Share

3. Top Model

Author: Dea Anggie
last update Last Updated: 2025-09-17 22:17:20

Vanya mondar-mandir di kamarnya. Padahal sudah tengah malam, tetapi Vanya tak bisa memejamkan matanya. Dia terus teringat akan ucapan Charlexon.

"Gila, gila, gila! Kamu beneran sudah gila, Vanya. Dia itu teman putramu. Dan kamu ... astaga ... sial! Bagaimana sekarang? Si Charlexon itu, dia nggak ada ngomong aneh-aneh ke Hansel 'kan? Bagaimana bisa aku menatap Hansel kalau seperti ini? Kamu sungguh gila Vanya Oliver. Kamu gila," kata Vanya dalam hati.

Vanya mengigit ujung ibu jari tangan kanannya sambil terus berjalan ke sana-sini. Pikirannya campur aduk dan sangat kacau.

Dalam benaknya terbanyang adegan panas yang dia dan Charlexon lalukan saat di hotel.

***

Keesokan harinya ...

Vanya sedang sarapan, dia melihat Hansel turun, lalu pergi ke dapur untuk mengabil air minum dingin. Setelah minum, Hansel bergabung dengan Vanya untuk sarapan.

Vanya menatap Hansel, "bagaimana keadaanmu? Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan nada suara lembut.

"Hm, iya. Aku baik," jawab Hansel.

"Ya sudah. Makanlah," kata Vanya.

Vanya makan sembari terus menatapi Hansel.

"Apa aku tanya aja ya? Kenapa dia minum banyak sampai mabuk. Aku juga mau ngasih tahu dia, kalau semalam dia pulang diantar temannya. Ah ...  aku nggak boleh sembarangam tanya juga sih. Nanti dia kesinggung. Bagaimana ini?" kata Vanya dalam hati bimbang.

Hansel sedang makan, tetapi tampak malas dan lemas. Membuat Vanya semakin kepikiran.

"Kamu beneran baik-baik aja 'kan?" tanya Vanya lagi.

Hansel tak menjawab dan hanya diam saja. Membuat Vanya bingung.

"Dia kenapa sih? Apa mungkin dia nggak nyaman makan karena ada aku? Mending aku sudahi sarapanku aja deh, daripada dia nanti malah nggak makan," kata Vanya dalam hati.

Vanya tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya.

"Maaf kalau aku banyak bertanya dan terkesan cerewet. Aku khawatir padamu. Jadi, aku ingin tahu keadaanmu. Aku sudah selesai sarapan. Aku pergi dulu. Makanlah dengan nyaman," kata Vanya yang langsung pergi.

Hansel mengerutkan dahinya, dia mengalihkan pandangan dari piring makannya ke arah Vanya yang hanya menampakkan punggung. Terlihat Vanya sedang berjalan keluar dari rumah.

***

Vanya sampai di kantor lebih awal, dia segera membereskan pekerjaan, mengerjakan apa yang bisa dikerjakan sambil makan sarapan yang dibelinya saat dalam perjalanan ke kantor.

30 menit kemudian, Antonio datang dan menyapa Vanya di ruangannya.

"Selamat pagi, Bu Presdir. Apa anda sedang sibuk? Saya mau menyampaikan jadwal untuk hari ini," kata Antonio.

"Boleh. Silakan lajutkan," jawab Vanya.

Antonio membacakan jadwal Vanya dalam sehari. Dan ditaggapi Vanya dengan anggukan kepala.

"Itu saja, Bu. Apa anda yang mau diubah?" tanya Antonio.

"Tidak, tidak. Tidak perlu," jawab Vanya.

Antonio terdiam menatap Vanya. Dia melihat mata panda di wajah Vanya. Karena asistennya hanya diam dan tak kunjung pergi meninggalkan ruangamnya, Vanya pun menatap Antonio dan bertanya.

"Ada apa? Kamu masih di sini?" tanya Vanya.

"Bu Presdir begadang?" tanya Antonio.

"Enggak kok. Kenapa?" tanya balik Vanya.

"Soalnya mata ibu berkantung dan hitam seperti panda," jawab Antonio.

