Share

Bab 2

Author: Stary Dream
last update Last Updated: 2025-03-31 22:45:26

Ponsel Amar terus berdering dari tadi. 

Amar yang sedang gundah menolak panggilan itu. Sampai akhirnya ponsel itu kembali bergetar tapi tak sehebat tadi.

Sebuah notif muncul di jendela ponselnya.

'Kamu kemana sih sayang?'

'Ngomong-ngomong tadi aku menghubungi pengacaramu.. selamat ya.. kamu sudah resmi bercerai..'

'Aku sudah tidak sabar lagi menanti hari pernikahan kita!!'

Pesan berantai itu masuk ke ponsel Amar. Amar hanya membacanya dari jendela ponsel, sudah pasti pengirimnya dari Ditha.

Wanita yang sudah menjalani hubungan kurang lebih tiga bulan dengannya. Amar mengatakan kepada Raina bahwa Ditha itu kekasihnya. 

Sebenarnya tujuan Amar mengencani Ditha hanya untuk melihat reaksi Raina saja. Tidak lebih.

Tapi karena Ditha memang terobsesi kepadanya semenjak lama, mau tak mau Amar menyambut gayung cinta darinya. 

Walaupun hatinya ragu apakah dia benar-benar mencintai Ditha.. atau wanita itu hanya dijadikan pelariannya saja.

Amar kembali gusar. Pikirannya kembali kepada Raina.

Amar memandang tempat tidur dimana dia mengambil haknya dengan kasar semalam. Masih terdapat noda bercak merah di seprai kasur berwarna putih.

Seketika Amar merasa hatinya menjadi pedih. Tangisan Raina semalam begitu lirih. Harga dirinya sudah pastikan tercobak cabik karena perlakuan Amar.

"Dia masih perawan..," gumam Amar.

"Apa mungkin selama ini aku hanya salam paham.. dia tidak berselingkuh dengan lelaki lain.."

Amar masih ingat betul kejadian semalam. Dia memang belum pernah melakukan hubungan dengan wanita lain, tapi dia yakin Raina masih perawan.

Dia merasa sedikit menyesal telah memperlakukan Raina dengan kasar, oleh karena itu dia melembutkan sentuhan yang ia berikan saat mengetahui Raina yang memang belum pernah terjamah sama sekali.

Setelah selesai, Raina membalikan tubuhnya. Menangis terisak.

Amar lalu menyelimuti tubuh istrinya itu dengan selimut.

Beberapa kali tangannya mengambang di udara untuk memberikan sentuhan menenangkan. 

Bahu Raina naik turun, isakannya makin hebat disembunyikannya di dalam bantal.

Amar hanya bisa menatap punggung wanita itu dengan sedih.

Tubuhnya penuh memar karena perbuatan Amar, tangan dan pahanya apalagi. 

Selama pernikahan, Amar tak pernah bersikap baik padanya. Raina selalu disiksanya lahir dan bathin. Tidak mendapatkan hak nya sebagai seorang istri. Diperlakukan tak lebih seperti budak.

Semalaman Amar menatap punggung Raina dari belakang sampai menjelang subuh wanita itu akhirnya tak lagi bersuara. Sepertinya dia sudah tertidur.

Setelah tak mendengar lagi suara tangisan barulah Amar memejamkan matanya. Ikut larut dalam mimpinya. Dan ketika ia membuka matanya, Raina sudah tak ada lagi di sisinya. Dia benar-benar pergi sesuai perintah Amar.

Pergi menjauh dan menghilang selama-lamanya.

***

Flashback..

Ranti dan Erina berteman dengan baik dari kecil hingga dewasa. Sampai akhirnya mereka menikah dengan pasangan masing-masing.

Ranti yang dikaruniai anak perempuan bernama Raina dan Erina yang memiliki anak laki-laki bernama Amar dengan usia 2 tahun lebih tua.

Raina dan Amar kecil memang sudah dekat, apalagi kedua ibunya bersahabat.

Namun malang nasib Ranti, ia harus kehilangan suaminya di usia anaknya yang masih kecil. Memaksanya untuk bekerja keras dan hidup mandiri padahal ia tak memiliki keahlian apapun kecuali memasak.

