Share

4. Tidak Mengenalnya

Penulis: prasidafai
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-29 17:30:30

Pagi hari keesokannya, ponsel Daisy berdenting saat dia baru saja tiba di kantor Poseidon Exports Suri.

Pesan masuk dari kontak dengan emotikon berbentuk es.

[Ada rapat di luar, saya akan sampai di kantor saat siang. Kamu tangani urusan yang ada di kantor.]

Daisy segera membalas dengan cepat, “Baik, Tuan Jade.”

Waktu terus berlalu. Daisy menangani panggilan telepon, menjawab surel, dan mengatur jadwal Jade dengan baik.

Jade tiba di kantor pada pukul dua siang.

"Selamat siang, Tuan Jade." Daisy segera berdiri dan menyambut kehadiran bosnya.

Jade tidak membalas sapaan gadis itu. Matanya bergerak dari wajah ke lengan Daisy yang tertutup oleh blazer panjang berwarna biru tua.

Pria itu ingin memastikan bahwa memar yang kemarin dia lihat, memang benar ada atau hanya salah lihat.

Namun, lengan blazer Daisy kali ini lebih panjang daripada seragam pelayan kemarin.

"Masuk ke ruangan saya," perintah Jade akhirnya sambil berbalik dan melangkah menuju pintu yang mengarah ke ruang pribadinya.

Daisy mengikuti, detak jantungnya berdetak lebih cepat. Jade sangat pandai membuat seseorang menegang hanya karena bicara dengannya.

Jade berdiri di sebelah kursi kosong di dekat mejanya.

“Duduk.” Jade memutar kursi itu dan meminta Daisy duduk di sana.

Daisy ragu, tetapi pada akhirnya dia tetap mengikuti permintaan Jade. Sesaat setelah Daisy duduk, Jade kembali memutar kursi dan membuat gadis itu berhadapan dengan tubuhnya yang tinggi tegap.

"Kenapa kamu bekerja paruh waktu di pesta pertunangan saya?" tanya Jade tanpa basa-basi seraya sedikit membungkuk supaya tatapan mereka setara.

Jade mencengkeram kedua sisi penyangga tangan pada kursi, seakan tengah mengurung Daisy.

Daisy menelan ludah dan sedikit menjaga jarak dari wajah Jade. "Saya hanya membantu teman yang kebetulan membutuhkan pelayan tambahan untuk acara itu, Tuan."

"Bohong," sahut Jade sambil menatap Daisy dalam. "Saya tidak menyukai karyawan yang tidak setia. Karyawan yang memiliki waktu untuk pekerjaan lain berarti mereka tidak serius dengan pekerjaan mereka di sini."

"Tuan, saya tidak mendapatkan bayaran dari kegiatan itu," jelas Daisy cepat, mencoba menyelamatkan diri. "Saya hanya membantu saja. Itu tidak bisa dihitung sebagai pekerjaan paruh waktu."

Meski tidak ingin mengalah, Jade tahu Daisy benar.

"Soal saya salah masuk toilet wanita, bagaimana?” Jade menyipitkan mata.

“Saya hanya berusaha menyelamatkan keadaan, Tuan.” Daisy mengepalkan jari.

“Menyelamatkan keadaan siapa?” Jade mencondongkan tubuh lebih dekat hingga Daisy bisa mencium aroma parfumnya. “Saya? Atau dirimu?”

Daisy merasakan dadanya sesak. “Tunangan Tuan tidak akan suka jika mengetahui Tuan menolong wanita lain.”

Jade tidak menjawab, tetapi rahangnya mengeras.

“Lalu mengenai pria itu.” Suara Jade turun satu oktaf. “Apa kamu mengenalnya?”

Daisy menggeleng cepat dan menunduk dalam. “Tidak kenal, Tuan.”

Membayangkan Bianca tahu soal Andrew mencoba melecehkan Daisy saja, gadis itu sudah tidak mampu.

Apalagi jika masalah ini terus diperpanjang karena Daisy mengaku mengenal pria itu. Dia mungkin akan mati di tangan kakak angkatnya.

Jade terdiam, memikirkan kata-kata Daisy. Pria itu menegakkan punggung dan berjalan menjauh beberapa langkah.

"Saya akan mencari tahu siapa pria itu," ucap Jade kemudian saat berbalik ke arah Daisy. "Dan saya akan melaporkannya ke pihak berwajib. Pelecehan seksual adalah tindakan kriminal."

