'083333345 itu nomer ponselku. Siapa tau kamu butuh uang untuk mengugurkan kandungan itu nanti. (Jika kamu hamil tentu saja.) Yogi Finanda' Reisya Clemira terbangun tanpa pakaian apapun yang melekat pada tubuhnya dan hanya sebuah note tertempel di cermin. Sebenarnya apa yang terjadi?
Lihat lebih banyakSeperti biasa, Rei mengantarkan kliennya untuk melakukan pertemuan di club.
Meski dia bekerja sebagai akuntan di Sun club, Rei juga bertugas sebagai guide dari beberapa perusahaan besar.
Biasanya namanya digunakan untuk memesan ruangan. Untuk pertemuan-pertemuan yang bersifat pribadi dan tidak ingin dicatat dalam keuangan perusahaan.
Malam ini, tugasnya sudah selesai.
Jadi, wanita itu pun merapikan tas untuk bersiap untuk pulang.
Namun....
"Bisa temenin Pak Tedi dulu?" Seorang temannya sampaiberjalan menghampiri meminta tolong.
"Emang kenapa Pak Tedi minta ditemenin?" tanya Rei bingung karena tadi sewaktu ia tinggal tadi, pria itu terlihat baik-baik saja "Tadi pas gue ke sana ngantar minuman, temennya belum datang, dan dia gabut sendirian. Jadi dia minta gue manggil temen buat nemenin dia. Kebetulan lo kan udah mau pulang." Aura berkata, ia kemudian menepuk bahu Rei saya menata penuh harap kepada temannya itu. "Ruangan nomor 373 kan ya tadi?" Rei bertanya pada aura. "Pikun banget sih lo. Ruangan 377." Rei setuju ia menganggukkan kepalanya kemudian segera berjalan menuju ruangan di mana diminta tadi. Sebelum berjalan menuju ruangan Tedi, Rei berjalan ke dapur terlebih dahulu untuk minum sesuatu karena ia merasa benar-benar haus. Ada pelayan yang datang dari arah depan membawa makanan yang belum selesai dimakan dan minuman yang masih utuh. "Pras ini masih utuh?" "Masih mbak. Orangnya tadi mendadak pulang." Rei dengan segera ia meneguk minuman itu karena kehausan. Sebenarnya hal itu juga tidak dibenarkan, tapi mau bagaimana lagi, ia terlalu malas jika harus melangkahkan kakinya ke dapur. Kulkas yang menjorok lebih ke dalam lagi membutuhkan waktu yang cukup lama baginya. Kembali langkahkan kaki menuju ruangan untuk menemui Tedi. Tubuhnya menjadi panas akibat meminum minuman tadi. Ada sesuatu yang tak beres tapi ia coba untuk bersikap positif karena mungkin saja karena ini adalah masa suburnya. Ia kemudian masuk ke ruangan Tedi dan pria itu ada di sana. "Maaf lama Pak." Rei mendekat dan duduk di samping Tedi. Pria itu tersenyum dan mengangguk. "Minum?" tawar Tedi. Menawarkan minuman yang tadi ia pesan. Rei anggukan kepalanya. "Boleh Pak." Tedi menuangkan, dan keduanya menikmati minuman itu. Sesekali wanita itu memang butuh sedikit minum. Satu atau dua gelas saja. "Tumben temen bapak belum datang?" tanya Rei. "Iya, udah lebih dari dua jam aku nunggu." Tedi menjawab. "Kalau aku minta temenin kamu? " "Nggak apa-apa kok pak. Saya juga udah pulang." "Terima kasih ya. O iya gimana anak kamu? siapa namanya?" Tedi bertanya membuka pembicaraan di antara mereka berdua. "Strawberry Jilian, panggilannya Awbi, Bebe atau Jil. Udah 6 tahun Pak dan kelas 1 sekarang." Rei menjelaskan dengan bahagia tentang putrinya. Tedi menatap senyuman di wajah wanita yang kini duduk di samping Tedi. Tedi tersenyum ia merasakan kebahagiaan saat Rei tengah membicarakan putrinya. "Kapan-kapan, ayo kita ketemu sama anak