Share

6. Jatuh Hati Padamu

Author: Dea Anggie
last update Last Updated: 2025-11-07 20:25:45

Charlexon memegangi pipi kirinya yang ditampar Vanya. Dia menatap Vanya dan tersenyum tipis seolah merasa puas sudah ditampar.

Melihat ekspresi Charlexon yang tak biasa, membuat Vanya kesal.

"Apa-apaan dia ini. Apa dia sudah hilang akal sehat?" tanya Vanya dalam hati.

"Apa kamu sudah gila? Beraninya kamu menciumku," sentak Vanya menatap Charlexon dengan tatapan tajam menusuk.

"Ya, aku memang sudah gila. Bukankah sudah aku katakan sebelumnya, kalau aku ini memang gila. Apa kamu lupa, Nyonya?" jawab Charlexon.

"Apa? Kamu ... " kata Vanya menghentikan ucapannya.

"Ah, sialan! Dia beneran sudah gila. Kalau aku ladenin, yang ada aku ikutan gila. Mending aku abaikan aja dia," kata Vanya dalam hati.

"Aku malas banyak omong denganmu. Ini peringatan terakhir, jadi dengar baik-baik. Sekali lagi kamu berani macam-macam kayak gini, aku nggak akan segan lagi. Camkan baik-baik," kata Vanya menunjuk wajah Hansel.

Vanya berbalik, hendak pergi, tetapi tangannya langsung ditarik Charlexon dan Vanya didorong ke dinding.

Vanya terkejut sampai melebarkan mata.

"Jangan kamu kira, kalau kamu temannya Hansel, aku bakalan diem aja kamu perlakuin nggak sopan. Lepasin tanganku," kata Vanya meronta. Dia berusaha melepaskan tangannya yang dicengkram Charlexon.

Charlexon tersenyum, didekatkannya wajahnya ke wajahnya Vanya, sampai hidungnya dan hidung Vanya bertemu.

"Apa kamu tahu? Apa yang mebuatku begitu tertarik padamu? Selain wajah cantik dan tubuh seksimu?" tanya Charlexon.

Vanya mengerutkan dahi, "ngomong apa sih kamu ini. Aku sama sekali nggak ngerti. Berhenti main-main dan lepasin tanganku," kata Vanya.

Charlexon mengembuskan napas. Napas hangat Charlexon langsung bisa dirasakan Vanya.

"Dia sudah nggak terselamatkan lagi. Dia bemneran gila," kata Vanya dalam hati.

"Apa kamu salah minum obat? Atau salah makan? Aku bilang berhenti bermain-main dan lepaskan aku. Kalau enggak aku bakalan teriak," kata Vanya mengancam.

Charlexon tersenyum lagi, "oh, mau berteriak? Silakan saja. Toh aku sama sekali nggak keberatan ketahuan sedang seperti ini denganmu. Sebaliknya, kamu bagaimana? Kira-kira semua staf karyawanmu mikir apa kalau sampai mereka melihat kita?" kata Charlexon berbisik.

Vanya terkejut. Dia langsung memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskan napas.

"Apa maumu?" tanya Vanya.

Charlexon kaget mendengar perkataan Vanya.

"Oh, apa dia sudah nggak marah lagi? Ini kesempatanku menggodanya," kata Charlexon dalam hati.

Vanya kembali meronta, dia sudah hilang kesabaran menghadapi Charlexon.

"Katakan, apa maumu? Jangan buat aku semakin kesal," tanya Vanya.

"Cium aku," kata Charlexon tiba-tiba.

Vanya terkejut, "hah? A-apa maksudmu?" tanyanya.

"Aku bilang, cium aku. Aku mau kamu menciumku. Baru aku lepaskan kamu pergi," jawab Charlexon menjelaskan.

"Apa kamu ini bajingan mesum yang gila? Bisa-bisanya kamu minta aku menciummu disaat seperti ini. Aku nggak akan melakukannya. Jangan harap!" jawab Vanya.

"Mau aku cium? Mimpi saja sana. Huh," kata Vanya dalam hati.

"Isi kepalanya apa sih. Nggak cuma gila, dia juga mesum," kata Vanya lagi dalam hati.

Charlexon memegang satu tangan Vanya yang lain dan menyatukan kedua tangan di atas kepala. Membuat Vanya semakin tidak nyaman.

