Seorang pria duduk dan menunggu, di hadapannya ada dua gelas minuman. Menatap sekitar, lalu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku, dan menuangkan ke dalam gelas. Yogi punya rencana busuk. Ingin mendapatkan gadis yang sudah selama tiga minggu ini ia incar. Ya, tiga minggu kalian tidak salah membaca.
Yogi Finanda seorang pemilik perusahaan yang bergerak dibidang kecantikan juga perusahaan ekspedisi. Di usianya yang menjelang tiga puluhan ia akhirnya menemukan seorang wanita yang ingin ia taklukan. Hanya saja Yogi malas menjalani pendekatan terlalu lama. Buang-buang waktu, jadi hari ini ia punya ide untuk membuat Clarissa Atharazka merasakan malam panas bersamanya. Ditengah perasaan gugup, Yogi sudah meneguk banyak alkohol. Kadar toleransinya pada alkohol tinggi sehingga ia merasa tak masalah jika minum lagi dan lagi. Sambil menunggu Clarissa yang tadi tengah ke toilet. Sayangnya, niatnya akan gagal. Karena gadis itu melihat apa yang dilakukan Yogi saat ia akan masuk ke ruangan, ia melihat pria itu tengah menuangkan sesuatu ke gelasnya. Clarissa menunggu di luar ruangan, sambil mengintip dan ia kemudian Yogi tergeletak di sofa karena terlalu mabuk. Gadis berparas cantik itu baru saja akan pergi sebelum akhirnya kembali lagi. Ia mengambil gelas minuman tersebut dengan mengendap. Dan Yogi tengah hilang kesadaran. Setelahnya segera berjalan ke luar ruangan. Bertemu dengan Pras dan ia meletakkan gelas itu di nampan kosong yang dibawa Prasll. "Apa ada yang salah dari minumannya Bu?" tanya Pras karena heran melihat minuman pada gelas yang masih utuh. "Ah, enggak saya mau buru-buru aja. Terima kasih."Clarissa kemudian berjalan meninggalkan tempat itu. Ia sengaja membawa gelas itu ke luar ruangan karena takut akan ada korban yang lain. Dan kemudian bisa ditebak apa yang terjadi. Rei meneguk minuman itu dan membuatnya harus menuntaskan hasratnya yang bahkan belum benar-benar tuntas. Entah berapa banyak obat yang dituangkan Yogi ke dalam minuman itu. Yogi meneguk lagi minuman miliknya langsung dari botol ketika selesai mencium wanita di hadapannya. Bukannya merasa semakin segar, tatapannya malah semakin buram. "Clar, kamu gendutan enggak sih?" tanyanya sambil menggoyangkan kepalanya beberapa kali. Tak ada jawaban, tiba-tiba saja ia mendapat serangan. Keduanya saling menawarkan diri untuk ke hotel terdekat. Sama-sama tak mengetahui kalau mereka salah orang. "Ayo ke hotel," ajak Rei yang sudah sama-sama pusing akibat minum sambil memainkan benda yang lama tak ia temui. Dan dengan susah payah dibantu oleh pelayan di club dan sopir Yogi, keduanya sampai di hotel yang berada di sebelah klub. Kedua masuk ke dalam kamar, dan setelah pintu tertutup. Yogi dan Rei bak pasangan yang kesetanan. Saling peluk, kecup, cium dan lumat sambil saling berusaha melepaskan. Yogi mematikan lampu utama dan menyisakan remang lampu di samping tempat tidur. Rei terdesak ke tembok saat Yogi menciumnya dengan buas. Rasanya benar-benar membuat Yogi menjadi gila. Terlihat sekali kalau wanitanya itu sudah mahir dalam menyenangkan prianya. Lalu setiap pergerakan Rei semakin membabi buta. Hening kamar tadi terganti suara mereka berdua. Rei hilang kesadaran sejenak saat kembali klimaks. Sementara Yogi masih belum tuntas dan masih bergerak sesukanya. Menyenangkan sekali untuk Yogi membayangkan wanita yang ia sukai akan menjadi miliknya sebentar lagi. Keduanya saling peluk, dan pria itu kembali menghisap. Terdiam setelah merasa ada sesuatu menghilangkan dahaganya. Yogi Ingin bertanya karena curiga, tapi ia terlalu lelah dan mengantuk untuk itu. Kini menikmati saja menghisap sambil terlelap layaknya bayi besar yang akan tertidur. **** Pagi hari pria itu terbangun, lalu menatap wajah di hadapannya. Tunggu itu bukan Clarissa, Yogi memejamkan matanya lagi. Kemudian membuka matanya lagi dan memerhatikan sekali lagi wanita yang kini terlelap sampingnya. Yogi syok, ia terkejut kemudian dengan refleks melonjak ke belakang dan terjatuh di lantai dengan tubuh tanpa pakaian. "Tunggu tunggu tunggu. Apa ini?! Semalam sama Clarissa kan?" Pria itu duduk di lantai dalam keadaan bugil sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sakit. Yogi masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. pria itu kembali memejamkan mata dan mengusap-usap matanya. Siapa tahu setelah melakukan itu, ia bisa melihat Clarissa yang tengah terbaring di ranjang. Setelah membuka matanya lagi Ia hanya melihat seorang wanita gemuk yang tengah terlelap. Yogi berdiri, bergerak ke sana kemari seraya memegangi kepalanya. Kemudian mengambil handuk dan melilitkan ke pinggang. "Shit! Siapa dia?" Pria itu bertanya-tanya kemudian melangkahkan kaki, melihat sekeliling mencari sesuatu sebagai sebuah petunjuk. Ia melihat tas milik Rei kemudian membukanya tanpa izin dan mencari kartu nama wanita itu. "Rei? Ya Tuhan si-siapa dia? Semalam pakai pengaman kan?" Yogi menatap ke arah tubuh yang tak terbungkus apapun. "Wait, wait tempat sampah." Kemudian ia berjalan ke tempat sampah dan menemukan tempat sampah yang kosong. Ia juga berjalan mengitari kasur mencari. Siapa tahu saja dirinya membuang pengaman sembarangan. Dan tentu saja tak ada benda yang dicarinya.Ia sesekali menggeleng dan mendesah menyesali apa yang ia lakukan semalam. Seharusnya ia berhasil berkencan dengan gadis yang ia incar. Malah menghabiskan waktu bersama dengan wanita gemuk yang sama sekali tak ia kenal.Ya, Yogi mengincar Clarissa sejak lama, Gadis itu adalah salah satu anak dari rekan bisnisnya.
Malam tadi mereka berdua bersama dan Yogi tak tahu kalau Clarissa keluar lebih dulu untuk pulang.
Biasanya dia selalu menggunakan pengaman, tapi malam tadi sengaja tak ingin memakainya karena Ia berpikir kalau itu adalah Clarissa.
Siapa tahu kalau sudah tidur bersama, wanita itu tak akan menolaknya lagi.
Tapi, ia justru salah orang!
Belum lagi, punggungnya sakit karena semalam banyak melakukan kegiatan ranjang dengan berbagai posisi."Ck!"
Yogi memilih untuk memunguti, pakaiannya. Lalu berjalan ke kamar mandi untuk sekadar mencuci wajah. Tak lama, pria itu memutuskan untuk mengambil Pena Dan kertas yang terletak di atas bufet. Menuliskan pesan kepada Rei. Untuk bertanggung jawab siapa tahu wanita itu ingin menggugurkan kandungannya. '083333345 itu nomer ponselku. Siapa tau kamu butuh uang untuk mengugurkan kandungan itu nanti. (Jika kamu hamil tentu saja.) Yogi Finanda'Yogi kini duduk di meja makan bersama Rei dan juga Bebe. Masakan Rei sudah siap sejak tadi, dan kini waktunya mereka menikmati makan siang. Ketiganya benar-benar terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia."Tadi Bebe makan batagor ya?" Yogi bertanya kepada calon putri kecilnya.Bebe menganggukan kepalanya dengan sumringah. dia tersenyum ke arah Yogi. "Iya Papi, tadi Om Tedi beliin aku batagor. Enak banget sama ayam goreng loh."Yogi melirik cemburu ke arah Rei. Melihat itu sang kekasih hanya tertawa terkekeh melihat Yogi yang cemburu."Harusnya tadi pagi Papi ke sini biar kebagian batagor juga."Bebe menganggukan kepalanya setuju. "Gimana kalau besok Papi ke sini? Kita ke taman seperti mami pagi tadi? Ya?* Anak itu begitu bersemangat mengajak Yogi.Baru saja hal itu membuat Yogi senang, dengan segera menganggukkan kepalanya setuju. tentu saja ia akan memastikan kalau besok pagi akan datang ke sini. "Oke, kalau gitu Papi besok pagi ke sini ya? Jadi besok sebelum berangkat sekolah ki
Deff dan Clarissa kini berada di kafe tempat di mana mereka biasa bertemu. Clarissa terlihat antusias, ia bahkan datang tanpa merias wajahnya dan tentu saja Clarissa tetap cantik paripurna. "Ayo buruan cerita. Jangan sia- siakan waktu gue pagi ini karena udah datang ke sini." Clarissa mendesak pada Deff yang masih sibuk meneguk secangkir kopi yang ia pesan. Deff meletakkan kembali cangkirnya, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Clarissa. "Lo tau kan kalau gue itu kerjasama mantan istri gue?" tanya Deff dijawab anggukan kepala oleh Clarissa. "Iya gue tau. Terus terus?" "Kemarin di pemotretan hari terakhir, dia datang bawa Bebe.""HAH?!!" Deff anggukan kepala. "Gue cemburu banget liat Bebe sibuk sama Yogi. Mereka bertiga keliatan banget kayak keluarga. ada rasa enggak terima ngeliat mereka keliatan bahagia sama-sama.""Iya, lo sayang sama Bebe?" tanya Clarissa."Dia itu gue banget, semua tentang Bebe sebagian besar itu duplikasi gue. Sampai gue pulang, itu gue ngerasa kangen bange
