutnya Vanya saat tahu siapa orang di hadapannya. Buru-buru Vanya menarik tangan seseorang itu dan menutup pintu dari luar.

"Kamu ... " kata Vanya.

"Kamu ... " kata seseorang dihadapan Vanya. Yang adalah si lelaki muda.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Vanya dengan dahi berkerut.

"Kenapa kamu juga bisa ada di sini?" tanya si lelaki itu.

"Ini rumahku. Tentu saja aku bisa ada di sini. Dasar aneh," jawab Vanya.

"Hah? Rumahmu? Kamu serumah sama Hansel? Ada hubungan apa kamu sama Hansel?" tanya lelaki muda itu penasaran.

Vanya melihat sekeliling. Untungnya tidak ada siapa-siapa. Dia mendekati pintu, membuka pintu untuk memastikan tidak ada seorangpun yang melihatnya, lalu menutup pintu lagi.

"Cepat katakan alasanmu datang. Jangan membuang waktu," kata Vanya.

"Jawab dulu pertanyaanku. Apa hubunganmu sama Hansel. Apa kamu dan Hansel ... jangan-jangan, kalian ... " kata si lelaki muda tak melanjutkan ucapannya.

"Tutup mulutmu sebelum aku robek. Jangan bicara sembarangan kalau tidak tahu apa-apa," sentak Vanya geram.

"Bagaimana aku bisa mikir yang baik-baik. Saat sedang mengantar temanku pulang ke rumahnya, dan mau memberikan ponselnya yang tertinggal di mobilku, tiba-tiba kamu muncul di hadapanku. Dan kamu bilang rumah ini adalah rumahmu. Yang juga merupakan tempat tinggal temanku. Gimana otakku mencernanya?" tanya si lelaki muda menjelaskan isi hati dan pemikirannya.

Bak disabar petir, perkataan si lelaki muda, membuat Vanya sangat kaget.

"A-apapa? Ba-baru saja kamu bilang apa? Ulangi perkataanmu," tanya Vanya menatap lekat si lelaki muda.

"Apa yang mau kamu dengar?" tanya si lelaki muda.

"Kamu bilang, kamu teman Hansel? Aku nggak salah dengar 'kan?" tanya Vanya.

"Enggak. Kamu nggak salah dengar. Aku Charlexon, aku teman sekolah Hansel. Kami lagi reunian dan tadi Hansel mabuk. Karena aku nggak minum, aku antar dia pulang. Apa jawabanku sudah membuatmu puas?" jawab Charlexon menjelaskan

Vanya menggelengkan kepala, "nggak mungkin. Nggak, nggak. Nggak mungkin," gumamnya.

Vanya terlihat begitu terkejut sampai bergumam sendiri. Membuat Charlexon khawatir.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   5. Bertemu Lagi

    Vanya berdiri di depan pintu kamar Hansel. Dia ragu, apakah harus mengetuk pintu, atau lansung masuk. Setelah berpikir cukup lama, Vanya memutuskan pergi untuk kembali ke kamarnya.Pada saat Vanya berbalik dan berjalan pergi, pada saat yang sama Hansel membuk pintu karena ingin mengambil air minum. Hansel melihat sosok Vanya berjalan menuju tangga, dan menuruni tangga perlahan.Hansel hanya diam. Dia kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamarnya.***Keesokan harinya ...Vanya datang ke kantor setelah bertemu rekan bisnis di luar. Seseorang segera menghampiri Vanya yang hendak masuk ke dalam ruangannya."Bu Presdir ..."Vanya memalingkan pandangan, melihat salah seorang stafnya menghampiri dan memanggil."Ya? Ada apa?" tanya Vanya."Bu, ada tamu. Model yang kamarin kita bahas di rapat, dia sudah datang bersama managernya. Mereka menunggu di ruang tunggu.""Hah? Kok dia datang. Apa percobaannya hari ini?" tanya Vanya bingung."Seharusnya lusa, tapi lusa dia ada urusan di lu