Manik hitam Daisy melebar.

"Tidak!” sahut Daisy spontan. “Maksud saya, tolong jangan lakukan itu, Tuan. Sebenarnya … pria itu belum melakukan apa-apa. Sekarang saya hanya butuh waktu untuk menenangkan diri, tanpa menambah beban masalah lain."

Jade mengamati Daisy dengan cermat sambil memasukkan tangan di saku celana, mencoba memahami kenapa gadis ini begitu keras menolak bantuannya.

"Baiklah.” Jade mendengkus. "Tapi jika hal seperti ini terjadi lagi, kamu harus memberitahu saya, Daisy."

Daisy menatap manik cokelat Jade yang tengah berdiri di dekatnya. Gadis itu merasakan kehangatan di sana, tempat di mana Daisy merasa bisa berlindung.

"Ya, Tuan," balas Daisy sambil mengalihkan pandangan dan meremas ujung blazernya.

Waktu pulang tiba ketika langit mulai berubah jingga.

Daisy sedang mematikan komputer dan menyiapkan tasnya ketika telepon berdering.

"Masuk ke ruangan saya sekarang!" perintah Jade singkat sebelum menutup telepon.

Daisy menghela napas. Meski begitu dia tetap masuk ke ruangan Jade. Begitu pintu terbuka, Daisy membeku.

Jade duduk di kursinya dengan pipi merona merah. Matanya terlihat tidak fokus, sedikit berkaca-kaca, dan bibirnya basah.

"Tuan Jade?" tanya Daisy hati-hati.

"Tutup pintu," perintah Jade dengan suara serak yang berbeda dari biasanya.

Daisy menutup pintu dan melangkah lebih dekat. "Tuan, apakah Anda baik-baik saja? Sebaiknya saya panggil Dokter–"

"Tidak," potong Jade sambil berdiri dari kursinya.

Jade mengangkat kepalanya pelan ke arah Daisy. Tatapannya kosong sekaligus intens, seperti sedang berjuang untuk tetap sadar.

“Tolong … bawa saya pulang,” pinta Jade pelan, suara serak pria itu berbeda dari biasanya. “Jangan sampai ada karyawan yang melihat.”

Daisy linglung. “Tuan, Anda harus ke rumah sakit. Tuan terlihat–”

Jade tiba-tiba mengulurkan tangan dan mencengkeram pergelangan Daisy.

"Aaah! Tuan, itu sakit!" jerit Daisy ketika Jade tidak sengaja menekan memar paling parah yang ada di pergelangan tangannya.

"Dengarkan saya," ucap Jade penuh penekanan, mengabaikan jeritan Daisy. "Yang saya butuhkan … ada di rumah."

Meski masih merasa sakit, Daisy mengangguk.

Setelah berpikir cepat, Daisy menyelinapkan Jade melalui lift khusus teknisi, melewati lorong yang jarang dipakai, hingga sampai ke lobi tanpa menarik perhatian siapa pun.

Pria itu berjalan dengan langkah yang tidak stabil, membuat Daisy harus menopangnya beberapa kali.

Beberapa saat kemudian, mereka mencapai mobil Jade di parkiran bawah tanah. Daisy memasukkan Jade ke kursi penumpang, tangan pria itu terasa panas.

Daisy pikir tugasnya selesai di sini. Dia siap menutup pintu mobil.

"Masuk," perintah Jade dari dalam mobil.

"Tuan, ini sudah jam pulang–"

"Kamu akan mendapatkan … gaji lebih karena lembur," potong Jade mendesak sambil menahan rasa tidak nyaman yang tampak jelas dari ekspresinya. "Saya tinggal … sendiri. Saya akan membutuhkan … bantuanmu di rumah."

Detak jantung Daisy berdegup keras. Sesuatu tentang kondisi Jade sangat tidak wajar. Berkeringat dingin, pipi merona, dan matanya sayu.

‘Apa seseorang melakukan sesuatu pada pria ini?’ batin Daisy khawatir.

“Tuan terlihat sakit, tolong masuk Nona. Saya hanya sopir panggilan,” desak pria bertubuh tambun yang memakai seragam sopir di jok belakang kemudi.

Daisy menggigit bibir. Mau tidak mau, gadis itu masuk ke mobil.

Jade bersandar pada kursi. Napasnya naik turun.

Sesekali pria itu mendesis pelan, seperti menahan sesuatu di dalam tubuhnya yang sedang kacau.

Ketika mobil mulai melaju, Jade tiba-tiba menoleh ke arah Daisy.

Jade menarik tangannya, tubuh Daisy spontan jatuh dalam dekapan pria itu.

Jade mengangkat wajah Daisy dengan jarinya. Tatapan pria itu menggelap penuh hasrat.

“Daisy .…”

Jantung Daisy berdebar cepat dan pipinya memerah.

Daisy tidak punya waktu untuk bereaksi sebelum bibir Jade mendekati bibirnya.

"Tuan, jangan!" seru Daisy sambil mengangkat tangan ke depan bibirnya, menghalangi ciuman Jade. "Anda sudah memiliki tunangan!"

Bayangan Bianca muncul di benak Daisy, ancaman kakak angkatnya itu masih terasa segar di ingatan.

Jade menarik pinggang Daisy mendekat dan hendak menyingkirkan tangan gadis itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   8. Pria yang Menyentuh Daisy

    “Tolong berdiri.” Daisy terkejut ketika tangan Jade menggenggam lengannya dan menarik gadis itu bangkit dari lantai. Tubuh Daisy limbung, tetapi genggaman Jade menjaga keseimbangannya. “Jangan pernah bersujud seperti itu lagi di hadapan saya,” pinta Jade sambil menahan napas. “Dan, saya setuju dengan permintaanmu. Rahasiamu aman.” Daisy mengangkat wajah. Ada sisa air mata di pelupuknya. "Terima kasih, Tuan." Masalah kesalahpahaman selesai, kini mereka sibuk menyiapkan agenda selanjutnya. Daisy membantu Jade merapikan berkas-berkas untuk rapat pagi. Sesekali Daisy merasakan debaran aneh tiap kali Jade berdiri terlalu dekat. “Kemeja saya mana?” tanya Jade sambil membuka lemari hotel. Pria itu lagi-lagi berjalan di sekitar Daisy hanya dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Daisy menunjuk tanpa menatap. “Sudah saya setrika, Tuan. Bagian kanan.” Jade memperhatikan pipi Daisy yang memerah. “Jika kamu kurang sehat, kamu boleh istirahat.” “Saya baik-baik saja,” balas Daisy cep

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   7. Permintaan Nakal Daisy

    Jade menoleh, satu tangannya masih memegang koper yang terbuka.“Tidak bisakah kau mengetuk pintu dulu?” tegur Jade, kemudian menjawab, “supaya koordinasi lebih mudah, Daisy.”“Ah ya,” ucap Jade lagi, kali ini sambil merogoh sesuatu dari saku celananya dan mendekat. “Kunci khusus pintu penghubung ini, kamu yang pegang. Silakan kunci saja.”Daisy menerima uluran kunci itu, meski wajahnya masih tampak terkejut.“Baik, Tuan,” sahut Daisy kemudian.“Istirahat yang cukup,” tukas Jade sambil berjalan menjauh. “Besok jadwal kita padat.”Daisy mengangguk cepat, lalu menutup pintu penghubung dari sisinya.Walaupun sudah mandi dengan air dingin, jantung Daisy masih belum merasa tenang. Namun tubuhnya terasa sangat lelah.Baru hitungan menit sejak Daisy terlentang di kasur, kelopak matanya mulai terasa berat.Daisy hampir saja terpejam ketika ponsel di atas nakas berbunyi. Pesan masuk dari Bianca.Hanya membaca namanya saja, wajah Daisy memucat.[Di mana kamu, Jalang?]Daisy menegang. Dia membac

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   6. Agenda Lain Tuan Jade

    Daisy membuka blazernya sambil menahan debaran dalam dada yang semakin tidak terkendali.Ketika kain itu terbuka sepenuhnya, mata Jade menggelap dan rahangnya mengeras."Daisy," panggil Jade dengan suara rendah. "Siapa yang melakukan ini?"Daisy tetap diam, tidak berani menatap mata bosnya.Jade tiba-tiba merangkul bahu Daisy lebih dekat dan membawanya untuk duduk di tepi sofa yang ada di kamar."Tunggu di sini," perintah Jade.Sebelum Daisy sempat membalas, Jade pergi ke kamar mandi.Jade membawa kotak P3K saat kembali dan duduk di depan Daisy.Gadis itu tersentak."Tuan Jade, Anda harus berpakaian dulu," ucap Daisy gugup sambil melihat ke arah lain.Jade mengabaikan komentar itu dan membuka kotak P3K. Dia mencari salep memar dan mulai mengoleskannya dengan lembut ke setiap memar di lengan Daisy.Kali ini sentuhannya sangat hati-hati, seakan takut membuat memar Daisy bertambah parah."Dengarkan saya," ucap Jade sambil terus mengobati memar itu. "Apa pun yang terjadi dan siapa pun yan