"Kamu nggak akan mendapatkan apa yang kamu inginkan. Jadi jangan memaksa. Aku paling nggak suka dipaksa," kata Vanya.

"Oh, ya?" tanya Charlexon.

Perlahan Charlexon mendekatkan wajahnya, lalu mencium lembut pipi kiri Vanya.

"Jangan menciumku!" sentak Vanya.

"Mau bagaimana lagi. Kamu nggak mau menciumku. Jadi, aku saja yang menciummu. Rasakan dan nikmati saja apa yang kuberikan," kata Charlexon.

Wajah Charlexon kembali mendekat. Dia hendak mencium pipi kanan Vanya, tapi Vanya langsung menyetujui permintaan Charlexon.

"Akan kulakukan," kata Vanya.

"Apanya?" tanya Charlexon berpura-pura tidak tahu maksud Vanya.

"Nggak perlu pura-pura bodoh. Aku akan lakukan apa yang menjadi keinginanmu, tapi aku tak akan setuju begitu saja. Kamu juga harus memenuhi syarat dariku," kata Vanya dengan tatapan mata tajam dan nada suara serius.

"Apa syaratmu?" tanya Charlexon.

"Lepaskan dulu tangaku. Kamu mencengkram dua tanganku seperti ini, apa nggak keterlaluan?" ucap Vanya.

Charlexon langsung melepaskan tangan Vanya.

Vanya memijat kedua pergelangan tangannya secara bergantian karena merasa sedikit nyeri.

"Katakan apa syaratmu," kata Charlexon yang sudah tidak sabar.

"Pertama, jangan lagi menggangguku. Aku tidak mau hal seperti ini terjadi lagi. Kedua, kedepannya bersikaplah seolah kita nggak saling kenal. Anggap saja kita ini orang asing. Bagaimana? Kamu setuju 'kan?" tanya Vanya. Usai menjelaskan syaratnya pada Charlexon.

Charlexon terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia menatap Vanya lekat.

Vanya juga menatap Charlexon lekat. Dia khawatir syaratnya tidak disetujui Charlexon.

"Dia nggak akan menolak syaratku, 'kan?" tanya Vanya dalam hati.

"Aku nggak setuju. Bagaimanapun, kedepannya aku dan kamu akan terus saling ketemu. Masa iya aku harus pura-pura nggak kenal kamu?" kata Charlexon.

"Kalau kamu nggak setuju, aku juga nggak akan mau menciummu. Sekarang pilihan ada ditanganmu. Mau aku cium dan setujui syaratku, atau kamu tidak akan mendapatkan apa-apa," kata Vanya.

"Sialan. Membujuknya nggak mudah sama sekali. Bagaimana ini? Aku harus menjauh darinya sejauh yang aku bisa," kata Charlexon dalam hati.

"Sudah aku putuskan. Aku  a ... " ucapan Charlexon terpotong karena ponselnya bergetar.

Charlexon merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Dia melihat layar ponsel, lalu menatap Vanya.

"Kita bahas ini nanti. Aku ada urusan dan harus pergi," kata Charlexon.

"Apa? Nggak bisa gitu. Hari ini juga harus kita selesaikan," kata Vanya.

Charlexon tidak mendengarkan perkataan Vanya. Dia berjalan pergi beberapa langkah meninggalkan Vanya, tetapi tak lama dia berbalik dan kembali berjalan mendekati Vanya.

Vanya berjalan mundur karena terkejut tiba-tiba Charlexon mendekat.

"Ada apa? Kamu mau ngapain?" tanya Vanya.

Charlexon memojokkan  Vanya kedinding,"aku akan ke luar kota. Mungkin 2 atau 3 hari baru kembali. Selagi aku tidak ada. Jangan merindukanku ya," katanya.

Vanya tersenyum tipis, "memangnya siapa kamu, sampai harus aku rindukan, huh? Dasar nggak tahu malu," kata Vanya.

"Kamu ini perempuan penuh dendam ya? Padahal kamu duluan lho yang menggodaku malam itu. Bukankah sudah aku katakan. Jangan sampai menyesalinya? Kamu pun setuju," kata Charlexon mengingatkan akan malam pertemuan pertamanya dengan Vanya.