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   4. Mama Sambung

    Seseorang baru saja menerima panggilan, dan dia segera menemui Charlexon yang sedang berolahraga setelah panggilan berakhir."Lex ... kita akan menemui Presdir V Entertaiment besok. Kamu bersiaplah," kata seseorang itu menatap Charlexon."Untuk apa?" tanya Charlexon dengan malas."Masih tanya untuk apa. Mereka bilang mau melihatmu saat pemotretan. Jadi, besok kamu harus menampilkan yang terbaik. Tunjukkan pesonamu seperti biasanya," kata seseorang itu menyemangati.Seseorang itu adalah Damian, manager Charlexon.Charlexon menyudahi olahraganya dan berjalan pergi meninggalkan managernya."Eh, eh ... kamu mau ke mana?" tanya Damian."Mau bertemu temanku," jawab Charlexon."Kamu ini ya. Jangan melakukan hal-hal aneh," kata Damian."Aku tahu," jawab Charlexon. Yang langsung keluar dari ruang gym. Damian menggelengkan kepala, "dasar anak nakal. Awas saja kamu buat masalah. Aku akan membuatmu nggak bisa tidur nyenyak," katanya dalam hati.Damian menyusul Charlexon pergi meninggalkan ruang

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   3. Top Model

    Vanya mondar-mandir di kamarnya. Padahal sudah tengah malam, tetapi Vanya tak bisa memejamkan matanya. Dia terus teringat akan ucapan Charlexon."Gila, gila, gila! Kamu beneran sudah gila, Vanya. Dia itu teman putramu. Dan kamu ... astaga ... sial! Bagaimana sekarang? Si Charlexon itu, dia nggak ada ngomong aneh-aneh ke Hansel 'kan? Bagaimana bisa aku menatap Hansel kalau seperti ini? Kamu sungguh gila Vanya Oliver. Kamu gila," kata Vanya dalam hati.Vanya mengigit ujung ibu jari tangan kanannya sambil terus berjalan ke sana-sini. Pikirannya campur aduk dan sangat kacau.Dalam benaknya terbanyang adegan panas yang dia dan Charlexon lalukan saat di hotel.***Keesokan harinya ...Vanya sedang sarapan, dia melihat Hansel turun, lalu pergi ke dapur untuk mengabil air minum dingin. Setelah minum, Hansel bergabung dengan Vanya untuk sarapan.Vanya menatap Hansel, "bagaimana keadaanmu? Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan nada suara lembut."Hm, iya. Aku baik," jawab Hansel."Ya sudah. Mak

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   2. Teman Putraku

    Si perempuan selesai mandi. Saat dia keluar dari kamar mandi, dia melihat uang yang ada di atas tempat tidur utuh tidak tersentuh, dan malah ada secarik kertas."Aku nggak akan pernah melupakanmu, Nona. Karena kamu adalah perempuan pertama dalam hidupku. Bukankah aku juga yang pertama buatmu? Aku berharap takdir akan mempertemukan kita kembali."Si perempuan cantik mengerutkan dahi, "dasar lelaki gila! Kita nggak akan mungkin ketemu lagi. Jadi, jangan bermimpi."Si perepuan meremas kertas dan melemparkannya ke tempat tidur. Dia segera bersiap untuk berganti pakaian karena sudah akan pergi meninggalka hotel.***10 menit kemudian ...Terdengar pintu di ketuk, si perempuan yang sedang berkemas segera meringkas uang dan kertas, lalu memasukkan ke dalam tasnya. Setelah itu dia membukakan pintu.Begitu pintu terbuka, terlihat seorang lelaki berdiri di depan pintu dengan wajah khawatir."Bu Presdir. Anda baik-baik saja? Maaf, seharusnya saya tak membiarkan anda minum-minum dengan mereka sen

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   1. Akar Masalah

    Seorang perempuan berjalan terhuyung menuju kamarnya di sebuah hotel. Dia beberapa kali menghentikan langkah dan menggelengkan kepala untuk menghilangkan pusing."Sialan! Beraninya dia memberiku obat. Awas saja, aku akan membalasmu berkali-kali lipat. Ah, kepalaku ..."Perempuan itu kembali berjalan agar cepat sampai ke kamarnya, tapi tiba-tiba saja dia terjatuh. Beruntung seseorang dengan sigap menolong. Dia menahan tubuh perempua itu agar tidak terjatuh ke lantai.Perempuan itu menatap penolongnya, ternyata di adalah seorang lelaki muda yang tampan."Nona, kamu baik-baik saja?" tanya lelaki muda tersebut dengan suara yang lembut."A-ku, aku nggak apa-apa," jawab perempuan itu. Berusaha melepaskan diri dari dekapan lelaki muda."Terima kasih sudah menolong, tapi aku bisa sendiri. Silakan lanjutkan kesibukanmu," ucap si perempuan yang kembali berjalan.Perempuan itu tampak sangat kesusahan melangkah dengan sepatu hak tingginya. "Aku harus sampai ke kamar sebelum efek obat ini semakin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status