Home / Romansa / Malam Panas dengan Atasan Mantan / Bab 19 : Hari Pertama di Apartemen Wilson

Share

Bab 19 : Hari Pertama di Apartemen Wilson

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2025-04-18 21:01:00

Glek...

Juliet menelan ludah.

‘Mimpi apa aku semalam?’ batin Juliet saat melihat Wilson berdiri di hadapannya, di ambang pintu.

Juliet menggelengkan kepalanya. Kenapa dia terpesona? Jelas-jelas dia adalah pria yang sama yang membuat dompetnya menjerit dan hidupnya berantakan akhir-akhir ini. Juliet ingin memutar balik dan kabur, tapi suara Wilson lebih cepat menghentikannya.

“Cepat masuk. Jangan berdiri di sana seperti pengantar paket.”

Juliet mendengus pelan, menyeret langkahnya masuk. Aroma khas sabun mahal dan wangi maskulin langsung menyambutnya, seolah apartemen itu juga ikut mengejek hidup super sederhana yang biasa dia jalani.

Wilson berjalan santai ke ruang tengah, tanpa memperdulikan Juliet yang masih berdiri kikuk di ambang pintu. Pakaian santainya, kaus putih pas badan dan celana jogger abu, terlalu menggoda untuk seorang pria yang dikenal menyeb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 94 : Langkah Tepat

    Hari demi hari berlalu, dan proses pemulihan Wilson pun dilakukan secara intensif di rumahnya sakit. Kondisi fisiknya mulai membaik, meskipun belum sepenuhnya pulih. Namun yang lebih mengganggu dari rasa sakit di tubuhnya adalah kekosongan dalam pikirannya yang sulit dijelaskan melalui kata-kata. Sesekali, kilasan ingatan datang menghampiri, fragmen samar tentang seorang wanita. Ada tawa lembut, ada sentuhan hangat, dan suara yang entah mengapa membuat dadanya bergetar. Tetapi wajah wanita itu selalu kabur, seperti diselimuti kabut yang tidak bisa untuk ia tembus. Semakin Wilson mencoba memusatkan pikirannya, mencoba mengingat siapa wanita itu, kepalanya justru terasa berdenyut hebat, seolah hendak pecah. Rasa sakit itu seringkali memaksanya menyerah, mengalihkan fokusnya pada hal lain. Apalagi, Catherine, Luis, dan Karina selalu berada di sekelilingnya. Mereka tidak henti-hentinya memberikan keyakinan, atau lebih tepatnya, doktrin. Setiap kali Wilson mencoba bertanya tentang

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 93 : Kebohongan Besar Mulai Tercipta

    Hari keberangkatan Juliet dan Thom ke luar negeri pun telah tiba. Suasana pagi itu begitu sunyi, seolah seluruh rumah memahami bahwa penghuninya akan meninggalkannya dalam waktu yang sangat lama. Juliet berdiri di depan jendela, memandangi halaman depan yang basah oleh embun. Hatinya berat, namun tekadnya sudah bulat, demi keselamatan anak-anaknya yang sedang tumbuh dalam kandungan dia akan melakukan apapun yang bisa dilakukannya. Thom muncul dari dalam kamar dengan dua koper besar di tangan. Ia mengenakan jaket tebal dan topi abu-abu yang membuatnya terlihat jauh lebih dewasa dari usianya saat ini. “Kak, mobil jemputan sudah di depan. Kita harus segera berangkat ke bandara,” ucap Thom dengan nada tenang, meskipun ia sendiri menahan kegugupan.“Mobil kakak sudah berhasil dijual, tapi baru dibayar 70% nya, sosialnya akan ditransfer sekitar dua bulan lagi. Tidak perlu khawatir, orang itu bisa dipercayai, kok,” ujar Thom.

