Share

Bab 123

Author: Dewiluna
last update Huling Na-update: 2025-06-04 16:15:00

“Aku yang akan menyelesaikan semuanya,” sahut Rafael datar.

Meski hanya lewat telepon, Tania bisa merasakan dingin suara Rafael. Pria itu memberikan perintah yang tak mungkin dibantah.

“Jangan lakukan apa pun.” Rafael mengakhiri panggilan sepihak.

Tania menarik napas dalam. Ia menyimpan kembali handphone miliknya.

Tatapan Tania tertuju keluar jendela. Di sudut kursi bus, ia meratap sendirian. Air matanya meleleh tanpa bisa ia tahan.

‘Menyebalkan!’

Tania mengabaikan tatapan orang-orang yang tertuju padanya. Beberapa orang berbisik saat ia menangis. Bahkan seorang wanita hampir mendekat, menawarkan tisu padanya.

Namun, Tania tak menginginkan itu. Ia hanya menginginkan waktu sendiri.

Tania menyetop bus. Ia langsung turun saat bus berhenti. Tania tahu jika tujuannya masih jauh, tapi ia tak keberatan.

“Aku enggak peduli lagi!” Tania menghentakkan kak
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 124

    “Ngelantur, anak ini!” Anggi menepuk lengan Tania kesal.Tania sampai mengaduh. Ia menoleh mendapati Anggi yang sedang melotot padanya. “Telepon kantormu! Pakai handphone Ibu!” Anggi berjalan keluar kamar, lalu kembali dengan handphone di tangannya. “Cepat!” Anggi menarik piring di tangan Tania. Ia menukarnya dengan handphone. “Ayo!” seru Anggi sekali lagi.Anggi tidak beranjak sampai Tania menghubungi Grand Velora. Berat hati, Tania mengabari HRD, meminta izin sakit. ‘Padahal aku ingin keluar!’ rutuk Tania dalam hati. Tania mengembalikan handphone milik Anggi. Ia pikir Anggi akan langsung pergi, tapi ibunya tetap diam di dalam kamar. Anggi malah mengambil tempat duduk di samping Tania. Tangannya memegang sendok. Anggi menyuapi Tania paksa. “Udah, Bu!” Tania merasa mual.Ia susah payah menelan. Perutnya seperti teraduk. Tania menggeleng, melarang Anggi untuk menyuapinya lagi.“Ya sudah. Minum obatnya, terus istirahat!” Anggi mengalah. Tania meminum obatnya diawasi Anggi. Setel

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 123

    “Aku yang akan menyelesaikan semuanya,” sahut Rafael datar. Meski hanya lewat telepon, Tania bisa merasakan dingin suara Rafael. Pria itu memberikan perintah yang tak mungkin dibantah. “Jangan lakukan apa pun.” Rafael mengakhiri panggilan sepihak. Tania menarik napas dalam. Ia menyimpan kembali handphone miliknya. Tatapan Tania tertuju keluar jendela. Di sudut kursi bus, ia meratap sendirian. Air matanya meleleh tanpa bisa ia tahan. ‘Menyebalkan!’ Tania mengabaikan tatapan orang-orang yang tertuju padanya. Beberapa orang berbisik saat ia menangis. Bahkan seorang wanita hampir mendekat, menawarkan tisu padanya. Namun, Tania tak menginginkan itu. Ia hanya menginginkan waktu sendiri. Tania menyetop bus. Ia langsung turun saat bus berhenti. Tania tahu jika tujuannya masih jauh, tapi ia tak keberatan. “Aku enggak peduli lagi!” Tania menghentakkan kak