kamu?" Tedi mengajak karena memang sebenarnya selama 1 tahun ini ia memiliki perasaan khusus terhadap Rei. Sementara itu Rei sama sekali tak tertarik untuk menjalin hubungan lagi dengan seorang pria. Wanita itu malas harus melayani, juga memikirkan hal-hal lain di rumah. Dan yang paling menyebalkan adalah ketika sudah melayani dan melakukan semua untuk suami, pria yang ia sebut suami itu malah mendua. Hal itu benar-benar membuatnya kecewa dan trauma. Rei mencoba positif thinking saja, kalau memang Tedi menyukai anak kecil dan bukan karena tertarik pada dirinya. "Boleh Pak, kapan-kapan ya?" Keduanya kemudian berbicara tentang banyak hal terutama tentang basa-basi pekerjaan dan kehidupan. Sementara itu tubuh Rei terasa semakin hangat ada stimulus aneh yang menjalar. Dan tentu saja ia menduga karena meminum minuman yang tadi dibawa oleh Pras. Kenapa sih ini?! Sial!Makinya dalam hati. Dan kini matanya malah menatap ke arah tubuh Tedi. Mau bagaimana? Sudah 6 tahun ini tidak dijamah sama sekali. Lalu harus merasakan perasaan seperti ini. Rei menggelengkan kepalanya mencoba mengusir pikiran buruk yang kini hadir di dalam otak. "Pak maaf boleh saya minta satu gelas lagi." Rei meminta dan Tedi tentu memberikan. Rei meneguk hingga gelas kosong, tapi yang terjadi adalah tubuhnya malah semakin panas dan menginginkan sentuhan. "Pak maaf saya ke toilet sebentar ya." Rei pamit lalu ia berjalan dengan sedikit terhuyung ke toilet. "Perlu aku antar?" Tedi bertanya karena khawatir. Rei dengan cepat gelengkan kepalanya. Biasanya hanya meminum satu atau dua gelas dan sepertinya hari ini ia sudah minum 5 sloki dan itu benar-benar membuat kepalanya terasa berat. Ditambah lagi tumbuhnya semakin panas sementara ia berusaha untuk tetap mendapatkan kesadarannya. Wanita itu kemudian sampai di toilet. Dan ia kini menatap wajah di wastafel, lalu kemudian menoleh pada tangannya memperhatikan tangan kanannya dengan seksama. Segera langkahkan kakinya ke kamar mandi, dan berusaha menuntaskan keinginannya sendiri. Hingga ia mendesah sendiri. Tepat saat desahan terdengar seorang masuk ke dalam. Dua orang pengunjung itu saling menatap ketika mendengar suara dari dalam toilet. Kedua wanita itu kemudian menatap ke arah bawah dan hanya melihat satu kaki. Keduanya saling tatap karena merasa heran. Salah satunya kemudian terbatuk. Rei jelas terkejut karena mendengar suara batuk dari luar, berarti di tempat ini ada orang lain dan ia dengan segera menutup mulutnya dengan tangannya. Lalu dengan cepat menuntaskan keinginannya. Hingga tubuhnya bergetar akibat ulahnya sendiri. Tubuhnya berkeringat, napasnya terengah-engah. Setelahnya ia berdiri dan mengintip dari pintu melihat situasi. Tentu saja akan memalukan kalau ada yang melihatnya dalam kondisi seperti ini. Ia tak melihat siapapun lalu memutuskan untuk segera berjalan keluar. Kepalanya sudah semakin berat dan sepertinya sebentar lagi ia sudah kehilangan akal. "kamar 737 kan?" Rei bergumam sendiri. Kemudian kembali melangkahkan kakinya dan masuk ke kamar 737. Di sana ada seorang pria yang tertidur di sofa. Dan juga botol minumnya lebih banyak daripada tadi. "Pak Tedi minum-minum sebanyak ini?" Tatapan matanya seolah buram yang kemudian berjalan mendekat dan duduk di