"Eh, masa? Aku lihat nggak apa-apa kok," jawab Vanya panik.

"Tenang-tenang. Kalau nggak diperhatikan detail, nggak terlihat kok, Bu. Karena saya 'kan setiap hari bertatap mata dengan anda, jadi saya bisa melihat ada perubahan di wajah anda. Seperti itu," jelas Antonio.

"Aku kira apa. Sudah sana keluar. Siapkan rapat dengan baik," perintah Vanya.

"Oh, iya Bu ... soal orang-orang yang mencoba menyakiti Ibu, semua sudah saya urus. Mereka tidak akan berani lagi menyentuh anda," kata Antonio.

"Apa ada hal lain yang kamu temukan? Dia nggak ada kaitannya dengan pihak yang nggak suka denganku 'kan?" tanya Vanya.

"Sama sekali tidak. Saya sudah memeriksa semuanya," jawab Antonio.

"Ok, aku mengerti. Terima kasih buat kerja kerasmu. Nanti aku traktir makan enak," ucap Vanya tersenyum.

Antonio menganggukkan kepala dan berpamitan. Dia langsung pergi dari ruangan Vanya.

Vanya terdiam beberapa saat, dia teringat akan Hansel dan segera menghubungi pelayan. Dia ingin tahu apakah Hansel sarapan dengan baik, dan bagaimana keadaanya. Pelayan di rumah menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi. Setelah mendengar laporan pelayan, Vanya langsung menutup panggilannya.

"Ya, setidaknya dia makan dengan baik. Rupanya dia memang nggak nyaman semeja denganku. Lantas kenapa dia memaksa makan bareng? Dia 'kan bisa makan di kamarnya atau makan setelah aku pergi. Aneh juga sih. Ah, sudah lah. Aku nggak pernah bisa memahaninya. Tatapannya padaku selalu menusuk membuatku tidak tahu harus berkata apa atau melakukan apa padanya,"  kata Vanya dalam hati.

"Cukup, Vanya. Lebih baik kamu bekerja daripada memikirkan yang tidak perlu," kata Vanya.

Vanya segera mengalihkan pikiran kepekerjaan. Dia menatap jam di dinding ruangannya, masih ada waktu sampai waktu rapat.

***

Karena terlalu fokus dengan pekerjaannya, Vanya sampai lupa waktu. Antonio pun segera menjemput Vanya untuk segera hadir di ruang rapat.

"Bu Presdir, anda lupa kalau ada rapat?" tanya Antonio.

"Ah, rapat?" gumam Vanya.

Vanya menatap Antonio dan terkejut, "astaga, iya benar ada rapat. Maaf, maaf. Aku terlalu sibuk sendiri. Jam berapa sekarang? Sudah telat ya?" tanyanya.

"Tepat pukul 9," jawab Antonio.

"Untung saja, nggak telat. Ya sudah, ayo ... " ajak Vanya.

Vanya berjalan pergi meninggalkan ruangannya, sedangkan Antonio menatap kepergian Vanya sambil menggelengkan kepala.

"Kebiasaan yang buruk. Utung saja aku ini Asisten yang cekatan. Coba kalau enggak?" kata Antonio dalam hati.

Antonio juga langsung nenyusul Vanya. Pergi meninggalkan ruang kerja Vanya.

***

Di ruang rapat ...

Vanya dan yang lain sedang fokus mendengarkan presentasi.

" ... sekian presentasi dari saya. Terima kasih."

Suara tepuk tangan terdengar. Vanya juga bertepuk tangan dan terlihat puas.

"Kerja bagus," puji Vanya.

"Terima kasih, Bu."

Vanya menatap satu per satu orang yang ada di ruang rapat.

"Selanjutnya?" ucapnya.

"Selanjutnya adalah pemilihan model untuk iklan. Saya sudah siapkan profil dan fotonya, silakan Bu Presdir lihat."

Seseorang berjalan mendekati Vanya, meletakkan berkas dokumen dihadapan Vanya dan lagsung kembali ke tempatnya duduk.

"Ok, mari kita lihat. Seperti apa dia. Model yang kalian elu-elukan itu," kata Vanya.

Vanya membuka berkas dokumen dan mrlihat sebuah foto. Wajah seseorang dalam foto adalah sosok yang tidak asing untuknya. Membuat Vanya terkejut setengah mati.

"Charlexon?" tanyanya dalam hati.

Buru-buru Vanya memeriksa profil. Dan benar saja, nama yang tertera pun sama. Dia adalah Charlexon. Seorang model yang debut di luar negeri dan telah setuju untuk menjadi model iklan setelah proses yang panjang.

"A-apa nggak ada model lain?" tanya Vanya. Yang langsung menutup berkas dokumen.

"Lho, kenapa Bu? Apa ada masalah?"

"Bu-bukan itu. Aku cuma tanya. Selain dia apa nggaka ada yang lain?" tanya Vanya.

"Ada masalah? Tentu saja ada. Cuma kan aku nggak bisa bilang kalau, 'Model itu adalah teman tidur semalam Bos kalian'. Bisa gila aku. Kenapa juga harus dia sih?" kata Vanya dalam hati.

"Bu, maaf. Bukannya Ibu sudah setuju sebelumnya?"

"Iya, aku memang setuju. Tapi, siapa yang tahu itu dia 'kan?" jawab Vanya.

"Lho, Bu Presdir nggak lihat diinternet? Padahal dia sangat terkenal."

"Aduh, aku mana ada waktu ngecek internet. Mana kemarin dua minggu aku sangat sibuk," jawab Vanya beralasan.

"Begini saja, Bu. Bagaimana kalau kita undang dia dan kita lakukan percobaan pemotretan terlebih dulu? Saya akan hubungi managernya."

Vanya terdiam cukup lama. Sampai akhirnya dia mengaiakan usulan stafnya. Dan rapat pun selesai. Vanya langsung pergi meninggakan ruang rapat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   5. Bertemu Lagi

    Vanya berdiri di depan pintu kamar Hansel. Dia ragu, apakah harus mengetuk pintu, atau lansung masuk. Setelah berpikir cukup lama, Vanya memutuskan pergi untuk kembali ke kamarnya.Pada saat Vanya berbalik dan berjalan pergi, pada saat yang sama Hansel membuk pintu karena ingin mengambil air minum. Hansel melihat sosok Vanya berjalan menuju tangga, dan menuruni tangga perlahan.Hansel hanya diam. Dia kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamarnya.***Keesokan harinya ...Vanya datang ke kantor setelah bertemu rekan bisnis di luar. Seseorang segera menghampiri Vanya yang hendak masuk ke dalam ruangannya."Bu Presdir ..."Vanya memalingkan pandangan, melihat salah seorang stafnya menghampiri dan memanggil."Ya? Ada apa?" tanya Vanya."Bu, ada tamu. Model yang kamarin kita bahas di rapat, dia sudah datang bersama managernya. Mereka menunggu di ruang tunggu.""Hah? Kok dia datang. Apa percobaannya hari ini?" tanya Vanya bingung."Seharusnya lusa, tapi lusa dia ada urusan di lu

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   4. Mama Sambung

    Seseorang baru saja menerima panggilan, dan dia segera menemui Charlexon yang sedang berolahraga setelah panggilan berakhir."Lex ... kita akan menemui Presdir V Entertaiment besok. Kamu bersiaplah," kata seseorang itu menatap Charlexon."Untuk apa?" tanya Charlexon dengan malas."Masih tanya untuk apa. Mereka bilang mau melihatmu saat pemotretan. Jadi, besok kamu harus menampilkan yang terbaik. Tunjukkan pesonamu seperti biasanya," kata seseorang itu menyemangati.Seseorang itu adalah Damian, manager Charlexon.Charlexon menyudahi olahraganya dan berjalan pergi meninggalkan managernya."Eh, eh ... kamu mau ke mana?" tanya Damian."Mau bertemu temanku," jawab Charlexon."Kamu ini ya. Jangan melakukan hal-hal aneh," kata Damian."Aku tahu," jawab Charlexon. Yang langsung keluar dari ruang gym. Damian menggelengkan kepala, "dasar anak nakal. Awas saja kamu buat masalah. Aku akan membuatmu nggak bisa tidur nyenyak," katanya dalam hati.Damian menyusul Charlexon pergi meninggalkan ruang

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   3. Top Model

    Vanya mondar-mandir di kamarnya. Padahal sudah tengah malam, tetapi Vanya tak bisa memejamkan matanya. Dia terus teringat akan ucapan Charlexon."Gila, gila, gila! Kamu beneran sudah gila, Vanya. Dia itu teman putramu. Dan kamu ... astaga ... sial! Bagaimana sekarang? Si Charlexon itu, dia nggak ada ngomong aneh-aneh ke Hansel 'kan? Bagaimana bisa aku menatap Hansel kalau seperti ini? Kamu sungguh gila Vanya Oliver. Kamu gila," kata Vanya dalam hati.Vanya mengigit ujung ibu jari tangan kanannya sambil terus berjalan ke sana-sini. Pikirannya campur aduk dan sangat kacau.Dalam benaknya terbanyang adegan panas yang dia dan Charlexon lalukan saat di hotel.***Keesokan harinya ...Vanya sedang sarapan, dia melihat Hansel turun, lalu pergi ke dapur untuk mengabil air minum dingin. Setelah minum, Hansel bergabung dengan Vanya untuk sarapan.Vanya menatap Hansel, "bagaimana keadaanmu? Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan nada suara lembut."Hm, iya. Aku baik," jawab Hansel."Ya sudah. Mak

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   2. Teman Putraku

    Si perempuan selesai mandi. Saat dia keluar dari kamar mandi, dia melihat uang yang ada di atas tempat tidur utuh tidak tersentuh, dan malah ada secarik kertas."Aku nggak akan pernah melupakanmu, Nona. Karena kamu adalah perempuan pertama dalam hidupku. Bukankah aku juga yang pertama buatmu? Aku berharap takdir akan mempertemukan kita kembali."Si perempuan cantik mengerutkan dahi, "dasar lelaki gila! Kita nggak akan mungkin ketemu lagi. Jadi, jangan bermimpi."Si perepuan meremas kertas dan melemparkannya ke tempat tidur. Dia segera bersiap untuk berganti pakaian karena sudah akan pergi meninggalka hotel.***10 menit kemudian ...Terdengar pintu di ketuk, si perempuan yang sedang berkemas segera meringkas uang dan kertas, lalu memasukkan ke dalam tasnya. Setelah itu dia membukakan pintu.Begitu pintu terbuka, terlihat seorang lelaki berdiri di depan pintu dengan wajah khawatir."Bu Presdir. Anda baik-baik saja? Maaf, seharusnya saya tak membiarkan anda minum-minum dengan mereka sen

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   1. Akar Masalah

    Seorang perempuan berjalan terhuyung menuju kamarnya di sebuah hotel. Dia beberapa kali menghentikan langkah dan menggelengkan kepala untuk menghilangkan pusing."Sialan! Beraninya dia memberiku obat. Awas saja, aku akan membalasmu berkali-kali lipat. Ah, kepalaku ..."Perempuan itu kembali berjalan agar cepat sampai ke kamarnya, tapi tiba-tiba saja dia terjatuh. Beruntung seseorang dengan sigap menolong. Dia menahan tubuh perempua itu agar tidak terjatuh ke lantai.Perempuan itu menatap penolongnya, ternyata di adalah seorang lelaki muda yang tampan."Nona, kamu baik-baik saja?" tanya lelaki muda tersebut dengan suara yang lembut."A-ku, aku nggak apa-apa," jawab perempuan itu. Berusaha melepaskan diri dari dekapan lelaki muda."Terima kasih sudah menolong, tapi aku bisa sendiri. Silakan lanjutkan kesibukanmu," ucap si perempuan yang kembali berjalan.Perempuan itu tampak sangat kesusahan melangkah dengan sepatu hak tingginya. "Aku harus sampai ke kamar sebelum efek obat ini semakin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status