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 92 : Wilson yang Begitu Dicintai

    Setelah mendapatkan saran dari dokter di klinik, Thom mengajak Juliet untuk melakukan pemeriksaan lanjutan di Rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara menyeluruh. Meskipun kondisinya masih agak lemah, Juliet berusaha tegar. Ia sadar, kini bukan hanya dirinya sendiri yang harus ia jaga, tetapi juga kehidupan kecil yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya. Sesampainya di sana, mereka disambut dengan ramah oleh seorang perawat yang kemudian mempersilakan Juliet masuk ke ruang pemeriksaan. Sementara itu, Thom menunggu di luar dengan perasaan cemas.Perawat itu juga mengarahkan Juliet untuk masuk, menui dokter yang sudah menunggu. Beberapa saat kemudian, Juliet dipanggil untuk melihat hasil pemeriksaan ultrasonografi. Dengan perasaan gugup, ia mulai menatap layar monitor yang menampilkan citra dari dalam rahimnya. “Silakan lihat di sini, Ibu. Tampak ada dua kantung janin. Saat ini usia kehamilan diperkirakan baru sekitar tiga minggu,” jelas sang bidan dengan nada lembu

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 91 : Kehidupan Baru

    Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Juliet duduk di pojok kamar, memeluk lututnya sendiri. Matanya sembab, napasnya tidak beraturan, dan tubuhnya sesekali bergetar karena isak yang terus keluar meski sudah ia coba tahan. Setiap sudut rumah itu seperti berbicara, menyuarakan kenangan bersama dengan Wilson. Bantal di sofa, secangkir teh favorit Wilson di dapur, bahkan bekas cetakan kakinya di karpet ruang tengah, semuanya menyayat hati Juliet. Setiap benda, setiap aroma, bahkan keheningan pun terasa menyuarakan nama Wilson dengan begitu jelasnya. Juliet bergumam lirih, “Maaf... Aku janji tidak akan meninggalkan mu... Tapi aku tidak punya pilihan lain, Wilson. Aku benar-benar sedih, tapi aku juga tidak punya pilihan lain. Aku benar-benar tersiksa dengan semua ini. Aku tidak merasakan keputusasaan walaupun aku sudah menjalin hubungan dengan pria lain selama dua tahun. Tapi kenapa berpisah denganmu terasa begitu menyakitkan?” T

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 90 : Tawaran Menyebalkan

    Suara langkah tergesa menggema di lorong rumah sakit. Thom datang dengan napas terengah, langsung menoleh ke kanan dan kiri sebelum akhirnya melihat Juliet duduk di kursi tunggu. Di sampingnya masih ada Reiner. Tanpa memedulikan Reiner, Thom segera menghampiri Juliet dengan wajah penuh kecemasan. “Kak! Bagaimana keadaan Kak Wilson?” tanya Thom dengan cepat. Juliet menatap Thom dan berusaha tersenyum meski wajahnya tampak sangat lelah dan menahan pedih. “Wilson… sudah lewat dari masa kritis,” jawabnya pelan. “Dokter bilang kondisinya mulai stabil... tapi aku sudah tidak boleh menemuinya.” Thom mengernyit bingung. “Kenapa tidak boleh? Kau ‘kan istrinya.” Juliet menunduk, suara napasnya berat menahan emosi. Ia mengeluarkan secarik kertas dari dalam tasnya, lalu memberikannya kepada Thom untuk dilihat. “Aku... aku menandatangani surat perjanjian dari ayah dan ibunya Wilson,” katanya dengan pelan. “Isinya... aku harus pergi dari hidup Wilson. Kalau tidak, mereka tidak a

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 89 : Dia yang Berarti Besar

    Juliet berdiri di depan jendela rumah sakit, memandangi langit yang mulai berwarna jingga. Sejak ia menghentikan langkah kakinya sambil menyeka air matanya. Kabar bahwa Wilson akan segera sadar seharusnya membuat hatinya lega, dan memang begitu, sebagian dari dirinya bersyukur. Tapi di sisi lain, ada luka yang diam-diam menganga dengan begitu parahnya. “Wilson, aku harap kau benar-benar akan bisa hidup dengan bahagia. Maaf karena aku tidak bisa menepati janjiku padamu. Aku juga mencintaimu, sangat...” Keputusan untuk pergi bukanlah karena dia ingin menyerah, tapi karena dia tahu keberadaannya tidak lagi punya tempat di hidup Wilson dan ini adalah bayaran untuk keselamatan pria itu. Ia hanya bayangan yang pernah lewat di masa sulit, dan sekarang saat cahaya kembali datang, bayangan itu harus menghilang sepenuhnya. “Selamat datang kembali, Wilson... dan selamat tinggal. Jaga dirimu baik-baik. Walaupun kecil kemungkinan untuk kita bisa bertemu lagi, Aku akan terus mendoakan seg