samping pria yang membandingkan tubuhnya itu. "Pak, Pak, sadar Pak." Pria itu tersadar kemudian duduk dan menatap Rei. Rei berusaha mendapatkan kesadarannya karena ia melihat proporsi tubuh yang berbeda di hadapannya. Belum sempat mendapatkan kesadaran pria itu berjalan mendekat dan kemudian menciumnya. "Pak—" Rei mencoba melawan. Hanya saja tenaga pria itu lebih kuat darinya. "Kamu lama banget Clar?"Yogi kini duduk di meja makan bersama Rei dan juga Bebe. Masakan Rei sudah siap sejak tadi, dan kini waktunya mereka menikmati makan siang. Ketiganya benar-benar terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia."Tadi Bebe makan batagor ya?" Yogi bertanya kepada calon putri kecilnya.Bebe menganggukan kepalanya dengan sumringah. dia tersenyum ke arah Yogi. "Iya Papi, tadi Om Tedi beliin aku batagor. Enak banget sama ayam goreng loh."Yogi melirik cemburu ke arah Rei. Melihat itu sang kekasih hanya tertawa terkekeh melihat Yogi yang cemburu."Harusnya tadi pagi Papi ke sini biar kebagian batagor juga."Bebe menganggukan kepalanya setuju. "Gimana kalau besok Papi ke sini? Kita ke taman seperti mami pagi tadi? Ya?* Anak itu begitu bersemangat mengajak Yogi.Baru saja hal itu membuat Yogi senang, dengan segera menganggukkan kepalanya setuju. tentu saja ia akan memastikan kalau besok pagi akan datang ke sini. "Oke, kalau gitu Papi besok pagi ke sini ya? Jadi besok sebelum berangkat sekolah ki
Deff dan Clarissa kini berada di kafe tempat di mana mereka biasa bertemu. Clarissa terlihat antusias, ia bahkan datang tanpa merias wajahnya dan tentu saja Clarissa tetap cantik paripurna. "Ayo buruan cerita. Jangan sia- siakan waktu gue pagi ini karena udah datang ke sini." Clarissa mendesak pada Deff yang masih sibuk meneguk secangkir kopi yang ia pesan. Deff meletakkan kembali cangkirnya, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Clarissa. "Lo tau kan kalau gue itu kerjasama mantan istri gue?" tanya Deff dijawab anggukan kepala oleh Clarissa. "Iya gue tau. Terus terus?" "Kemarin di pemotretan hari terakhir, dia datang bawa Bebe.""HAH?!!" Deff anggukan kepala. "Gue cemburu banget liat Bebe sibuk sama Yogi. Mereka bertiga keliatan banget kayak keluarga. ada rasa enggak terima ngeliat mereka keliatan bahagia sama-sama.""Iya, lo sayang sama Bebe?" tanya Clarissa."Dia itu gue banget, semua tentang Bebe sebagian besar itu duplikasi gue. Sampai gue pulang, itu gue ngerasa kangen bange
Yogi pagi ini masih berada di rumah. Bangun kesiangan karena kelelahan beberapa hari ini. Tubuhnya juga sedikit demam dan flu, jadi ia memilih beristirahat. Setelah bangun dan membersihkan badan, Dia kembali menuju tempat tidur. Mendudukkan bokongnya di sana dan memutuskan untuk segera menghubungi Rei karena kangen. Tak lama sampai akhirnya panggilan diterima."Ya mas?" sapa Rei dari balik telepon. "Kamu lagi ngapain? Udah sarapan atau belum? Bebe udah bangun belum?" Yogi bertanya bertubi-tubi dan itu membuat Rei tertawa dari balik telepon."Kamu tuh, kalau tanya satu-satu gitu loh. ""Iya, aku kan sekalian nanyanya sayang.""Aku tadi udah sarapan. Mas, ternyata di dekat sini itu ada taman, dari taman itu banyak banget tukang jualan. Tadi juga Bebe udah bangun mas. Dibeliin sama Pak Tedi batagor, sama ayam goreng, dia seneng banget." Penjelasan dari Rei membuat Yogi terkejut. "Ada Pak Twledi ke sana? Ngapain dia ke situ? Memang kamu udah kasih tahu dia kalau kamu pindah ke rumah i