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   5. Tuan Es Batu

    "Tuan Jade,” panggil Daisy dengan suara yang mulai bergetar. “Tuan adalah pria baik yang tidak mungkin melecehkan wanita. Saya percaya Tuan, jadi tolong menjauh.”“Sialan!” Jade tiba-tiba memalingkan wajahnya dengan kasar, membuat Daisy terdorong mundur.Pria itu mengusap wajahnya frustasi dengan napas yang masih terengah-engah."Maaf," ucap Jade penuh penyesalan. "Maafkan saya, Daisy."Jantung Daisy masih berdetak seperti genderang perang, pipinya memanas. Dia tidak berani bergerak, mendekat, atau pun menjauh.Mobil akhirnya berhenti di depan rumah Jade yang megah. Daisy dapat melihat taman luas dengan kolam ikan mas di halaman depan."Kamar saya ada di lantai atas," instruksi Jade sambil berjalan tertatih-tatih, meraih pundak Daisy untuk menopang diri. "Bantu saya."Daisy merasa segan, tetapi ketika melihat kondisi Jade yang benar-benar memburuk, dia tidak memiliki pilihan lain.Dengan hati-hati, Daisy memandu pria itu naik tangga marmer yang lebar dan melewati koridor panjang denga

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   4. Tidak Mengenalnya

    Pagi hari keesokannya, ponsel Daisy berdenting saat dia baru saja tiba di kantor Poseidon Exports Suri.Pesan masuk dari kontak dengan emotikon berbentuk es.[Ada rapat di luar, saya akan sampai di kantor saat siang. Kamu tangani urusan yang ada di kantor.]Daisy segera membalas dengan cepat, “Baik, Tuan Jade.”Waktu terus berlalu. Daisy menangani panggilan telepon, menjawab surel, dan mengatur jadwal Jade dengan baik.Jade tiba di kantor pada pukul dua siang."Selamat siang, Tuan Jade." Daisy segera berdiri dan menyambut kehadiran bosnya.Jade tidak membalas sapaan gadis itu. Matanya bergerak dari wajah ke lengan Daisy yang tertutup oleh blazer panjang berwarna biru tua.Pria itu ingin memastikan bahwa memar yang kemarin dia lihat, memang benar ada atau hanya salah lihat.Namun, lengan blazer Daisy kali ini lebih panjang daripada seragam pelayan kemarin."Masuk ke ruangan saya," perintah Jade akhirnya sambil berbalik dan melangkah menuju pintu yang mengarah ke ruang pribadinya.Daisy

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   3. Lalat yang Mengganggu

    Brak!Pintu toilet wanita terbuka dengan keras dan seseorang masuk.Sebelum gadis itu sempat mengerti apa yang terjadi, suara pukulan memecah keheningan, diikuti ringisan kesakitan dari Andrew.“Aarghh!” pekik Andrew yang terjatuh menghantam ubin lantai toilet sambil memegangi rahangnya.Daisy terhuyung-huyung ke samping sambil menghirup napas panjang yang membuatnya batuk.Mata Daisy kabur oleh air mata, tetapi dia bisa melihat sosok yang menolongnya dengan jelas.“Tuan Jade?” Daisy terisak pelan sambil mengusap kasar dadanya.Jade menatap Andrew dengan tajam, seperti siap meninju lagi jika pria itu mendekat.“Kau–” Andrew tersentak, mata merahnya membulat saat menyadari siapa yang memukul. “Aiiishh!”Daisy menelan ludah saat melihat Andrew perlahan bangkit.“Sialan!” maki Andrew sebelum berlari keluar toilet.Jade berbalik menghadap Daisy, dan ketegangan dalam wajahnya berubah menjadi kekhawatiran."Apa kamu baik-baik saja?" tanya Jade sambil memegang kedua bahu Daisy dan menelusuri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status