Dia pontang panting bekerja berjualan sarapan pagi dekat rumahnya. Hal itu terus dilakukannya sampai Raina remaja.

Raina yang terbiasa membantu ibunya sedari kecil, mewarisi kepandaian memasak ibunya.

Bahkan dia tak malu untuk ikut berjualan bersama ibunya. Atau menitipkan gorengan ke kantin tempat dia sekolah.

Berbanding terbalik dengan kehidupan Ranti dan Raina.

Erina sangat bahagia dengan kehidupan rumah tangganya. Erina, wanita yang berpendidikan tinggi memiliki suami yang selalu mencukupi kebutuhannya. Apalagi hidupnya terasa sempurna karena memiliki anak lelaki yang setampan dan juga secerdas Amar.

Namun perbedaan itu tak membuat Erina dan Ranti berjauhan. Keduanya sangat akrab. Erina juga sering membantu mempromosikan dagangan Ranti.

Tak hanya kedua ibunya, Amar dan Raina juga sama dekatnya. Saat mereka satu sekolah di SMA, Amar yang merupakan kakak tingkat Raina sangat perhatian padanya.

Ia sering membantu Raina menjajakan dagangannya di sekolah.

Amar juga sering meminjamkan buku dan catatan sekolahnya kepada Raina. Alasannya supaya Raina tak perlu membeli lagi ketika naik tingkat nanti.

Hubungan mereka juga masih berlanjut saat mereka sama-sama menamatkan sekolah.

Amar masuk ke universitas negeri dan berkuliah di jurusan bisnis. Sedangkan Raina memilih tidak kuliah karena keterbatasan biaya. Dia akhirnya bekerja sebagai karyawan di salah satu toko bunga di kota itu.

Namun sayang, Raina harus menerima kenyataan pahit. Ibu yang disayanginya harus meninggal tak lama ia lulus dari SMA karena sakit kanker otak.

Tapi, sebelumnya Ranti sempat bertitip pesan kepada Erina untuk menjaga putri semata wayangnya jika ajal nanti sudah menjemputnya.

Setelah Ranti meninggal, Raina tinggal sendiri di rumah kecilnya. Erina seringkali mengajak gadis itu untuk tinggal bersamanya, tapi Raina selalu menolaknya secara halus. Ia takut merepotkan.

Hari demi hari berlalu, Raina tumbuh menjadi gadis yang semakin mandiri. Berparas cantik dengan kelembutan hati yang luar biasa.

Wajahnya yang oval, bibir kecil dengan hidung mancung yang tinggi. Membuat lelaki ingin selalu mencoba peruntungan dengan gadis yang selalu berhijab itu.

Tapi sayangnya tak pernah berhasil. Karena Amar selalu berada di samping Raina.

Setelah berhasil menamatkan kuliahnya, Amar memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya. Bahwa selama ini lelaki itu sebenarnya menyukai Raina. Bahkan Raina adalah cinta pertamanya.

Memang betul, karena Amar tak pernah dekat dengan wanita kecuali Raina. 

Bak gayung bersambut, Raina menerima ungkapan hati Amar. Dia juga harus jujur mengatakan bahwa dia menyukai lelaki itu.

Amar yang tampan dengan kesempurnaan yang ia miliki. Tubuh tinggi dan atletis, memiliki rahang tegas dengan hidung mancung yang tinggi. Tak lupa dihiasi dengan mata yang coklat serta alis tebal yang terlukis indah.

Tapi bukan itu yang membuat Raina jatuh hati. Dia menyukai kepribadian Amar yang hangat, lembut dan santun. Amar juga terkenal sangat religius.

Setelah saling menautkan hati dalam satu hubungan. Amar mencoba melangkah ke jenjang yang lebih serius. Apalagi kedua orangtuanya juga sangat menyetujui hubungan Amar dan Raina.

Hingga akhirnya setelah tiga tahun berpacaran, Amar melamar Raina. Menginginkan gadis cantik itu untuk menjadi istrinya. Tepat di saat ia berusia 25 tahun dan Raina 23 tahun. Usia yang cukup matang untuk menikah.

Segala persiapan sudah dilakukan. Dua minggu lagi hari pernikahan mereka..