Pagi-pagi sekali Rei sudah terbangun saat pulang kemarin dia melihat sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Ingin menenangkan diri, ia memutuskan berjalan-jalan sendiri pagi ini. Meskipun harus memakai tongkat, tapi rasanya ia harus keluar untuk menyegarkan pikirannya. Ia berjalan ke luar, tadi sempat berpapasan dengan Bram dan ia sudah meminta izin untuk keluar. Rei lalu melangkahkan kakinya menuju taman, dia bisa melihat ada beberapa orang yang sedang berlarian dan duduk di kursi kursi taman. Taman itu cukup asri, banyak berbungaan di sana. Ada juga sebuah lapangan dengan peralatan olahraga. Bukan hanya itu, di pinggir-pinggir taman ada banyak orang yang berjualan. Rei duduk memerhatikan, ia senang melihat kegiatan pagi yang selalu terlewatkan. Setiap pagi sudah dimulai dengan kesibukan kemudian bekerja. Sekarang ini bisa menikmati pagi seperti ini merupakan sebuah hal yang sangat ia syukuri. "Rei?" Sebuah sapaan terdengar, membuat Rei menoleh ke belakang dan dia mendapati Tedi. "
Deff menghentikan mobil, pikirannya tak bisa fokus. Takut hal buruk terjadi, ia memilih untuk berhenti. Pertemuannya tadi dengan Bebe membuat ia jadi merasa jatuh cinta pada putri cantiknya itu. Padahal baru saja berpisah ia sudah merindukan Bebe."Cantik banget kamu Bebe," kata Deff sambil menatap foto Bebe. Tadi saat mereka menghabiskan waktu bersama, Deff banyak mengambil gambar Bebe. Semua hal yang dilakukan Bebe menarik perhatiannya. Ada rasa menyesal yang dalam ia rasakan. Semua tentang Bebe bagai cerminan dirinya. Bebe suka semua makanan yang mengandung strawberry, sama seperti dirinya. Bahkan Bebe juga lebih aktif menggunakan tangan kiri persisi sepertinya. Menulis juga menggunakan tangan kiri. Wajah Bebe pun mirip sekali, hanya bentuk wajah Bebe yang bulat seperti sang ibu.Kini ia menatap foto Rei yang sedang menyuapi Bebe. Deff tersenyum sendiri. Katakan saja ia gila, tapi ini membuat ia merasa tenang dan senang. Pria itu hela napas kemudian menyandarkan tubuhnya, memejamk
Bebe tidur di belakang mobil. Tadi menghabiskan waktu cukup lama bersama sang ayah di apartemen Yogi. Kini dia dalam perjalanan pulang bersama Yogi dan Rei.Rei hanya tadi banyak diam. Jujur saja, memang ia membayangkan suatu saat akan memperkenalkan mantan suaminya kepada putri kecilnya. Jujur, rasanya senang karena bisa menuntaskan niatnya itu. Tapi ia takut dengan reaksi putrinya keesokan hari, atau hari-hari setelahnya.Yogi menangkap kegelisahan itu, kemudian menggenggam tangan Rei. "Kamu kenapa? Kenapa dari tadi bengong aja?""Aku senang melihat anak aku bisa ketemu sama ayah kandungnya. Tapi di sisi lain, aku juga mikir Gimana reaksi dia besok, atau lusa, atau besoknya lagi.""Jangan terlalu mikirin hal yang belum terjadi. kita jalanin aja semuanya. Ya?"Rei menoleh pada Yogi, jujur ia sangat berterima kasih dengan apa yang telah Yogi lakukan. Pria itu banyak sekali memberikan bantuan dalam hidupnya. "Aku makasih banyak sama kamu Mas.""Ssst, Kamu jangan ngomong kayak gitu. Ple
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen