Share

Bab 105

Penulis: Dewiluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-23 00:27:59

“Istirahatlah. Aku mau pulang,” pamit Tania.

Ia sudah memastikan Rafael berbaring nyaman. Rafael sudah makan, juga minum obat.

“Aku sudah meminta Dika mengantarmu. Tunggu ia datang.” Rafael memberikan perintah seperti biasa.

Kali ini, Tania tidak menolak. Ia hanya mengiyakan. Tak lama, Dika tiba.

“Aku akan menjengukmu lagi besok. Selamat tidur.” Tania melambaikan tangan.

Rafael memberikan senyum sampai Tania menghilang dari pandangannya. Di luar apartemen, Dika langsung bertanya tidak sabaran.

“Apa barusan Pak Direktur tersenyum?” Dika terlihat sangat heran.

Pria itu bertanya dengan kedua mata melotot pada Tania. Dika benar-benar ingin dijawab.

“Iya,” sahut Tania kalem. “Memangnya kenapa?”

Dika memicing curiga. Pria itu menilik penampilan Tania dari atas sampai ke bawah.

“Apa saja yang terjadi? Kalian melakukan apa?” Dika tak menutupi rasa ingin tahunya.

Pria itu mencecar Tania dengan banyak pertanyaan. Tania sampai menggeram kesal.

“Aku rasa, aku tidak perlu mengatakan semu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 105

    “Istirahatlah. Aku mau pulang,” pamit Tania. Ia sudah memastikan Rafael berbaring nyaman. Rafael sudah makan, juga minum obat. “Aku sudah meminta Dika mengantarmu. Tunggu ia datang.” Rafael memberikan perintah seperti biasa. Kali ini, Tania tidak menolak. Ia hanya mengiyakan. Tak lama, Dika tiba. “Aku akan menjengukmu lagi besok. Selamat tidur.” Tania melambaikan tangan. Rafael memberikan senyum sampai Tania menghilang dari pandangannya. Di luar apartemen, Dika langsung bertanya tidak sabaran.“Apa barusan Pak Direktur tersenyum?” Dika terlihat sangat heran. Pria itu bertanya dengan kedua mata melotot pada Tania. Dika benar-benar ingin dijawab. “Iya,” sahut Tania kalem. “Memangnya kenapa?”Dika memicing curiga. Pria itu menilik penampilan Tania dari atas sampai ke bawah. “Apa saja yang terjadi? Kalian melakukan apa?” Dika tak menutupi rasa ingin tahunya. Pria itu mencecar Tania dengan banyak pertanyaan. Tania sampai menggeram kesal. “Aku rasa, aku tidak perlu mengatakan semu

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 104

    “Tak masalah,” sahut Tania singkat. Tangannya lanjut bergerak di pinggang Rafael. Satu hentakan dan Tania bisa melihat semuanya. Namun, Rafael menghentikan Tania. “Aku akan tetap memakainya.” Rafael masuk ke dalam bathtub tanpa melepas celana.Pria itu berendam dengan sebelah tangan terangkat. Tania pun mendekat, membantu Rafael.“Mau aku bantu mencuci rambutmu?” Tania membawa botol sampo di tangannya. Ia langsung bergerak tanpa menunggu Rafael menjawab. Biarlah, kali ini Tania akan melakukan semua yang ia inginkan tanpa menunggu persetujuan. Rafael pun tidak bergerak, seolah mengizinkan. Pria itu membiarkan Tania menuangkan sampo sambil memijat kepalanya lembut. “Aku tidak terlalu keras, kan?” Tania memastikan jika ia tidak menyakiti Rafael.Ia juga berhati-hati dengan luka di dahi Rafael. Sebisa mungkin Tania tidak membuat Rafael tak nyaman. “Aku bilas dulu ya, takut kena lukamu.” gumam Tania. Ia segera membilas sampo di kepala Rafael, sebelum busanya menyebar. Rafael tidak

