Share

Ch. 4 Menangis Lagi?

last update Last Updated: 2025-09-17 14:48:21

“Kamu bukannya temenan deket sama Sherly, Rey? Kok aku nggak pernah lihat dia lagi bareng kamu?”

Usai dari ruangan Gerrard, Sherly diseret oleh Antika ke kantin rumah sakit untuk makan. Sementara Antika memesankan makanan untuk mere,a Sherly duduk di belakang pilar, cukup tersembunyi–karenanya, ia bisa mendengar obrolan tersebut. 

Saat ia mengintip sekilas, Sherly melihat beberapa anak koas dan residen anestesi yang lain–departemen yang dipilih oleh Reynan. 

Apes betul nasibnya hari ini. 

Sherly berniat pindah ke tempat lain saat ia mendengar suara Reynan menjawab komentar sang kawan.

“Cuma temen satu SMA biasa. Nggak begitu deket kok.” Suara familier itu membuat Sherly berhenti melangkah.

“Nggak deket gimana, Rey? Aku sering lihat kalian bareng lho. Kadang kalian juga nugas bareng, bukannya?” Suara lain berkomentar. “Sampai kukira, Reynan dan Sherly pacaran.”

Reynan terdengar tertawa. "Ah! Pacaran apaan?" kilah suara itu yang seperti menghantam hati Sherly dengan begitu keras. 

Pria itu benar-benar lupa kalau waktu SMA dulu, justru Reynan-lah yang menyatakan cinta. 

Namun, memang Reynan ingin mereka berpacaran diam-diam agar tidak disuruh putus oleh orang tuanya yang disiplin dan galak. Dengan polosnya, Sherly tidak keberatan. 

Lebih bodohnya lagi, Sherly membantu semua tugas dan pekerjaan Reynan selama 10 tahun tersebut.

“Tapi, Rey. Bukannya dia sering bantuin kamu ya?” Salah seorang residen anestesi lain bertanya, membuat Sherly mengiakan dalam hati. “Aku denger dari anak-anak.”

Reynan menggelengkan kepalanya. “Yang ada, aku yang bantuin dia. Kasihan. Biasanya dia nggak ada uang buat jajan, jadi aku bayar dia buat urusin tugasku dikit. Tapi yang kelarin tetep aku.”

Sepasang mata Sherly membelalak. Kebohongan apa lagi ini!?

Sherly dibayar? Dia mengerjakan semuanya dengan sukarela! 

Bahkan laporan dan segala macam persiapan dan kebutuhan PPDS Reynan, Sherly yang mempersiapkan! 

Tak peduli saat itu ia tengah berdarah-darah memperjuangkan nasibnya sendiri. 

Sherly rela melakukannya karena baginya, Reynan memberikan harapan yang memantik semangat hidup Sherly, membuat hatinya berbunga-bunga dan merasa menemukan tempat yang bisa menerimanya, namun apa yang terjadi kemudian? 

Tidak cukup sampai di sana, obrolan terus berlanjut.

“Lagian, Mas. Meski memang yang aku suka itu Berliana yang cantik, tapi sekarang ini cewek cantik aja nggak cukup kan?” Reynan melanjutkan. “Buat masa depan, kita harus realistis. Cantik doang nggak ada backingan buat apa? Aku butuh yang nggak cuma cantik, tapi bisa bantuin karier aku. Ijazah doang kalo nggak ada ordal juga sulit dapet tempat praktek. Produk jebolan program beasiswa kayak Sherly bisa apa?”

Ah.

Jadi seperti itu.

Itu sebabnya Reynan memutuskan hubungan mereka secara sepihak.

Tapi kenapa pria itu tidak mengakhiri hubungan mereka dulu, baru kemudian menyatakan cinta pada Berliana? Beberapa jam sebelum pesta itu pun, Sherly masih membantu persiapan Reynan untuk pesta.

Apakah Reynan sama sekali tidak merasa bersalah padanya? 

“Palingan juga residen kayak dia bakal abis sama senior ntar,” lanjut Reynan. “Yah, kecuali dia mau nawarin diri buat jadi selingkuhan dokter senior sih. Biar statusnya aman.”

Sherly terbelalak.

Terjawab sudah. Pria tak punya hati itu bahkan sampai hati menghinanya.

“Nih, batagor kamu. Heran, kamu kok suka banget–”

Belum sempat temannya menyelesaikan kalimat, perut Sherly tiba-tiba bergolak hebat.

Entah karena ucapan Reynan atau bau amis ikan dan aroma gorengan yang bercampur bumbu kacang dari piring batagor itu menyergap hidungnya. 

Sherly menutup mulut rapat-rapat dan sedikit menjauh untuk mencoba meredakan mual, tapi percuma. Sarapannya tadi pagi menekan kerongkongan. 

Seketika, dengan langkah tergesa dan tubuh yang gemetar, Sherly berlari menuju toilet terdekat, mengabaikan Antika yang panik memanggil namanya.

Begitu berhasil masuk ke dalam bilik, tubuhnya terhuyung ke depan, menumpahkan isi perutnya. Matanya berair, sementara keringat dingin membasahi pelipisnya.

