Share

Empat

Penulis: Reistya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-22 01:49:28

"Gue nggak tahu dia siapa, tapi namanya Rei. Kayaknya dia salah satu pekerja di klub. Soalnya, di bajunya dia ada pin yang dipakai sama karyawan club itu." 

"Tapi kalian main aman kan?" Jimmy bertanya, karena takut sepupunya melakukan kebodohan tanpa menggunakan pengaman dalam berhubungan. 

Sayangnya jawaban Yogi membuat Jimmy lagi-lagi terbelalak. Sepupunya itu malah menggelengkan kepalanya. Tentu saja jawabannya berarti, bahwa semalam Yogi berhubungan tanpa pengaman dan jelas itu beresiko tinggi. Kepala jadi rasanya benar-benar sakit akibat kelakuan Yogi. 

"Kok bisa-bisanya lo nggak pakai pengaman?"

"Gue mabuk berat. Dan kayaknya cewek itu juga. Soalnya waktu kita berhubungan, Dia sama sekali nggak nyebut nama gue, tapi nama cowok lain. Pak siapa gitu." Yogi mencoba menyatukan semua kepingan ingatannya. hanya saja ia telah mengingat nama yang disebutkan oleh Rei semalam.

"Berarti kemungkinan itu pacar atau suaminya? Cantik?" Jimmy bertanya sambil mendekatkan tubuhnya kepada Yogi, lalu pria itu menaik turunkan kedua alisnya, menggoda sepupunya.

Yogi hela nafas lalu ia menggelengkan kepalanya lagi. "What?! Sumpah hari ini kepala gue sakit banget karena jawaban-jawaban yang lo kasih!" Jimmy berteriak nyaris frustrasi. Rasanya ia menyesal telah memberikan ide pada Yogi. Karena pada akhirnya semua sama sekali tidak berjalan sesuai dengan rencana.

"Dia itu gendut, mukanya sih nggak jelek-jelek banget, kulitnya juga putih kelihatan terawat lah. Pas gue cek dompetnya juga lumayan berada. Maksudnya ya bukan dari kalangan bawah-bawah banget. Karena gue lihat jam tangan yang dia pakai cukup bermerek." 

"Tunggu, tunggu," kata Jimmy menghentikan ucapan Yogi sambil memajukan kedua tangannya. "Lo ngapain ngecek-ngecek tasnya dia?"

"Gue mau tahu lah, semalam gue tidur sama siapa. Jadi waktu dia masih tidur gue coba cari tahu. Gue juga kasih not Siapa tahu dia hamil dan butuh tanggung jawab gue." Yogi mengatakan itu dan lagi-lagi Jimmy memegang kepalanya dengan kedua tangan.

"Ya Tuhan, ampunilah kebodohan sepupu hamba ini. Lo ngapain ngasih note?! Kalau dia lupa sama lo bukannya itu lebih bagus? Bodoh banget sih lo?!"Jimmy Ini kesal dengan kelakuan sepupunya. Karena menurutnya, lebih baik tak perlu mengirimkan note. Dan biarkan hubungan itu berlalu dan berakhir begitu saja dalam satu malam. 

"Gue nggak mau jadi orang yang nggak bertanggung jawab." 

"Terserah deh lo. Ya kalau kayak gitu suatu saat dia nuntut atau semacamnya. Lagian dia nggak cantik kok, ngapain tanggung jawab."

"Lo nggak boleh kayak gitu. tanggung jawab itu didapetin bukan cuman untuk perempuan cantik. Tanggung jawab itu nggak ngelihat fisik, harta, Tahta dan status sosial. Kalau memang Lo salah ya harus tanggung jawab."

Bagaimanapun Yogi memang sebenarnya adalah orang yang baik. Meskipun ia sangat perfeksionis pada pekerjaan dan cukup dingin pada orang lain. 

"Oke kita lewati masalah ini. Lo ingat apa aja yang udah terjadi semalam sama perempuan itu?"

"Aku cuman ingat gue nyusu sama dia dan ada airnya."

"Hah apa?!"

"Ada ASI nya. Manis, hmm." Yogi jadi menandak ingat lagi pada rasa manis ASI yang ia hisap. 

"Berarti kalau gitu aman. Kemungkinan perempuan itu udah punya suami dan anak atau lagi hamil. Jadi kalau dia hamil udah pasti ada yang tanggung jawab." Jimmy merasa lega setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Yogi mengenai ASI. "Kalau begitu sekarang tugas lo cuman kasih tau Clarissa. Kalian harus bertemu, dan Lo bilang lo minta maaf karena terlalu mabuk dan gak sadarkan diri."

Yogi anggukan kepalanya Ia setuju pada Jimmy kalau harus berbicara pada Clarissa dan meminta maaf. 

