Beranda / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 8. Syarat Sebuah Kebebasan

Share

8. Syarat Sebuah Kebebasan

Penulis: Almiftiafay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-25 13:29:50

Seisi ruangan yang semula diselimuti oleh ketegangan mendadak senyap. Perhatian semua orang kini mengarah pada Liora yang berdiri dan dirundung oleh kebimbangan.

“Saya tidak pernah menipu orang,” ucapnya. “Apalagi menggunakan obat terlarang, Pak. Itu semua tidak benar!”

“Jika memang begitu, Anda bisa menjelaskannya nanti di kantor,” jawab seorang petugas yang berdiri paling depan. “Sekarang lebih baik Anda ikut dengan kami.”

Entah cerita seperti apa yang dibuat dan dilaporkan oleh Adrian dan Irina hingga dapat mempermalukan Liora seperti ini.

“Mari!” ucap pria berseragam itu sekali lagi.

Kaki yang tadinya terpancang dengan lantai marmer tempat ia berpijak akhirnya terangkat.

Langkahnya terasa berat kala ia mengikuti ke mana polisi menggiringnya keluar dari hall, sepasang netranya berkabut oleh air mata kala menyaksikan pandangan orang-orang yang menghakiminya.

Dengus napas mereka, atau lirikan yang penuh kebencian mengantarnya pergi meninggalkan pintu berdaun dua tempat itu.

Sudut matanya menyaksikan tatapan Kayden yang tampak membencinya. Bukankah Liora tak perlu lagi mempertanyakan apa alasannya? Jelas karena Liora telah merusak pesta penyambutannya.

Sekeluarnya dari hall, puluhan wartawan yang berada di luar mengambil fotonya. Kilatan kamera saling sambung tanpa henti, menangkap momen dirinya yang tengah digiring masuk ke dalam mobil polisi.

Puluhan pertanyaan dari mereka diabaikan oleh Liora, tak ada satu pun yang dijawabnya.

“Liora!” panggil sebuah suara tak asing yang membuat Liora sedikit lega karena setidaknya ia tak akan sendirian malam ini.

Freya, manajernya itu berlari kepadanya seraya bertanya dengan menggebu pada petugas polisi, “Kenapa Liora tiba-tiba ditangkap, Pak? Anda tidak salah melakukan ini?”

“Kami tidak akan sembarangan menangkap orang, Bu,” jawab salah seorang dari mereka. “Jadi tolong bersikap kooperatif!”

Freya mendorong napasnya dengan kasar saat berjalan mengikuti Liora, “Jangan khawatir, aku akan ikut denganmu, Liora.”

Liora mengangguk samar, “Terima kasih, Frey,” ucapnya dengan suara yang gemetar.

Ia menjumpai seorang pria yang berada cukup jauh di belakang kerumunan wartawan, berdiri di sana dengan senyum penuh kemenangan seakan ia telah mewujudkan apa yang pernah ia katakan pada Liora perihal ‘membalas dendam.’

Adrian, ekspresi mantan pacarnya itu lebih banyak mengatakan bahwa ini adalah awal kehancuran seorang Liora Serenity.

‘Jahat sekali kamu Adrian,’ batin Liora saat air matanya seperti tak bisa terbendung setibanya ia di dalam mobil polisi.

Ketakutan menderanya, benaknya mulai memikirkan kemungkinan paling buruk, bagaimana jika setelah malam ini ia tak akan bisa menghirup kebebasan lagi?

***

Setelah menjalani proses pemeriksaan berjam-jam yang menguras tenaga dan menunggu hasil tes urine serta tes darah keluar, Liora benar-benar berakhir mendekam di dalam penjara. Duduk di lantainya yang dingin dan memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil.

Freya hanya bisa menemaninya sebentar sebelum semalam Liora resmi ditetapkan sebagai tersangka pencemaran nama baik.

Liora memikirkan bagaimana ibunya yang ada di rumah sakit jiwa jika ia terus di sini?

Bagaimana kedepannya ia mengurus pengobatan sang Ibu?

Keresahan menghantuinya sepanjang malam selagi ia yakin orang-orang yang tak suka padanya dan yang semalam melemparkan pandangan penuh kebencian saat ia digelandang polisi itu tengah berpesta di luar sana.

Pagi ini setelah berusaha menelan makanan penjara yang hampir terasa hambar, Liora dibawa keluar dari balik sel sebab petugas mengatakan ia mendapatkan kunjungan.

Ia lalu tiba di dalam sebuah ruangan di mana di dalam sana ia bisa melihat seorang pria dalam setelan jasnya. Tengah duduk bersedekap dan tatapan matanya yang tajam menyambut Liora masuk.

Kayden. Seseorang yang mengunjunginya itu adalah Kayden.

Meski bibirnya mengatup rapat dan tak ada kata yang keluar hingga Liora duduk berseberangan meja, tapi kediaman itu cukup membuat Liora merasa ciut.

Perbedaan mereka bagai bumi dan langit, Kayden yang rapi dan menawan dalam balutan pakaian serba hitamnya sangat kontras dengan dirinya yang menyedihkan dalam baju tahanan.