Tapi malapetaka terjadi..

Amar melihat wanita yang ia cintai itu diam-diam pergi ke sebuah hotel bersama seorang pria.

Pria yang mungkin usianya tertaut 10 tahun lebih tua darinya. Berbadan tegap dan memakai jaket kulit hitam.

Keduanya tampak mengobrol intens di loby hotel.

Amar yang jeli terus mengikuti calon istrinya itu. Sampai akhirnya ia dibuat syok karena sesuatu.

Pria itu mengajak Raina masuk ke sebuah kamar hotel dan menghabiskan waktu cukup lama disana.

Amar menunggu Raina dengan hati yang hancur..

Ternyata gadis polosnya ini tak sepolos kelakuannya..

Semuanya palsu!

Raina telah berselingkuh dibelakangnya!

#bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 73

    Sudah tiga hari Galih tidak mendapat kabar dari gadis kecil itu. Masuk sekolah saja tidak. Menurut kabar, Amara masuk rumah sakit karena maagnya kambuh. Walau sebenarnya berita itu setengah benar setengah bohong.Amara benar sakit tapi bukan karena maagnya.Galih jadi gelisah. Apa mungkin Amara tidak meminum obat yang diberikan dokter itu? Sampai dia malah sakitnya yang lain."Sudah diminum tapi nggak keluar apa-apa."Galih berdecak membaca balasan pesan dari Amara. Apa jangan-jangan dokter itu salah memberikan resep."Nanti kita ke klinik itu lagi aja. Mungkin dia kekecilan ngasih dosis obat."Galih masih tetap pada pendiriannya. Kandungan Amara harus digugurkan. Apa kata dunia kalau mereka sampai tahu skandal yang dibuat Galih dan Amara? Galih baru mau merintis karirnya. Tidak mau dia menikah dini. Belum siap!Sementara tangan Amara masih bergetar setelah membalas pesan dari Galih. Ditambah lelaki paruh baya ini menatapnya dengan tajam."Sudah? Apa katanya?" Amar menatap tajam."Di

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 72

    Tepat pukul 2 malam, Amara dilarikan ke rumah sakit akibat perdarahan yang ia alami. Pas sekali saat gadis itu keluar dan meminta pertolongan ada Sierra yang menangkap tubuhnya yang nyaris pingsan. Hingga akhirnya terbaringlah Amara di ranjang rumah sakit."Bapak dan Ibu orangtuanya?" Tanya seorang perawat kepada Raina dan Amar yang masih melihat Amara melakukan pemeriksaan."Ya. Kami orangtuanya." Jawab Raina."Ikut kami sebentar."Keduanya lalu mengikuti petugas medis dan bertemu dengan dokter yang tadi sudah memeriksa Amara."Bagaimana kondisi anak saya dok?" Tanya Amar."Anak bapak.. mengalami keguguran." Dokter pria itu mengatakan dengan nada yang berat."Apa???" Raina dan Amar sungguh terkejut.Raina sampai menutup mulutnya."Berdasarkan hasil pemeriksaan, Nona mengalami perdarahan akibat mengonsumsi obat peluruh kandungan. Untuk pastinya kami akan melakukan pemeriksaan USG." Jelas dokter tersebut.Amar menyetujui. Mungkin saja hasil pemeriksaan dokter yang sepertinya umurnya ma

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 71

    Rasa penasaran ini harus dituntaskan, begitu kata Amara. Dia membeli alat tes kehamilan di minimarket dekat rumah. Lengkap menggunakan hoodie yang menutupi kepalanya dan juga maskee yang menutupi wajahnya. Itu sebab Amara takut jika wajahnya sampai diketahui, apalagi dia membeli alat tes kehamilan.Setelah membeli, Amara pulang ke rumah dan masuk lewat pintu samping sambil mengendap-ngendap.Pintu samping yang menjadi penghubung antara garasi dan ruang tengah. Tepat sekali kamar Amara berada di sisinya.Baru saja ingin membuka pintu, tubuh Amara terdorong ke belakang."Aduh!" Amara jatuh terdorong. Belanjannya terlepas dan berserakan."Mbak Amara!!" Seru Sierrra.Sierra tak menyangka jika ada orang yang dibalik pintu. Dia langsung mendorong handle saja tadi."Mbak gapapa?"Sierra segera membantu Amara yang terjatuh dan membereskan belanjaan yang keluar dari plastik."Apa ini?" Tanya

