Share

Awas Saja

Ingatan Deryl terlempar ke masa di mana Klara bertamu ke rumah. Ia mengingat begitu jelas kalau kekasih yang dicintainya itu malah memperlakukan wanita pemilik surganya tak begitu sopan. Ya, Klara tanpa sungkan berani menyuruh-nyuruh Asih. Deryl mengetahuinya ketika ia meninggalkan mereka sebentar, lalu kembali dan mendengar kalimat-kalimat yang kurang enak didengar yang dikatakan oleh Klara.

“De! Ngapain kamu berdiri di situ? Mau ikut salat?” tanya Asih ketika melihat anak lelakinya mematung di dekat pintu.

Deryl tersentak. Ia melamun hingga tak sadar kalau aktivitas dua orang yang diintip telah usai. Jadilah, ia tertangkap basah. Malu, tentu saja. Namun, ia tak akan memerlihatkannya dengan jelas.

“Mana ada! Aku Cuma lewat kok!”

Afsana dan Asih tersenyum mengetahui Deryl berusaha untuk berbohong.

“Lewat, apa lewat? Aku pikir, sejak tadi, kamu berdiri sambil mengintip ke sini kok,” ujar Afsana mulai mencibir. “Iya kan, Bu. Ibu lihat kalau Mas De berdiri lama di sana. Mana ada lewat begitu.” Afsana mengutarakannya kepada ibu mertuanya seraya melebarkan senyuman.

“Aku bilang lewat, ya, lewat! Kok ngeyel!”

Deryl menjawab ketus. Lantas, ia melangkahkan kaki. Dua orang yang sedang melipat mukena hanya tersenyum.

“Bu, ngapain kamu di sini? Bapak cari di dapur nggak ada. Bapak dengar ada suara Deryl, jadi Bapak ke sini. Ternyata, dia lagi ngomong sama kamu. Kenapa kamu malah ada di sini?”

Pertanyaan itu terlontar dari seorang lelaki yang usianya tak muda lagi. Selang beberapa menit Deryl pergi, Haribowo menggantikan anaknya berdiri di ambang pintu.

Afsana menatap Asih. Ia takut kalau dimarahi karena sudah menyita waktu ibu mertuanya akibat mengerjakan salat. Asih malah tersenyum tipis mengisyaratkan kalau semua akan baik-baik saja.

Mukena yang telah rapi, diletakkan di atas kasur. Asih berniat menggunakannya lagi kalau waktu salat nanti datang.

“Ibu baru salat, Pak. Maaf ya, kalau Ibu nggak ada di dapur. Salatnya sebentar kok. Ini agak lama karena Ibu takut salah bacaannya. Jadi, Afsana yang mengajari Ibu dulu. Kalau Ibu sudah terbiasa, paling juga lima menitan sudah selesai kok.”

Asih menggandeng Afsana dan berjalan mendekati Haribowo.

“Salat? Kamu salat?” tanya Haribowo seraya mengerutkan kening.

“Iya, Pak. Nggak lama kok. Ibu malu sama Afsana yang rajin salat, Pak. Katanya, kita kan orang Islam. Kenapa nggak mengerjakan kewajiban?”

Haribowo malah mendesah kasar. Wajahnya seakan meremehkan ucapan yang keluar dari lisan istrinya.

“Yang penting, jangan mengganggu aktivitasmu, Bu. Bapak kurang suka kalau makan bukan masakanmu.”

“Iya, ini mau ke dapur kok. Yuk, Nduk,” ajak Asih pada Afsana.

Pak Haribowo nggak marah, tapi wajahnya bisa kubaca kalau dia nggak suka. Ibu kan, mau salat mungkin gara-gara aku. Apa Pak Haribowo kesal sama aku, ya? Tapi, salat kan, memang kewajiban. Bodo amat, deh. Mau nggak suka sama aku atau apa, kan, dia sendiri yang memilihku dijadikan menantunya gara-gara perjanjian konyol itu. Harus menerima risikonya, dong. Kalau aku disuruh untuk menurut aturannya yang nggak salat. Aku nggak akan mau. Meski dia lebih tua, tetap saja, dia makhluk sama sepertiku. Aku cukup menghormatinya, tanpa menggadaikan prinsip yang kupunya.

Sambil berjalan digandeng lengannya oleh Asih, Afsana memikirkan hal terburuk yang mungkin akan terjadi. Namun, wanita itu begitu teguh merengkuh prinsipnya selagi itu kebenaran.

***

“Awas saja kalau Deryl sampai membohongiku. Jangan sampai dia berpaling dariku. Pokoknya jangan sampai dia jatuh cinta sama wanita sialan itu!”

Setelah selesai menelepon Deryl, gemuruh di dalam dada teramat terasa. Wajah yang memang cantik itu ditekuk. Klara  masih rebahan menatap langit-langit dengan prasangka-prasangka buruk yang mendatangi pikiran dan benaknya.

Meski hubungan percintaannya dengan Deryl sedang tidak baik-baik saja sebab ada Afsana yang hadir di antara mereka akibat perjodohan yang terjadi, tidak menyurutkan rasa cinta yang telah bergelora.

Klara tidak mau menyia-nyiakan Deryl yang merupakn lelaki setia. Di matanya, lelaki macam Deryl sudah langka. Deryl sangat menjaga diri dari wanita lain dan enggan menyentuh lawan jenisnya meski telah berhubungan lama sebagai pacar. Kata Deryl, ia tak mau menyakiti wanita apalagi sampai menodai. Itu karena, wanita di mata Deryl seperti ibunya yang patut dihormati dan dijaga sepenuh hati.

“Pokoknya, Deryl harus menjadi milikku. Nggak boleh dimiliki siapa pun. Kalau sampai wanita jalang itu merebutnya dariku, aku nggak bakal diam saja. Awas saja!”

Di bayangannya, tampak jelas wajah ayu Afsana yang dirias saat dipajang di pelaminan. Senyuman Afsana juga terekam jelas di ingatan Klara. Kemarahannya makin bergejolak. Lelaki yang dicintainya harus serumah bahkan sialnya, akan sekamar dengan orang itu.

“Bagaimana kalau Deryl malah jatuh cinta karena sering melihat wanita itu? Nggak! Pokoknya, nggak boleh! Deryl milikku seorang!”

Karena tidak ada solusi yang didapat, hanya amarah yang terus memenuhi ruangan di dalam dada. Klara mengambil bantal. Lalu, menutupkannya ke wajah. Ia menjerit dengan wajah yang tenggelam oleh benda empuk itu. Semua dilakukan dengan harapan rasa yang menyesakkan dada bisa sedikit terkikis.

***

Nduk, jangan di rumah terus. Sana, jalan-jalan sama Deryl. Lihat tambak atau ke mana. Mau belanja juga boleh. Mumpung Deryl belum kerja. Katanya, Deryl kan, disuruh kerja sama Bapak setelah dia menikah.”

“Mas Deryl yang nggak mau, Bu.”

Afsana sedang sibuk membersihkan meja makan sisa sarapan tadi.

“Kamu ini, biarkan saja. Nanti juga ada Mbak yang bakal membersihkan piring kotornya. Nanti Ibu ngomong sama Deryl. Sebelum menikah sama kamu saja, dia suka naik motor nggak jelas sama teman-temannya. Ini, sudah punya istri malah nggak diajak jalan-jalan. Nanti, Ibu yang akan ngomong sama dia.”

“Afsa hanya membersihkannya. Nanti, biar Mbak yang mencucinya, Bu.”

Afsana tidak menanggapi perkataan Asih mengenai kebiasaan Deryl. Ia sudah menduga demikian, karena lelaki itu memang memiliki motor gede. Tidak mungkin kalau hanya dijadikan pajangan. Pasti, motor itu telah menjadi saksi bisu bagaimana sikap brutal yang dilakukan oleh Deryl.

“Deryl dulu punya pacar. Nggak tahu sekarang, hubungan mereka seperti apa. Deryl sih, anaknya sangat menjaga perasaan perempuan, maksudnya nggak pernah berniat merenggut kehormatan seorang perempuan sebelum adanya pernikahan. Katanya, ingat sama Ibu kalau mau jahat sama perempuan. Meski Deryl penampilannya begitu dan nggak pernah salat, dia bisa membatasi diri dengan lawan jenisnya, Nduk.

Penjelasan yang dilontarkan oleh Asih, membuat Afsana agak ragu. Bisa saja, Deryl hanya membual dan mengatakan semuanya di depan ibunya agar dikira bisa menjaga pergaulan. Nyatanya, tadi pagi, Afsana mendengar kalau Deryl minta peluk. Tidak mungkin hanya omongan biasa. Kalau bertemu pasti akan melakukan semua itu.

Apa Ibu nggak tahu, kalau Mas De masih berpacaran sama Mbak Klara? Atau aku singgung tipis-tipis? Lagian, Mas De kan memang mau menikahi Mbak Klara.

“Kalau Mas De masih pacaran sama pacarnya gimana, Bu?”

Afsana mendekati Asih dan duduk di sebelahnya.

“Harusnya, Deryl tahu diri. Katanya, nggak mau menyakiti perasaan perempuan, masa dia mau melukai perasaanmu, Nduk.

“Kita kan, menikah karena dijodohkan, Bu. Mana ada kata cinta.”

Seketika, Asih menunduk lesu. Ia menghela napas pelan. Wanita itu sudah terlanjur cocok dengan menantunya. Sulit kalau mendengar kalimat itu. Apalagi, Afsana tampaknya baik-baik saja di rumahnya. Tapi ternyata, memang tak ada kata cinta yang bisa mempertahankan keberadaan menantunya itu lebih lama.

“Padahal, Ibu berharap kalau kalian akan saling jatuh cinta setelah tinggal bersama dalam waktu yang lama.”

“Ibu, kenapa Ibu ngomong begitu? Aku sama Afsa mana mungkin akan saling cinta. Itu nggak akan pernah terjadi. Aku hanya mencintai Klara. Aku akan menjadikan Klara sebagai menantu Ibu menggantikan Afsa.”

Sejak tadi, Deryl bersembunyi di balik tirai dan mengintip dengan hati-hati. Ia bergumam sendiri ketika mengetahui bagaimana ekspresi Asih dan tanggapan dari wanita yang paling disayanginya itu saat berbincang dengan Afsana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status