Keheningan memerangkap mereka hingga beberapa menit berlalu.

Akhirnya, Liora lah memberanikan diri untuk lebih dulu membuka percakapan.

“A-apa yang Tuan Kayden lakukan di sini?” tanya Liora dengan gugup.

“Bukankah harusnya kamu berterima kasih karena ada orang yang datang menjengukmu?” balasnya dengan datar.

Kalimatnya penuh kepedulian tetapi justru menusuk Liora dengan dingin dan kejam.

“Terima kas—”

“Aku datang untuk melihat orang yang semalam mengacaukan pestaku,” potong Kayden sebelum Liora selesai bicara.

Liora menunduk, meremas jari-jarinya yang kebas di atas paha. Menelan rasa malu sebab apa yang dikatakan oleh Kayden itu adalah kebenaran. Bahwa memang dirinya mengacaukan pestanya semalam.

“Maaf, Tuan Kayden.”

Pria itu menyeringai, “Apa yang kamu rencanakan setelah ini, Liora?” tanyanya seraya menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

“Freya sedang mencari pengacara untuk dapat membantu saya.”

“Aku bisa membantu untuk membebaskanmu dari sini,” sahut Kayden. “Tapi ada syaratnya.”

“Syarat?”

“Ya, syarat. Saat aku membantumu, kamu juga harus melakukan sesuatu untukku sebagai gantinya.”

Rahang kecil Liora mengetat, ia putuskan ia akan mendengar syarat apa yang diajukan oleh Kayden agar ia bisa bebas dari sini.

“Apa syaratnya, Tuan Kayden?”

“Menikah denganku.”

Almiftiafay

SHIK SHAK SHOCK 🤯 🤣 jangan lupa tinggalkan komentar ulasan like vote, tidak lupa Thor ucapkan terima kasih sudah membaca ya akak semua 🤗

| 26
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
pedes juga mulut si kayden. kayden kayak nya bukan benci liora yg buat kacau pesta nya tapi karna dia benci liora di tuduh pake obat terlarang. apa kayden mau melindungi liora dengan cara menikah? lalu gimana status kayden dengan julia?
goodnovel comment avatar
Eva
Ini pasti waktu Liora minum di bar sengaja ada yang kasih narkoboy di minumannya, makanya dia jadi panas badannya. Terus pas di cek urine positif, dasar mantan nggak ada akhlak. Tuh kan bener pasti si Julia ini bukan tunangannya Kayden, feeling ku ini saudara mereka
goodnovel comment avatar
Nissya
haaah menikah ??????? mau sih mau tapi .....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    143. Saat Nanti Kau Akhirnya Tahu ....

    Hujan yang turun pada pagi itu bukan hanya menjatuhkan air, tetapi juga membawa serta ribuan jarum yang menghujam siapapun yang berdiri di bawahnya.Memberi mereka kelukaan yang besar saat menatap mata berair Kayden yang diluluh-lantakkan badai.Ia tidak pernah terlihat sehancur itu, ia selalu membawa dirinya tegas dan tetap mengangkat dagu.Tapi pagi ini, sepertinya ia tak peduli dengan bagaimana orang akan memandangnya. Harga dirinya, egonya, statusnya, bahkan ... hidupnya sendiri.Ia hanya ingin bertemu dengan Liora, Liora seorang.“Berdiri!” desak Tuan Royan. Suaranya sedikit meninggi, mendesak Kayden yang terlihat sangat menyedihkan.“Saya tidak akan berdiri sebelum Anda mempertemukan saya dengan Liora.”Nyonya Jessie terlihat selangkah mendekat, matanya sudah basah saat mengatakan, “Kita bicarakan itu, tapi tolong jangan seperti ini, Nak ....”Nyonya Jessie melihatnya bukan sebagai Kayden Baldwin yang berkuasa, tetapi sebagai anak lelakinya yang sedang patah hati.Beliau menatap

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    142. Separuh Hati Yang Membeku

    “Perlihatkan padaku fotonya!” pinta Kayden, salah satu tangannya terarah ke depan dengan tidak sabar.Evan menyerahkan ponselnya pada Kayden yang menerimanya sembari berjalan meninggalkan tempat ia berdiri semula.Tanpa bertanya pun Evan tahu akan ke mana mereka pergi. Ke Echelon Health Hospital.Kayden melangkah dengan gegas, sementara matanya terarah ke layar ponsel yang menunjukkan foto seorang perempuan berambut panjang yang diikat dengan pita berwarna putih, perempuan yang sangat cantik meski foto itu hanya diambil dari samping.Liora ... gadis dalam foto itu benar adalah Liora.Ia tampak sempurna dalam balutan dress ibu hamil yang dikenakannya. Terlihat di salah satu lorong rumah sakit tepat seperti yang dikatakan oleh si pengirim pesan.“Ibu itu mengatakan hanya bisa mengambil fotonya dari samping karena takut ketahuan,” ucap Evan saat ia dan Kayden sudah berjalan meninggalkan teras rumah.Kayden tak menjawab, lidah dan bibirnya membeku.Tuhan menjawab doanya dengan memberinya