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Ba 103

    “Aku bisa melakukannya sendiri.” Rafael mendahului jawaban Tania. Wajah Tania yang kalut dan bimbang membuat Rafael memutuskan. Pria itu tak ingin Tania serba salah. “Begini saja cukup,” sambung Rafael.Tania terdiam saat Rafael mengancingkan bajunya sendiri. Logika, juga hatinya sedang bertengkar hebat saat ini. ‘Haruskah aku membantunya?’ Tania bergumam dalam hati. ‘Dia sudah bilang tidak perlu!’ Akal sehat Tania ikut menyahut. Andai saja Tania bisa bersikap tak peduli. Namun, ia bukan orang yang seperti itu. Rafael telah menyelamatkan Tania. Tanpa Rafael, mungkin ia sudah tidak bernyawa sekarang. “Aku akan membantumu.” Tania mengajukan diri. “Aku bisa membantumu. Aku tidak masalah dengan itu,” sambungnya kemudian. “Lagipula … kita sudah pernah—”“Tunggu!” Rafael menyela. Pria itu sampai menatap Tania tak percaya. “Apa kamu serius?”Padahal Tania mendengar sendiri jika Rafael tidak mengharapkan apa pun. Kenapa ia malah dengan sukarela maju?“Pikirkan lagi,” tegas Rafael. “A

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 102

    “Kenapa?” Rafael bisa merasakan Tania yang terus menatapnya tajam. “Ada yang ingin kamu tanyakan padaku?” Tania sedang membantu proses administrasi Rafael sebelum keluar rumah sakit. Ia memaksa ingin menemani. “Tidak,” sahut Tania. “Aku cuma sedang ingat pada adikku yang menyebalkan ….”Tuduhan Tyo benar-benar membuat Tania jadi menaruh curiga pada Rafael. Ia sampai jadi memiliki rencana untuk menggeledah apartemen Rafael diam-diam.“Terima kasih. Semoga cepat sembuh!” Setelah perawat memberi izin, Tania pun mendorong kursi roda Rafael ke pintu keluar. Di sana, sudah ada Dika yang menunggu. “Hati-hati, Pak Direktur!” Dika memperingatkan Rafael saat masuk ke mobil.Tania membantu Rafael duduk sebelum mobil mereka bergerak menuju apartemen. Di lobi apartemen, Tania membantu mendorong kursi roda Rafael seperti sebelumnya. Sementara Dika, setia mengekor di belakang, membawa barang-barang.“Pak!” Dika memanggil saat Rafael membuka pintu apartemennya. “Saya lupa kalau ada pekerjaan yan

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 101

    “Bisa tidak kamu katakan padaku sejak kapan kita saling mengenal?” Tania lelah juga karena Rafael terus memancing rasa penasarannya.Rasanya kepala Tania sampai botak. Ia mencoba mengingat, tapi tak ada satu pun yang terlintas. “Ayo makan bersamaku. Akan aku jawab pertanyaanmu nanti.” Rafael mengajukan penawaran. Tania memicing curiga. Namun, rasa penasaran mengalahkan kewaspadaan Tania. “Aku beli makanan dulu,” ucap Tania seraya beranjak. Namun, Rafael mencegahnya. Ia meraih handphone dari atas nakas dan menghubungi Dika dalam satu gerakan jari. “Siapkan makan malam.” Rafael mengakhiri panggilan setelah satu kalimat. Tania memandang Rafael sambil mendengus. Hidup memang akan lebih mudah jika memiliki jabatan.“Ini makanannya, Pak Direktur.” Dika membawakan pesanan Rafael tak lama kemudian. Tania mewakili menerima makanan itu sambil mengucapkan terima kasih. Dika langsung pamit setelahnya. “Kamu makan duluan, baru aku.” Rafael mengajukan syarat. Tania berdecak kesal, tapi tet

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 100

    “Wah, pilihan yang bagus!” Dika berseru senang. Mereka sudah ada di sebuah toko terkenal di dalam mal, dan Tania sudah menentukan apa yang akan ia berikan sebagai hadiah. “Tentu saja bagus,” sahut Tania sinis. Ia mendengus kesal. Tania menghabiskan waktu semalaman hanya untuk memilih hadiah ini. Ia sampai tidur larut karena terus-terusan bimbang. ‘Hadiah seperti apa yang disukai Rafael? Apa ini cocok untuk Rafael?’ Berkali-kali Tania meyakinkan dirinya sendiri sebelum memutuskan. Ia tidak mau sembarangan. “Pak Direktur pasti suka,” sela Dika. Tania tidak menanggapi Dika lagi. Ia sibuk menyelesaikan proses pembayaran. Tania sedang menyodorkan kartunya pada kasir. “Aku akan menangis kalau dia tidak suka,” lirih Tania pelan. Satu hadiah itu menghabiskan lebih dari satu bulan gajinya. Beruntung Tania masih memiliki sisa uang dari tabungan. Jika tidak, ia pasti tak akan mampu bertahan hidup sampai hari gajian di bulan depan. “Terima kasih!” seru kasir sambil tersenyum lebar. Ta

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 99

    “Maaf aku enggak bisa kasih hadiah yang lebih bagus,” lirih Tania. Ia jadi menyesal sekarang. Padahal Rafael memberikannya cincin berlian seharga miliaran, tapi Tania cuma membeli mainan anak-anak yang tak sampai seratus ribu. “Kupaskan buah itu untukku.” Rafael tiba-tiba saja mengalihkan pembicaraan. Sebelah tangannya yang tidak digips menunjuk menuntut. Rafael sudah mengabaikan tabnya. Pria itu sedang meminta perhatian Tania. “Sebentar. Aku cari pisaunya dulu.” Tania berjalan ke pantry. Ia membuka sebuah lemari kecil, tapi hanya menemukan piring dan peralatan makan di sana. Saat Tania hendak keluar untuk bertanya, Dika langsung membantunya. Tak lama, seorang perawat membawakan pisau buah untuk Tania. “Terima kasih,” ucap Tania pada Dika dan perawat yang membantu. Ia segera kembali ke ruang rawat, lalu mencuci apelnya di wastafel. Tania kembali duduk di samping Rafael dan mulai mengupas apel lalu memotongnya kecil-kecil.“Ini.” Tania menyodorkan sepiring apel pada Rafael. Pr

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 98

    Pacar: Asistenku akan mengantarmu.Tania menghela berat. Ia terbangun di pagi hari dengan perhatian Rafael yang membuatnya sesak. Tania terus saja merasa malu pada Rafael. Jari Tania bergerak. Ia berniat untuk menuliskan penolakan, tapi pesan Rafael masuk bahkan sebelum Tania sempat menekan tombol kirim.Pacar: Dia sudah di depan rumahmu. “Aku jadi tidak bisa menolak,” keluh Tania. Ia terpaksa beranjak dari ranjang. Tania bersiap cepat. Ia tak ingin Dika menunggu lama. “Makan dulu, Tania,” panggil Anggi dari ruang makan.Anggi sudah menyiapkan sarapan untuk semua anggota keluarga, tapi baru Tania saja yang siap berangkat. “Aku masih kenyang, Bu,” tolak Tania. Ia sudah tidak berselera makan sejak kemarin. Makanan yang diberikan Dika semalam saja, hanya berhasil Tania makan tiga sendok. “Makan dulu.” Anggi memaksa. “Kamu harus punya tenaga buat kerja.”Tania terpaksa menurut. Ia duduk di kursi dan hanya mengisi piringnya dengan setengah porsi biasa. “Nanti, kamu mau menjenguk te

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 97

    “Jadi dia sengaja nabrak aku?” Suara Tania bergetar. Ia tidak tahu sudah separah apa kebencian Gilang padanya. Apa yang membuat pria itu sampai ingin menghilangkan nyawa Tania. “Padahal dia pernah menjadi orang yang paling aku sayangi.” Tania tak bisa menutupi rasa kecewanya. Masa lalu tentang hubungan mereka terkadang membuat Tania sakit. Ia sudah tak ada rasa, tapi perihnya masih tersisa. “Kamu hampir mati,” sinis Rafael.Dingin suara Rafael menyadarkan Tania jika ia sudah melakukan kesalahan. Kesalahan Tania yang paling fatal: masih peduli pada Gilang. “Maaf, aku sudah membuatmu terluka.” Tania menyesali lagi kebodohannya.Rafael menghela keras. “Bukan salahmu!” Tania hanya bisa menunduk dalam. Ia terlalu malu untuk berucap lebih banyak. Ruang rawat itu hening, sampai seseorang mengetuk pintunya.“Pak Direktur!” Dika masuk setelah Tania membuka pintu.Keringat bercucuran dari dahi sang asisten. Sepertinya, Dika langsung berlari saat Rafael mengabarinya. “Bagaimana keadaan Pa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status