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 122

    “Maaf, saya jadi ikut bergabung.” ucap Rachel sambil berdiri, menyapa Tania. Tania menggeleng sungkan. Ia mempersilakan Rachel duduk kembali. Ada satu kursi kosong yang tersisa di meja itu. Tania segera duduk disana. “Saya … tidak tahu kalau Bu Rachel juga datang,” lirih Tania pelan. Rasa bersalah Tania semakin lama semakin menumpuk tinggi. Ia sampai tidak sanggup menanggungnya. “Maafkan saya untuk semua yang terjadi pada Bu Rachel!” Tania meminta maaf tanpa ragu. Rachel pastinya juga disingkirkan karena Tania. Julian tidak bermain-main dengan ucapannya. “Tidak apa-apa, Tania.” Rachel menyahut lembut. “Saya sengaja meminta Lia dan Keisha untuk ikut. Saya ingin bertemu denganmu. Nico sudah mengatakan semuanya pada saya.” ungkap Rachel. Rachel menceritakan bagaimana Nico mengabarinya tentang pembicaraan mereka. Ia jadi merasa harus bicara langsun

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 121

    “Tania, kamu sakit?” Anggi khawatir melihat wajah Tania yang kuyu. Tania tidak bisa menyembunyikan lingkar hitam di bawah matanya. Ia terus memikirkan tentang apa yang terjadi di Grand Velora. Beberapa hari berlalu dan Tania semakin tidak tenang. Peringatan dari Nico membuat Tania jadi semakin cemas. Rafael juga tidak menjelaskan apa pun. Tania jadi membenci dirinya sendiri. Ia harusnya tidak lemah begini. “Sarapan dulu,” ajak Anggi. Tania terpaksa duduk karena Anggi menyeretnya ke ruang makan. Di meja, sudah ada Agus, ayah Tania.“Kamu mau kerja?” Agus sampai bertanya. Tania ditatap dengan pandangan khawatir oleh kedua orang tuanya. Ia langsung berpura-pura baik.“Iya, Ayah. Aku cuma enggak bisa tidur semalam,” ujar Tania. Takut ditanya lebih banyak, Tania jadi menghabiskan sarapannya cepat. Ia beralasan takut terlambat jadi pamit berangkat lebih awal.Di Grand Velora, Tania menjauhi Fe

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 120

    “Pak, jangan halangi saya. Saya mau mencari Pak Julian,” ujar Tania. Ia tidak bisa diam saja saat Romi mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Romi harusnya tetap di Grand Velora.“Tania, bukankah saya sudah mengatakannya padamu?” Nada bicara Romi naik, menunjukkan jika pria itu benar-benar kesal.“Jangan melakukan apa pun!” tegas Romi. Namun, Tania menggeleng. Ia tidak mau menerima saran dari Romi. “Tapi Bapak jadi—”Romi menyela kalimat Tania. Kali ini pria itu yang menggeleng. “Kalau kamu tidak diam, akan lebih banyak lagi masalah yang muncul, Tania!” seru Romi.Kali ini, Romi memberikan Tania tatapan tajam. Romi benar-benar tak ingin dibantah. “Aku tidak bisa!” Tania memekik putus asa. “Aku tidak bisa diam saja!” Tania menghentakkan kaki frustasi. Semua ini tidak adil baginya. “Dengarkan saya!” Romi menarik napas dalam. Pria itu mencoba berpikir logis di saat Tania

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 119

    “Bu Rachel?” Tania terkejut sesaat. Meski begitu, ia tetap menunduk sopan lalu menyapa. Rachel langsung mengambil tempat di depan Tania. “Tidak bersama Lia dan Keisha?” tanya Rachel, ramah. Tania hanya menggeleng. Ia sengaja tidak mengabari Lia dan Keisha. Tania ingin menghindari semua orang. Ia benar-benar bermaksud melakukannya, tanpa kecuali.“Saya masih kenyang. Ini cuma mampir buat minum aja, Bu.” sahut Tania. Rachel mengangguk pelan. Manajer lama Tania itu terdiam sambil menilik penampilan Tania. “Kamu enggak lagi sakit, kan?” tanya Rachel. Tania refleks memegang pipinya. Saat sadar, ia langsung menjauhkan tangannya. Tania tak mau membuat Rachel curiga. “Enggak, Bu,” jawab Tania. Ia melihat Rachel yang mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah cokelat.Tania menghela napas. “Apa ini dari Pak Direktur, Bu Rachel?” tuduhnya.Rachel mengangguk ragu. Manajer di depan Tania it

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status