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 88 : Demi Wilson

    Tuan Luis dan Nyonya Chaterine duduk dengan ekspresi dingin di hadapan Juliet, meletakkan selembar surat perjanjian di meja kecil ruang tunggu rumah sakit tempat Wilson berada saat ini. “Apa yang kau tunggu, hah?” nanya Nyonya Catherine dengan ada bicaranya yang terdengar begitu dingin. “Apa Kau bodoh, hah?! Anakku meregang nyawa karena ulahmu! Bagaimana bisa kau mengulur-ngulur waktu seperti ini terus?” Julia tertunduk. Dokumen itu adalah syarat, bukan permintaan. Jika Juliet ingin mereka membantu menyelamatkan Wilson, maka dia harus menandatangani perjanjian untuk pergi dari kehidupan Wilson selamanya, tanpa pernah kembali, apapun yang terjadi nanti. Juliet menatap kertas itu dengan pandangan kosong. Tangannya mengepal erat, matanya dipenuhi air mata yang tidak sanggup dia bendung lagi. Dadanya sesak, seperti ditimpa beban raksasa yang tidak mampu dia angkat. Surat itu begitu kejam, tapi lebih kejam lagi adalah kenyataan bahwa Wilson kini berada di ujung antara hidup dan mati

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 87 : Langkah Terbaik

    Esok paginya, setelah menyiapkan diri dengan tenang, Wilson mengantar Juliet ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Mereka sudah mendaftarkan nama secara online, sehingga masih ada waktu sebelum giliran mereka tiba nanti. Wilson pun mengajak Juliet untuk sarapan ringan terlebih dahulu di sebuah kedai kecil tidak jauh dari rumah sakit. Setelah memesan makanan, Wilson melihat ada penjual susu hangat favorit Juliet di seberang jalan. Ia pun berkata, “Tunggu sebentar di sini, aku belikan susu hangat kesukaanmu, ya.” Juliet mengangguk sambil tersenyum dan menunggu di pinggir trotoar, menikmati udara pagi yang terasa menyegarkan. Namun, tidak sampai satu menit setelah Wilson menyeberang, sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi dari arah yang berlawanan. Suara mesin meraung keras, membuat beberapa orang yang berada di sekitar mulai menoleh. Juliet yang awalnya tenang, tiba-tiba menyadari bahwa mobil tersebut melaju lurus ke arah tempatnya berdiri.“Hah!” Mat

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 86 : Rasa Mual

    Juliet berbaring di kamar, membungkus tubuhnya dengan selimut agak tipis sambil memeluk bantal kecil. Meskipun obat yang diminumnya mulai membuat tubuhnya terasa lebih ringan, rasa lelah masih belum sepenuhnya hilang. Ia memutuskan untuk tidak memaksakan diri dan memilih banyak beristirahat, seperti yang sudah dia janjikan pada Wilson sebelum pria itu memutuskan pergi untuk survei tempat untuk pertemuannya dengan klien dari luar negeri. Sementara itu, menjelang sore hari, Wilson bersiap-siap untuk pergi melakukan survei tempat yang sudah ia incar sejak beberapa waktu lalu. Tempat itu akan menjadi awal dari kelancaran rencana bisnis barunya, sesuatu yang ia harap bisa menjadi pondasi masa depan yang lebih stabil untuk dirinya dan Juliet. Tujuannya untuk memberikan kehidupan yang layak bagi Juliet masih menjadi prioritasnya. Sebelum berangkat, Wilson sempat menengok ke kamar, memastikan Juliet tertidur dengan nyaman. Ia mendekat, mengecup kening Juliet dengan lembut, lalu berbis

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status