Vanya terdiam, dia kembali teringat akan kejadian malam liar di hotel.

"Sialan! Aku nggak bisa berkata-kata lagi. Dia ini, kenapa sih harus mengingat semua yang terjadi malam itu?" kata Vanya dalam hati.

Charlexon mendekatkan wajahnya dan tiba-tiba saja mencium kening Vanya.

"Entah kamu percaya atau tidak dengan ucapanku ini, tapi aku akan jujur mengakui perasaanku. Aku sudah jatuh hati padamu, Vanya. Mustahil bagiku untuk mengabaikanmu. Jangan coba-coba menghindariku atau bahkan pura-pura nggak kenal. Apa kamu mengerti maksud ucapanku?" kata Charlexon menjelaskan.

Vanya terdiam mendengar perkataan Charlexon. Bibirnya tertutup rapat.

Setelahnya Charlexon pergi. Dia meninggalkan Vanya sendiri di dalam gudang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   60. Hasil Pemilihan Undangan

    Vanya melihat sekeliling. Tampak semua orang dalam ruang rapat sedang sibuk memilih."Untung aja aku punya ide ambil suara, kalau enggak pasti bingung sendiri. Kayaknya mereka semua juga bingung deh," Kata Vanya dalam hati.Vanya melihat ke arah Antonio yang asik membolak balik undangan dan mengamati."Gimana? Mana yang menurutmu bagus?" tanya Vanya berbisik. Dia ingin tahu pendapat Asistennya."Aku bingung. Semua bagus," jawab Antonio berbisik."Aku juga bingung mau milih yang mana. Makanya aku minta pendapat kalian semua. Kalau enggak ya sudah dari tadi aku pilih," jawab Vanya."Cih! Sengaja banget buat orang bingung," kata Antonio dalam hati.Vanya mengalihkan pandangan, menatap Charlexon yang duduk tak jauh darinya. Charlexon sama seperti Antonio yang sibuk membolak-balik undangan. Meraba sampai menatap lekat undangan yang ada."Dia sampai segitunya," kata Vanya dalam hati tersenyum tipis.Pada saat yang sama Charlexon memalingkan pandangan ke arah Vanya, membuat Vanya terkejut. D

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   59. Kesempatan Dalam Kesempitan

    Charlexon dan Damian sudah sampai di V Entertaiment. Karena Charlexon masih harus menerima panggilan dari mamanya, dia meminta Damian pergi lebih dulu mengikuti rapat, sementara dia akan menyusul setelah berbicara dengan mamanya.Damian pun pergi, dan Charlexon mencari tempat menerima panggilan. Dia dan mamanya berbicara panjang lebar.Sampai saat Charlexon melihat Vanya yang masuk ke lobbi perusahaan dan berjalan menuju lift hendak naik. "Ma, aku masih ada kepentingan. Nanti aku telepon lagi ya. Ok, ma. Dah," kata Charlexon yang langsung mengakhiri panggilan.Charlexon berjala cepat mendekati Vanya. Kebetulan pintu lift terbuka, Vanya dan dua orang lain masuk, begitu juga Charlexon.Vanya terkejut saat melihat Charlexon yang tiba-tiba muncul dan masuk ke dalam lift, lalu berdiri di sampingnya.Pintu lift tertutup dan lift berjalan naik ke lantai berikutnya. Disetiap lantai, lift terhenti dan ada saja orang yang masuk, membuat lift lama kelamaan menjadi penuh.Vanya dan Charlexon mul

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   58. Taruhan Vanya dan Antonio

    Hari-hari berlalu, Charlexon semakin gencar mendekati Vanya. Setiap pagi dia datang awal dan menunggu Vanya. Dia sempatkan melihat Vanya bekerja, lalu akan pergi setelahnya. Tak lupa kecupan manis sebelum kepergian.Hal itu tentu saja membuat Vanya semakin tak nyaman. Sejujurnya Vanya takut kalau-kalau Charlexon akan melakukan sesuatu padanya, selain tiba-tiba memeluknya atau menciumnya. Vanya mulai meragukan keputusannya, tapi dia tak bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Sebab pekerjaan harus terus berjalan. "Kenapa dia begitu nekat? Padahal aku sudah tekankan sejak awal, jika aku nggak ingin ada hubungan apa-apa selain lebih dari sekadar teman tidur semalam. Entah kenapa firasatku buruk. Apa aku nggak akan bisa lepas darinya?" tanya Vanya dalam hati.Tiba-tiba seseorang menepuk bahu Vanya, itu adalah Antonio. Yang sedari tadi diabaikan Vanya."Astaga, kamu membuatku kaget. Kenapa kamu tiba-tiba masuk, dan nggak ketuk pintu dulu?" kata Vanya mengomel."Aku sudah ngetuk puluhan kal