“Ughh…” 

Setelah mengeluarkan seluruh isi perutnya, Sherly mengambil tisu dan mengusap bibirnya. Tubuh lemasnya kemudian terduduk di atas kloset toilet yang sudah tertutup, mencoba menenangkan diri. 

Baru kemudian ia beranjak pergi.

Aneh, kenapa reaksinya sekeras ini terhadap makanan favoritnya itu? Apakah ia sedang masuk angin?

Tanpa sadar, Sherly mengusap perutnya yang tadi berulah selama beberapa saat sebelum ia kemudian tersentak.

Tidak mungkin … kan?

Tunggu, kapan terakhir dia datang bulan?

Otaknya sibuk berpikir keras sampai Sherly tidak menyadari bahwa tubuh tinggi itu sudah berdiri di depannya–tepat di depan toilet tempatnya muntah. 

Tanpa bisa dicegah tubuh Sherly menubruk tubuh itu, hampir terhuyung jatuh kalau saja tubuh itu tidak menangkapnya. 

Seketika, indra penciuman Sherly menangkap wangi familier–campuran antara musk dan aroma alami sosok di hadapannya tersebut. Instan menenangkannya, seperti malam itu.

Sherly mendongak, menatap sepasang mata tajam yang tengah menatapnya. Wajah tampan itu tetap tampak memesona, seperti dalam ingatannya dari malam yang kacau waktu itu.

Baru kemudian Sherly menyadari posisi tangan kokoh pria itu yang melingkari pinggangnya, menahannya agar tidak kehilangan keseimbangan. Sontak membuat wajahnya memerah.

“D-Dok–”

"Menangis lagi?"

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Dokter Gerrard tanpa dia duga, membuat Sherly kembali mendongak dan tenggelam dalam sepasang kolam hitam di mata pria itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Panas Tak Terlupakan dengan Konsulenku   Ch. 116 Di Depan Mata!

    "Fix ya, jumat langsung masuk, nanti tindakan sab--.""Nggak bisa jumat sekalian?" potong Gerrard mencoba nego. Yanu nampak serius menatap layar monitor, sesekali ia mengentuk pulpen ke meja, tanpa melepaskan pandangan dari layar monitor. "Jumat full. Kalau mau malam, Ge." jawab Yanu memulai negosiasi. "Malamnya jam berapa?""Sembilan."Gerrard mendesah, ia mengusap wajahnya dengan kasar. Sungguh pilihan yang sulit! Ia ingin anaknya segera lahir, kekhawatiran Gerrard akan pendarahan yang selama ini berulang terjadi bisa segera usai dan jangan lupa ... Gerrard bisa segera meluapkan semua yang selama ini dia pendam pada ibunya. "Pas kamu udah loyo-loyonya itu!" desis Gerrard dengan mata terpejam dan tubuh bersandar di kursi. "Sabtu pagi jam lima!"Kini obsgyn itu yang nampak memejamkan mata sembari menghela napas panjang. "Jam segitu tindakan, obsgyn-nya nggak boleh tidur, Ge?" protes Yanu dengan wajah memelas. "Kalo ada cito, obsgyn-nya juga masih mau tidur?" Gerrard kekeuh, ia i

  • Malam Panas Tak Terlupakan dengan Konsulenku   Ch. 115 Besok Mama Pulang

    Gerrard menatap nanar layar ponsel, ia mendesah panjang dan membiarkan ponsel itu jatuh ke pangkuannya. Room chat itu masih disana, dan Gerrard tidak tahu harus membalas apa. Nirina mengabarkan bahwa besok dia sudah sampai dan minta dijemput di bandara. Pada akhirnya, waktu itu akan tiba! Gerrard sudah mempersiapkan diri, bukan hanya untuk menjadi ayah, tetapi juga untuk membela istrinya dan mempertahankan Sherly agar tetap berada di sisinya. Apakah besok dia akan berhasil? Kenapa dia tanyakan ini? Bukankah Gerrard sudah bertekad bahwa apapun itu akan dia lakukan? "Mas, kenapa?"Gerrard tersentak, entah sejak kapan Sherly duduk di sebelahnya, dia tidak tahu. Yang jelas, akhir-akhir ini gerak Sherly benar-benar terbatas. Ia sudah kesulitan beraktivitas, susah tidur dan masih banyak lagi. "Besok mama udah sampai, nggak apa-apa, kan?"Gerrard bisa lihat wajah itu berubah. Senyum itu terlihat kaku, begitu dipaksa sampai kemudian kepalanya terangguk. "Tentu nggak apa-apa, memang kena

  • Malam Panas Tak Terlupakan dengan Konsulenku   Ch. 114 Teman Kakakku!

    "Istri lahiran sama siapa besok, Ge?"Ibra menyeruput americano miliknya, mereka sedang beristirahat di cafe yang merupakan salah satu fasilitas di lapangan golf langganan mereka. "Yanu, akhir bulan nanti sudah harus operasi." jawab Gerrard ikut menyeruput kopinya. Tiga bapak-bapak ini sebenarnya tidak benar-benar bermain dan bertaruh skor. Mereka hanya datang, bermain sebentar dan berakhir nongkrong di salah satu meja cafe. Efek lelah sepulang praktek dan tentu saja hari yang sudah mulai menggelap. "Banyak pasien dia kulihat." ucap Bastian ikut nimbrung, tentu dia kenal dengan Yanu, mereka satu kampus dulu! "Kamu sih, kenapa dulu nggak ambil obsgyn? Dengan bentukan kamu yang begini, laris kamu!" kelakar Gerrard yang kontan membuat Bastian mencebik. "Kamu tentu tidak lupa aku yang harus mengulang tiga minggu di stase obsgyn dulu, kan? Dan kamu menyuruhku jadi ahli kandungan?" omel Bastian yang entah mengapa begitu payah selama stase itu. Gerrard sontak terbahak-bahak, membuat I

  • Malam Panas Tak Terlupakan dengan Konsulenku   Ch. 113 Tekad

    "Kalau ada yang ingin kamu tanyakan, jangan sungkan. Oke?"Evelyn tersenyum, mengangguk pelan tanda bahwa dia mengerti dan paham dengan pesan yang Bastian berikan. "Aku benar-benar berharap kamu yang bakalan temenin aku sampai akhir hayat, Lyn."Evelyn tertegun, jujur dia masih belum bisa menerima semua itu. Meskipun beberapa kali meminta bahwa ia ingin Bastian untuk seumur hidupnya, namun bagaimana pun ia tetap syok dan terkejut Bastian akan secepatnya ini mengajaknya menikah! "Aku pun sama, semoga Tuhan dan semesta merestui ya, Mas." jawab Evelyn sembari tersenyum. "Terimakasih untuk hari ini, aku pamit pulang, ya?"Bastian menarik tangan Evelyn, mencegah tangan itu membuka pintu mobil, toh ia belum membuka kuncinya, namun ia melakukan itu bukan hanya agar Evelyn tidak membuka kunci pintu, namun juga untuk mendekatkan wajah Evelyn agar ia bisa kembali meraup bibirnya. Dengan sedikit liar, Bastian melumat bibir itu. Suhu tubuhnya meningkat seketika, ciuman itu bahkan bisa membangu

  • Malam Panas Tak Terlupakan dengan Konsulenku   Ch. 112 DILAMAR!

    "Apa ini, Mas?" tanya Evelyn ketika Bastian menyodorkan ponsel ke depan wajahnya. "Liat dulu!" paksa Bastian sembari menjejalkan ponsel ke tangan Evelyn. Evelyn menatap ponsel Bastian, sebuah katalog tapi .... "List wedding dream kamu!" titah Bastian yang sukses membuat Evelyn membelalak terkejut. "Kurang beberapa bulan aja, kan? Kita bahas mulai sekarang!"Astaga! Evelyn tertegun, pacaran dengan duda apakah memang sedramatis ini? Langsung sat-set diajak menikah? Evelyn benar-benar syok, Bastian benar-benar tidak membiarkan dia beristirahat barang sebentar. "Ta-tapi kita belum bahas sama keluarga, Mas!" desis Evelyn lirih. "Yaudah ayo kita bahas!" sahutnya santai, "Besok ketemu orang tua kamu, ya? Kita bahas!"Evelyn terkesiap, ia begitu gemas pada Bastian. Segampang itukah? Apakah dia tidak tahu bagaimana peragai ibunya? Kemungkinan apa yang terjadi jika Evelyn membawa Bastian pulang dan meminta izin hendak menikah? "Mas!" desis Evelyn lemas. "Buru-buru amat sih?"Bastian meng

  • Malam Panas Tak Terlupakan dengan Konsulenku   Ch. 111 Pergolakan

    "Mbak duluan, ya!" pamit Evelyn pada para perawat IGD, lirikannya berubah sinis pada lelaki itu, siapa lagi kalau bukan Fendi? Bahkan Evelyn tidak menyalami lelaki itu, melengos dan melewatinya begitu saja tak peduli sejak masuk tadi, tatapan Fendi sudah tertuju kepadanya. Dari sudut mata, Evelyn bisa melihat dia bangkit dan hendak mengejar langkah Evelyn, namun secara tidak terduga, ada pasien datang dibopong masuk ke dalam. Evelyn tersenyum lebar, agaknya semesta memang benar-benar tidak merestui mereka. Dengan santai, Evelyn melangkah menyusuri koridor rumah sakit. Satu tangannya merogoh ponsel, baru akan menelepon Bastian ketika panggilan lembut itu sudah lebih dulu menyapanya. "Jadi ngopi, Yang?" Ah! Hampir Evelyn melonjak ketika tangan itu meraih dan menggenggam tangannya, matanya membelalak, membuat Bastian tertawa dan menyeret Evelyn dengan segera sebelum ada yang memergoki mereka. Bukan ke tempat sepi, Bastian membawa Evelyn ke tempat parkir. Segera membuka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status