***

"Gue berangkat agak siang ya? Habis jemput Bebe sekalian mau rehat. Kepala gue sakit banget," kata Rei pada Wiji, atasan yang juga adik kelasnya dulu. 

Ya, pengaruh alkohol tampaknya belum hilang...

"Lagian kamu ngapain sih Kak, pakai mabok segala?" tanya Wiji. 

"Enggak inget aku, kenapa bisa mabok banget kayak gitu. Yaudah ya gue mau masak dulu buat Bebe." Rei ini pembicaraannya karena ia tak mau juga diselidiki lebih lanjut.

"Oke, oke," kata WIji kemudian mematikan sambungan telepon. 

Pagi tadi sudah berjanji pada Bebe untuk memasakkan makanan kesukaan putrinya. Strawberry suka sekali spageti dan itu cukup mudah di masak. Bukan dengan saus bolognese, tapi di buat dengan kuah yang terbuat dari susu full krim dan kaldu jamur. Rei biasa menyebutnyqa stup spqagetty itu masakan yang biasa dibuat sang mami untuknya. Dan kini ia memasak itu untuk putri kesayangannya. 

"Kok tumben sih Kak lo pulang pagi buta gini?" tanya Sinta yang baru saja selesai mandi. Sebenarnya rumah Sinta tepat berada di samping rumahnya. Hanya saja tadi mesin air milik sahabatnya itu rusak. 

"Hmm, iya, sibuk. Sorry lo jadi nginep buat jagain Bebe." 

"Jujur sih gue enggak apa-apa jagain Jil, cuma lo tau kan, dia itu tanya lo terus." Sinta berkata kemudian membantu Rei. "BTW Kak, gue mau ngomong sama lo."

Rei menghentikan kegiatannya kemudian menatap pada Sinta. "Kayaknya penting nih. Mau ngomong apa?"

"Lusa gue balik ke kampung," kata Sinta dan membuat Rei menjadi bingung. Karena jika Sinta tak ada ia tak tahu di mana akan menitipkan putrinya. Apalagi sulit untuk percaya kepada orang lain. 

"Yah, terus Bebe aku siapa yang bantuin jaga?" tanya Rei.

"Lo kan tau, gue udah dua tahun enggak balik ke Lampung.  Bokap gue juga sakit dan ibu gue minta gue buat balik." 

Rei mengerti mengapa temannya itu harus kembali ke kampung, hanya saja ia memikirkan bagaimana nasib putrinya. Apalagi ia tak bisa percaya pada orang lain. Sejak kembali dari Australia setelah pernikahannya gagal, Rei hanya bisa percaya pada Sinta. 

"Ya udah kalau kayak gitu. Lo hati-hati ya nanti." 

"Jil gimana kak?" Sinta bertanya, sebenarnya tak tega juga meninggalkan anak itu. Apalag sudah empat tahun ini ia yang membantu Rei menjaga anak itu.

"Gue nanti bisa bawa dia ke kantor dulu. Gampang, enggak usah lo pikirin. Atau gue minta nyokap gue buat k sini nanti." 

Tentu saja dengan meminta sang ibu ke sini, Rei harus mengorbankan harga dirinya. Dulu sang ibu menentang hubungannya dengan sang mantan suami. Dan Rei nekat menikah dengan Bumi dengan alasan klasik, karena terlalu mencintai Bumi dan akhirnya kini? Pria itu malh meninggalkannya dengan perempuan lain yang jelas lebih cantik darinya. Pekerjaan Bumi sebagai seorang fotografer yang membuatnya banyak bertemu dengan banyak gadis cantik. Dan pada waktu itu, salah satu dari model yang ia tangani proyeknya berhasil merebut suaminya. 

Selesai memasak  dan makan dia segera melakukan kegiatan rutinnya yaitu memompa ASI miliknya. ASI ini harus diantarkan ke rumah Indah, ia antarkan saat nanti akan menjemput Bebe. ASI Rei melimpah, kanan dan kiri bisa jadi satu botol besar.

Padahal awalnya dulu sama sekali tak keluar, karena ia stress setelah bercerai dengan mantan suaminya.  Lalu terus memaksakan, juga meminum aneka suplemen herbal untuk membantu. Dibantu dukungan Indah dan juga Sinta saat itu, akhirnya ia berhasil mengatasi depresi dan stres yang dirasakan, kemudian menghasilkan ASI yang ia berikan kepada Putri nya. Rei kadang merasa sedikit bersalah, karena Bebe selama 4 bulan sempat menyusu dengan susu formula. 

Wanita itu menaiki motornya sampai akhirnya tiba di rumah Indah. Sahabatnya itu sudah menunggu di teras seraya menggendong bayi cantiknya. Rei memberikan kotak berisi 2 kantung asi pada Indah. 

"Cantik amat sih anak mami Rei," kata Rei menggoda Zee yang ada dalam gendongan sang ibu.

"Lo kemana kemarin?" tanya Indah. 

Rei terdiam, tak ingin mengatakan apapun tetapi mulutnya tak tahan untuk memberitahu. "Lo jangan marah." 

Indah anggukan kepalanya. Meyakinkan diri kalau ia tak akan marah pada sahabatnya itu. "Kemana?"

"Gue mabok, terus iwiw iwiw sama cowok." Rei berkata dengan wajah bersalah. 

"Heh!" Indah berteriak seraya memukul pundak rei. Teriakan dari mulut cemprengnya bahkan berhasil membuat bayi kecilnya menangis! 

"Nangis kan? Lo sih teriak-teriak."

"Heh gubluk, jangan macem-macem Lo. Astaga, kalau Lo hamil gimane Bambang?!" Indah kesal dan kini ia berusaha keras untuk memelankan suaranya agar tak ada yang mendengar. 

"Yaudah," shaut Rei asal.

"Asli ya mau gue ulek mulut Lo. Lo emang ga ada dildo, timun, terong apa botol apa gitu. Jangan pakai kont*l beneran!" Kesal indah dan kini berbicara seperti seorang laki-laki.

Rei menutupi telinga Zee. "Maafkan mulut mamakmu yang berdosah itu nak."

"Sumpah ya Rei!" Indah rasanya ingin memukul terus sahabatnya itu agar mendapatkan kesadaran. 

Rei kini berlari meninggalkan sahabatnya itu dan dengan cepat menggeber motornya untuk meninggalkan rumah Indah.

Rasanya itu adalah cara yang paling tepat untuk membuat Indah berhenti marah-marah padanya.... 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malam Pertama Perjaka dan Janda Muda   enam puluh tiga

    Yogi kini duduk di meja makan bersama Rei dan juga Bebe. Masakan Rei sudah siap sejak tadi, dan kini waktunya mereka menikmati makan siang. Ketiganya benar-benar terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia."Tadi Bebe makan batagor ya?" Yogi bertanya kepada calon putri kecilnya.Bebe menganggukan kepalanya dengan sumringah. dia tersenyum ke arah Yogi. "Iya Papi, tadi Om Tedi beliin aku batagor. Enak banget sama ayam goreng loh."Yogi melirik cemburu ke arah Rei. Melihat itu sang kekasih hanya tertawa terkekeh melihat Yogi yang cemburu."Harusnya tadi pagi Papi ke sini biar kebagian batagor juga."Bebe menganggukan kepalanya setuju. "Gimana kalau besok Papi ke sini? Kita ke taman seperti mami pagi tadi? Ya?* Anak itu begitu bersemangat mengajak Yogi.Baru saja hal itu membuat Yogi senang, dengan segera menganggukkan kepalanya setuju. tentu saja ia akan memastikan kalau besok pagi akan datang ke sini. "Oke, kalau gitu Papi besok pagi ke sini ya? Jadi besok sebelum berangkat sekolah ki

  • Malam Pertama Perjaka dan Janda Muda   enam puluh dua

    Deff dan Clarissa kini berada di kafe tempat di mana mereka biasa bertemu. Clarissa terlihat antusias, ia bahkan datang tanpa merias wajahnya dan tentu saja Clarissa tetap cantik paripurna. "Ayo buruan cerita. Jangan sia- siakan waktu gue pagi ini karena udah datang ke sini." Clarissa mendesak pada Deff yang masih sibuk meneguk secangkir kopi yang ia pesan. Deff meletakkan kembali cangkirnya, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Clarissa. "Lo tau kan kalau gue itu kerjasama mantan istri gue?" tanya Deff dijawab anggukan kepala oleh Clarissa. "Iya gue tau. Terus terus?" "Kemarin di pemotretan hari terakhir, dia datang bawa Bebe.""HAH?!!" Deff anggukan kepala. "Gue cemburu banget liat Bebe sibuk sama Yogi. Mereka bertiga keliatan banget kayak keluarga. ada rasa enggak terima ngeliat mereka keliatan bahagia sama-sama.""Iya, lo sayang sama Bebe?" tanya Clarissa."Dia itu gue banget, semua tentang Bebe sebagian besar itu duplikasi gue. Sampai gue pulang, itu gue ngerasa kangen bange

  • Malam Pertama Perjaka dan Janda Muda   enam puluh satu

    Yogi pagi ini masih berada di rumah. Bangun kesiangan karena kelelahan beberapa hari ini. Tubuhnya juga sedikit demam dan flu, jadi ia memilih beristirahat. Setelah bangun dan membersihkan badan, Dia kembali menuju tempat tidur. Mendudukkan bokongnya di sana dan memutuskan untuk segera menghubungi Rei karena kangen. Tak lama sampai akhirnya panggilan diterima."Ya mas?" sapa Rei dari balik telepon. "Kamu lagi ngapain? Udah sarapan atau belum? Bebe udah bangun belum?" Yogi bertanya bertubi-tubi dan itu membuat Rei tertawa dari balik telepon."Kamu tuh, kalau tanya satu-satu gitu loh. ""Iya, aku kan sekalian nanyanya sayang.""Aku tadi udah sarapan. Mas, ternyata di dekat sini itu ada taman, dari taman itu banyak banget tukang jualan. Tadi juga Bebe udah bangun mas. Dibeliin sama Pak Tedi batagor, sama ayam goreng, dia seneng banget." Penjelasan dari Rei membuat Yogi terkejut. "Ada Pak Twledi ke sana? Ngapain dia ke situ? Memang kamu udah kasih tahu dia kalau kamu pindah ke rumah i

  • Malam Pertama Perjaka dan Janda Muda   enam puluh

    Pagi-pagi sekali Rei sudah terbangun saat pulang kemarin dia melihat sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Ingin menenangkan diri, ia memutuskan berjalan-jalan sendiri pagi ini. Meskipun harus memakai tongkat, tapi rasanya ia harus keluar untuk menyegarkan pikirannya. Ia berjalan ke luar, tadi sempat berpapasan dengan Bram dan ia sudah meminta izin untuk keluar. Rei lalu melangkahkan kakinya menuju taman, dia bisa melihat ada beberapa orang yang sedang berlarian dan duduk di kursi kursi taman. Taman itu cukup asri, banyak berbungaan di sana. Ada juga sebuah lapangan dengan peralatan olahraga. Bukan hanya itu, di pinggir-pinggir taman ada banyak orang yang berjualan. Rei duduk memerhatikan, ia senang melihat kegiatan pagi yang selalu terlewatkan. Setiap pagi sudah dimulai dengan kesibukan kemudian bekerja. Sekarang ini bisa menikmati pagi seperti ini merupakan sebuah hal yang sangat ia syukuri. "Rei?" Sebuah sapaan terdengar, membuat Rei menoleh ke belakang dan dia mendapati Tedi. "

  • Malam Pertama Perjaka dan Janda Muda   lima puluh sembilan

    Deff menghentikan mobil, pikirannya tak bisa fokus. Takut hal buruk terjadi, ia memilih untuk berhenti. Pertemuannya tadi dengan Bebe membuat ia jadi merasa jatuh cinta pada putri cantiknya itu. Padahal baru saja berpisah ia sudah merindukan Bebe."Cantik banget kamu Bebe," kata Deff sambil menatap foto Bebe. Tadi saat mereka menghabiskan waktu bersama, Deff banyak mengambil gambar Bebe. Semua hal yang dilakukan Bebe menarik perhatiannya. Ada rasa menyesal yang dalam ia rasakan. Semua tentang Bebe bagai cerminan dirinya. Bebe suka semua makanan yang mengandung strawberry, sama seperti dirinya. Bahkan Bebe juga lebih aktif menggunakan tangan kiri persisi sepertinya. Menulis juga menggunakan tangan kiri. Wajah Bebe pun mirip sekali, hanya bentuk wajah Bebe yang bulat seperti sang ibu.Kini ia menatap foto Rei yang sedang menyuapi Bebe. Deff tersenyum sendiri. Katakan saja ia gila, tapi ini membuat ia merasa tenang dan senang. Pria itu hela napas kemudian menyandarkan tubuhnya, memejamk

  • Malam Pertama Perjaka dan Janda Muda   lima puluh delapan

    Bebe tidur di belakang mobil. Tadi menghabiskan waktu cukup lama bersama sang ayah di apartemen Yogi. Kini dia dalam perjalanan pulang bersama Yogi dan Rei.Rei hanya tadi banyak diam. Jujur saja, memang ia membayangkan suatu saat akan memperkenalkan mantan suaminya kepada putri kecilnya. Jujur, rasanya senang karena bisa menuntaskan niatnya itu. Tapi ia takut dengan reaksi putrinya keesokan hari, atau hari-hari setelahnya.Yogi menangkap kegelisahan itu, kemudian menggenggam tangan Rei. "Kamu kenapa? Kenapa dari tadi bengong aja?""Aku senang melihat anak aku bisa ketemu sama ayah kandungnya. Tapi di sisi lain, aku juga mikir Gimana reaksi dia besok, atau lusa, atau besoknya lagi.""Jangan terlalu mikirin hal yang belum terjadi. kita jalanin aja semuanya. Ya?"Rei menoleh pada Yogi, jujur ia sangat berterima kasih dengan apa yang telah Yogi lakukan. Pria itu banyak sekali memberikan bantuan dalam hidupnya. "Aku makasih banyak sama kamu Mas.""Ssst, Kamu jangan ngomong kayak gitu. Ple

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status