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   57. Ketahuan

    Vanya yang terus penasaran, terus mencari tahu siapa orang yang diam-diam menyiapkan susu, cake dan makan siang di ruangannnya. Tapi, setelah beberapa hari diselidiki, siapa orang yang melakukannya tak diketahui.Hari itu, Vanya tiba di katornya lebih awal dari biasanya. Dia baru saja mengantar Hansel bekerja. Setibanya di depan pintu ruangnnya, Vanya melihat pintu ruangannya tidak tertutup rapat. Karena panasaran, dia membuka perlahan, lalu mengintip. Dilihatnya seseorang berada dalam ruangannga. Vanya tidak tahu siapa karena hanya terlihat punggungnya saja."Dia ... " kata Vanya dalam hati.Melihat seseorang itu meletakkan susu dan cake di atas meja kerjanya, Vanya langsung masuk. Memergoki seseorang tersebut."Siapa?" tanya Vanya.Seseorang dalam ruangan langsung terkejut. Dia hanya diam mematung.Vanya berjalan mendekati seseorang itu, dan bertanya lagi siapa dia."Siapa kamu?" tanya Vanya.Vanya berdiri dibelakang seseorang itu, "berbalik. Biarkan aku melihat wajahmu. Kalau tida

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   56. Siapa?

    Charlexon masih terus melakukan pendekatan. Dengan berbekal pengalaman sebelumnya yang berkali-kali ditolak, kini dia mulai sedikit memainkan trik tarik ulur. Dia ingin agar Vanya merasa nyaman berada di dekatnya.Saat Vanya mengunjungi Studio foto, Charlexon terlihat sedang sibuk bekerja. Dia tahu Vanya datang, tetapi lebih fokus dengan pemotretan untuk hasil yang memuaskan.Vanya merasa ada yang berbeda, biasanya setiap dia datang, Charlexon akan mencuri pandang, lalu tersenyum tampan seolah sedang menggoda."Apa ini cuma perasaanku, ya? Seminggu ini dia seperti lebih fokus. Biasanya seperti lelaki penggoda," katanya dalam hati.Merasa penasaran dengan perubahan Charlexon, Vanya memutuskan untuk tinggal lebih lama di studio foto. Dia juga sempat berbincang dengan si kembar, bertanya apakah ada masalah yang terjadi? Karena dia melihat Charlexon sangat berusaha untuk menampilkan yang terbaik."Nggak ada masalah, kan?" tanya Vanya menatap si kembar bergatian.Si kembae saling bertatap

  • Malam Liar Penuh Gairah Dengan Teman Putraku   55. Susu dan Cake

    Vanya tidaklah tahu, jika keputusannya menggunakan Charlexon sebagai model, adalah sebuah kesalahan besar. Pemotretan sudah berjalan selama dua minggu, Charlexon selalu menunjukkan kinerjanya yang profesional sehingga setiap hasil pemotretan selalu mengagumkan.Tanpa Vanya sadari, setiap harinya Charlexon berprilaku berbeda. Dia semakin mengakrabkan diri dan ramah kepada semua staf karyawan V Entertaiment. Terutama orang-orang terdekat Vanya. Seolah sedang mengambil hati.***Saat masuk dalam ruangannya setelah mengawasi pemotretan, Vanya menemukan susu dan cake di mejanya, dia mengira Antonio yang menyiapkan, padahal bukan. Vanya tersenyum melihat susu dan cake, "tumben sekali sih si Antonio ini. Biasanya dia nggak pernah gini, selalu menawari lebih dulu. Apa dia buat kesalahan? Dan ini cuma sogokan?" tanyanya dalam hati.Karena lapar, Vanya meninum susu dan memakan cake yang ada di mejanya. Dia tidaklah tahu, jika Charlexon lah yang secara khusus menyiapkannya.Vanya menganggukkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status