Yogi pagi ini masih berada di rumah. Bangun kesiangan karena kelelahan beberapa hari ini. Tubuhnya juga sedikit demam dan flu, jadi ia memilih beristirahat. Setelah bangun dan membersihkan badan, Dia kembali menuju tempat tidur. Mendudukkan bokongnya di sana dan memutuskan untuk segera menghubungi Rei karena kangen. Tak lama sampai akhirnya panggilan diterima."Ya mas?" sapa Rei dari balik telepon. "Kamu lagi ngapain? Udah sarapan atau belum? Bebe udah bangun belum?" Yogi bertanya bertubi-tubi dan itu membuat Rei tertawa dari balik telepon."Kamu tuh, kalau tanya satu-satu gitu loh. ""Iya, aku kan sekalian nanyanya sayang.""Aku tadi udah sarapan. Mas, ternyata di dekat sini itu ada taman, dari taman itu banyak banget tukang jualan. Tadi juga Bebe udah bangun mas. Dibeliin sama Pak Tedi batagor, sama ayam goreng, dia seneng banget." Penjelasan dari Rei membuat Yogi terkejut. "Ada Pak Twledi ke sana? Ngapain dia ke situ? Memang kamu udah kasih tahu dia kalau kamu pindah ke rumah i
Pagi-pagi sekali Rei sudah terbangun saat pulang kemarin dia melihat sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Ingin menenangkan diri, ia memutuskan berjalan-jalan sendiri pagi ini. Meskipun harus memakai tongkat, tapi rasanya ia harus keluar untuk menyegarkan pikirannya. Ia berjalan ke luar, tadi sempat berpapasan dengan Bram dan ia sudah meminta izin untuk keluar. Rei lalu melangkahkan kakinya menuju taman, dia bisa melihat ada beberapa orang yang sedang berlarian dan duduk di kursi kursi taman. Taman itu cukup asri, banyak berbungaan di sana. Ada juga sebuah lapangan dengan peralatan olahraga. Bukan hanya itu, di pinggir-pinggir taman ada banyak orang yang berjualan. Rei duduk memerhatikan, ia senang melihat kegiatan pagi yang selalu terlewatkan. Setiap pagi sudah dimulai dengan kesibukan kemudian bekerja. Sekarang ini bisa menikmati pagi seperti ini merupakan sebuah hal yang sangat ia syukuri. "Rei?" Sebuah sapaan terdengar, membuat Rei menoleh ke belakang dan dia mendapati Tedi. "
Deff menghentikan mobil, pikirannya tak bisa fokus. Takut hal buruk terjadi, ia memilih untuk berhenti. Pertemuannya tadi dengan Bebe membuat ia jadi merasa jatuh cinta pada putri cantiknya itu. Padahal baru saja berpisah ia sudah merindukan Bebe."Cantik banget kamu Bebe," kata Deff sambil menatap foto Bebe. Tadi saat mereka menghabiskan waktu bersama, Deff banyak mengambil gambar Bebe. Semua hal yang dilakukan Bebe menarik perhatiannya. Ada rasa menyesal yang dalam ia rasakan. Semua tentang Bebe bagai cerminan dirinya. Bebe suka semua makanan yang mengandung strawberry, sama seperti dirinya. Bahkan Bebe juga lebih aktif menggunakan tangan kiri persisi sepertinya. Menulis juga menggunakan tangan kiri. Wajah Bebe pun mirip sekali, hanya bentuk wajah Bebe yang bulat seperti sang ibu.Kini ia menatap foto Rei yang sedang menyuapi Bebe. Deff tersenyum sendiri. Katakan saja ia gila, tapi ini membuat ia merasa tenang dan senang. Pria itu hela napas kemudian menyandarkan tubuhnya, memejamk
Bebe tidur di belakang mobil. Tadi menghabiskan waktu cukup lama bersama sang ayah di apartemen Yogi. Kini dia dalam perjalanan pulang bersama Yogi dan Rei.Rei hanya tadi banyak diam. Jujur saja, memang ia membayangkan suatu saat akan memperkenalkan mantan suaminya kepada putri kecilnya. Jujur, rasanya senang karena bisa menuntaskan niatnya itu. Tapi ia takut dengan reaksi putrinya keesokan hari, atau hari-hari setelahnya.Yogi menangkap kegelisahan itu, kemudian menggenggam tangan Rei. "Kamu kenapa? Kenapa dari tadi bengong aja?""Aku senang melihat anak aku bisa ketemu sama ayah kandungnya. Tapi di sisi lain, aku juga mikir Gimana reaksi dia besok, atau lusa, atau besoknya lagi.""Jangan terlalu mikirin hal yang belum terjadi. kita jalanin aja semuanya. Ya?"Rei menoleh pada Yogi, jujur ia sangat berterima kasih dengan apa yang telah Yogi lakukan. Pria itu banyak sekali memberikan bantuan dalam hidupnya. "Aku makasih banyak sama kamu Mas.""Ssst, Kamu jangan ngomong kayak gitu. Ple