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    141. Dekat, Tapi Tak Bisa Digapai

    Seperginya Freya, Julia tidak bisa duduk dengan tenang atau sekadar bersantai.Meski ia telah mengusir perempuan mata duitan itu, tapi tak ada yang menjamin ia akan tetap tutup mulut.‘Akan aku cari cara lain, tapi sementara ini biarkan dulu dia pergi dari hidupku.’ Julia membatin penuh amarah.Semua rencana yang disusunnya dengan rapi bahkan hampir tak bercelah sepertinya akan menemui batu sandungan.‘Perempuan sialan itu sama saja dengan Liora ternyata,’ gumamnya seorang diri.Matanya yang menatap jendela di dalam ruang kerja miliknya di DN Construction terasa perih.‘Liora sudah aku singkirkan dan menghilang tapi anak itu malah membuat ulah.’Dorongan napasnya yang berat mengatakan seberapa muaknya ia pada Freya.“Apa yang dia pikirkan sebenarnya saat mengambil cincin milik Marry?”Setelah Kayden mengetahui ini ... pria itu pasti tidak akan tinggal diam. Posisi semua orang terancam jika Kayden dan tangan kanan iblisnya itu bergerak memburu kebenaran hingga di titik penghabisan.Jul

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    140. Kubu Terpecah

    “Pergi kamu dari sini!” Julia menghardik Freya yang bibirnya sudah memutih.Gadis itu memucat, seolah darahnya terserap habis, tenaganya, ketahanan tubuhnya.Saat Julia melepasnya, Freya nyaris jatuh ke lantai. Kedua kakinya seakan tak bisa menopang berat tubuhnya.Sepasang mata Julia menembusnya, membuatnya perlahan mundur dan angkat kaki dari lobi DN Construction.Ia masuk ke dalam mobilnya, sekali lagi ... seperti orang gila yang sedang melarikan diri. Tangannya yang menggigil itu menyalakan mobil dan berkendara pergi dari sana.Ia berusaha menata hatinya, detak jantungnya.Setelah lebih dari seratus meter meninggalkan sekitaran tempat itu, ia berhenti di tepi jalan. Menutup mulutnya dengan kedua tangan agar tangisnya ini terbendung. Tetapi tidak bisa ... terlalu banyak hal yang membuatnya terkejut hari ini.Ia tidak siap!Freya menunduk, memejamkan matanya yang perih hanya untuk menyesali apa yang ia lakukan di belakang sana.Kegelapan itu membuat ingatannya kembali pada malam ha

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    139. Sebuah Kebodohan

    Nyawanya seperti akan tercabut, dan sebelum ia benar-benar mati di dalam ruang meeting Evermore lalu keberadaannya tidak dapat ditemukan karena dilenyapkan oleh Kayden, maka Freya dengan gegas meninggalkan tempat itu. Lobinya cukup sibuk pagi ini. Ia harus menerobos beberapa orang yang berkerumun tak tau tempat. Yang pandangan mereka dirasanya mengikuti ke manapun ia pergi. Beberapa bisikan singgah bahwa ia seperti orang gila yang sedang mencari jalan keluar. Pintu yang ada di depan itu seperti begitu sulit dijangkaunya. Seakan membutuhkan waktu lebih lama bagi Freya untuk bisa benar-benar keluar. Ia menyeka air matanya dengan tangannya yang gemetar, langkahnya gamang saat ia menuju ke tempat di mana mobilnya ia parkirkan. Merasa bodoh sebab harus berjalan memutar untuk tiba di sana padahal ia sebelumya bisa langsung ke basement. Kepanikan yang melandanya membuatnya tak bisa berpikir dengan jernih. Ia menghubungi Julia sembari mengemudikan mobilnya, mengatakan ingin bertemu dan

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    138. Iblis—IBLIS!

    Evan yang berdiri di dekat Kayden untuk sesaat tak bisa bergerak. Ia menatap Freya yang kehilangan kata, bukan hanya karena Kayden mencekiknya, tetapi karena ada gelombang kejut yang tak diantisipasinya dari pertanyaan itu. Evan mendengar dari pengacara Hans Mercer yang mengatakan cincin itu bisa saja dibawa sebagai ‘souvenir’ oleh psikopat gila, orang yang malam itu terakhir kali menemui Nyonya Marry—dan menyelundupkan senjata tajam ke dalam kamar rawatnya—itu ia lihat di mana keberadaannya sekarang. Di jari manis Freya. Bukankah itu telah menjelaskan bahwa Freya lah yang bertanggung jawab atas tewasnya Nyonya Marry saat itu? Evan tadinya hendak mencegah Kayden, atau menarik tangannya itu untuk pergi dari leher Freya, tetapi mengingat betapa tragisnya kematian Nyonya Marry, keberadaan Liora yang tak diketahui dan hancurnya Kayden saat badai ini menghantam ... Evan memilih untuk membiarkannya. Gadis itu gemetar di hadapkan pada kemarahan Kayden. Ia berusaha menguraikan tangan Kayd

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status