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 70

    "Kamu merasa sikap Amara berubah?" Tanya Raina memandang suaminya lekat malam ini."Berubah bagaimana?""Lebih pendiam. Kelihatan tidak bersemangat." Ucap Raina.Amar tampak berpikir. Dia juga merasakan perubahan sikap anaknya."Sepertinya ada yg dia sembunyikan." Sambung Raina.Amar mengerti. Raina selalu punya feeling yang tajam pada anak-anaknya."Ada apa sebenarnya?"Mendengar pertanyaan Amar. Mau tak mau, Raina menjelaskan semua kecurigaannya. Di mulai dari kebohongan Amara saat dia mengatakan pergi bersama Anita. Lalu di pulang dalam keadaan hujan deras pada hari itu."Maksudmu dia punya pacar?" Tanya Amar curiga.Raina hanya mengedikkan bahu. "Mungkin cuma firasatku saja.""Aku akan bicara padanya."Amar bangkit dari posisinya."Jangan terlalu keras." Raina mengingatkan.Amar ini begitu lembut kepada anak-anaknya. Tapi sekalinya marah sungguh menyeramkan. Dan Raina pernah merasakannya dulu.Amar yang mencoba menegur anaknya menghentikan niatnya ketika lampu kamar Amara sudah ma

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 69

    "Amara sudah pulang?" Tanya Erina.Dari tadi oma Amara memperhatikan Raina yang terus mondar mandir di ruang tamu.Raina menggeleng. "Belum, ma.""Sudah kamu hubungi?" Nah, sekarang Erina ikut cemas."Sudah tapi gak diangkat. Kayaknya kejebak hujan." Ucap Raina cemas."Duh, anak ini!""Apa Raina susul aja, ya? Katanya dia pergi sama Anita beli kado. Mungkin mereka kehujanan di jalan."Erina mengangguk setuju. Ia pun sama khawatirnya."Ya pergilah. Hati-hati menyetirnya. Jalanan licin."Raina pergi ke kamarnya untuk mengambil kunci mobil tapi Erina keburu memanggilnya."Amara sudah pulang!"Sontak Raina berlari lagi ke ruang tamu dan mendapati Amara sedang melepas jas hujannya."Mama baru aja mau cari kamu.." Raina lega karena anak sulungnya sudah pulang."Sama siapa pulangnya, nak?" Tanya Raina."Sama temen.""Kamu nerabas hujan?" Dahi Erina mengernyit. "Iya. Tadi Anita bawa motor.""Nekat sekali kalian ini!" Erina mulai mengomel."Ya sudah. Kamu masuk dan mandi dulu. Nanti masuk ang

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 68

    Raina meletakan satu nampan berisi dua porsi nasi dan ayam goreng lengkap dengan cola dan kentang goreng. Tak lupa eskrim coklat dengan taburan kacang sebagai makanan penutup untuk Sierra."Ma.." "Ya, sayang?"Sierra terlihat ragu. Perlukah dia mengatakan apa yang ia lihat tadi."Ada apa?" Tanya Raina tahu jika anaknya ingin mengatakan sesuatu."Nggak apa-apa." Jawab Sierra. Remaja ini mengambil makanannya. "Cuma sedih karena mbak Amara gak ikut kita makan siang disini."Mendengar itu Raina jadi tersenyum. "Mbakmu lagi sibuk persiapan olimpiade, sayang. Jangan kecil hati."Sierra hanya mengangguk.Raina mengambil ponselnya. Dia jadi ingat tentang Amara yang tak jadi ia jemput. Raina menelpon Amara. Pada panggilan kedua barulah terdengar suara di sebrang sana."Sudah dimana? Sudah sampai rumah?" Tanya Raina langsung. Dia tahu karena Amara tadi bilang pulang dengan ojek online."Lagi di jalan, ma."Terdengar suara bising juga klakson."Hati-hati, sayang.. sampai ketemu di rumah.""Iy

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status