Pernikahan yang tak didasari karena cinta membuat kata-kata perceraian terucap bahkan saat malam pertama. Apalagi Afsana dan Deryl juga sama-sama mempunyai seseorang yang telah mengisi hati. Belum lagi ketidaksukaan mereka satu sama lain menambah drama pernikahan keduanya hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membuat kontrak pernikahan yang hanya diketahui oleh mereka. Bagaimana kehidupan pernikahan mereka?
View MorePertanyaan itu dirasa janggal oleh Deryl. Kening tentu mengernyit.“Biar kamu tenang, Mas De. Aku biasa menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur’an kalau lagi banyak masalah. Alhamdulillah, hati terasa lebih tenang, Mas De. Mungkin saja, kamu pengen coba, siapa tahu ada perubahan,” ucap Afsana sambil tersenyum. Lalu, ia pergi mengambil kitab suci yang disimpan di lemari.“Ya sudahlah, terserah kamu saja,” jawab Deryl.“Oke.”Afsana kembali duduk. Wudhunya belum batal. Jadi, ia langsung mengambil kitab suci itu dan sekarang membukanya.“Suaraku nggak bagus,” ucap Afsana sebelum memulai melantunkan ayat-ayat suci itu.“Iya. Buruan.”Deryl duduk tak jauh dari Afsana.Afsana mengambil napas. Lalu, ia mulai melafazkan basmallah sebelum membaca ayat-ayat yang tertulis di dalam kitab suci itu.Ketika mendengar suara istrinya, Deryl agak terkejut. Ia membuka mata lebar-lebar untuk sesaat. Yang dikata tidak merdu, nyatanya tak begitu bagi telinga lelaki itu.Sebagus ini dia ngomongnya nggak merd
Senyum getir menghiasi bibir. Benar memang, Deryl sadar diri bagaimana dirinya saat ini. Sangat berbanding terbalik kalau dibandingkan dengan lelaki yang pernah duduk di hadapan istrinya saat di warung makan.“Iya, aku tahu. Istirahatlah. Aku akan berangkat kerja.”“Iya, maafkan aku karena sudah mengatakan kenyataan pahit yang membuatmu tidak nyaman.”Hanya senyuman. Lalu, Deryl keluar dari kamar.Andai aku mengubah penampilan dan mempelajari ilmu agama dengan benar, apakah dia akan mempertimbangkan hubungan pernikahan yang telah terjalin ini? Tapi, buat apa aku memikirkannya? Memang lebih baik kalau kami bercerai kan?“De, kamu mau kerja?” tanya Asih ketika melihat anak lelakinya pergi ke garasi.“Iya, Bu. Afsa di sini kan, sudah ada Ibu. Aku juga harus serius bekerja biar nggak dimarahi Bapak.”“De, cobalah perbaiki dirimu dan dekati Afsa sungguh-sungguh. Kamu sudah menikah. Fokuslah pada pernikahanmu. Hubungan ini bukan untuk main-main walaupun awalnya karena perjanjian utang. Ibu
“Maaf, karena tindakan bodoh Klara, kamu hampir celaka,” ujar Deryl pelan ketika di dalam mobil menuju pulang ke rumah.“Aku penasaran sama satu hal, Mas De.”“Apa?”“Kamu putus karena apa? Nggak mungkin hanya gara-gara Mbak Klara hampir mencelakaiku, kan?” Afsana tak mau berbasa-basi.“Kenapa kamu berpikir seperti itu?”“Ya kali, kita kan, emang nggak punya perasaan apa-apa. Masa kamu rela putus hanya gara-gara kasihan sama aku?”Kening mengernyit. Percakapan mereka berbisik karena tak mau didengar oleh orang tua yang duduk di depan. Haribowo yang mengusulkan diri untuk menyetir mobil. Di sebelahnya ada Asih. Namun, Afsana berbicara penuh penekanan.“Setelah kita cerai, apa kamu akan menikah dengan laki-laki yang waktu itu duduk bersamamu di warung makan?” tanya Deryl tiba-tiba.Tak habis pikir, Afsana melihat dengan tatapan aneh.“Nggak usah membahas persoalan lain, deh. Pertanyaanku saja belum kamu jawab, kok.”Karena kesal, suara meninggi hingga dua orang di depan menjadi penasara
Deryl yang menghubungi rumah, membuat kabar itu menyebar ke telinga orang tua. Haribowo ikut bertindak. Ia menyuruh anak buahnya meringkus pelaku. Elang tak boleh lolos begitu saja meski sudah dihajar oleh Deryl sampai kesakitan.Afsana sampai dibawa ke rumah sakit karena takut hal buruk menimpa kesehatannya. Asih datang dan banyak bertanya mengapa semua itu bisa terjadi.“Afsa ditipu sama pembeli yang memesan dagangannya. Dia disuruh datang ke rumah yang nggak terurus. Di sana, dia hampir dilecehkan. Orang yang melakukannya adalah orang yang kukenal. Namanya Elang.”Deryl menjelaskan tanpa menyinggung nama Klara. Biarkan saja Elang yang menyeretnya nanti. Deryl begitu marah dengan pacarnya karena perbuatan itu bersumber darinya.“Bapak langsung mengurusnya tadi. Bisa-bisanya, dia jahat seperti itu. Afsa yang malang. Untung, dia nggak kenapa-kenapa. Hanya pingsan begini.”Asih mengusap kepala menantunya yang masih memakai hijab. Afsana terbaring di brankar dengan tangan yang terpasang
“Dengarkan aku baik-baik, sebelum kamu tanda tangan, pastikan kamu memahami perkataanku.”“Aku nggak akan menandatanganinya!” bentak Afsana walau suaranya lemah. Ia sengaja mengulur waktu dengan keadaan yang makin tak menentu.“Kalau itu maumu, baiklah.”Tangan lelaki itu bergerak ke bagian dada. Ia sengaja menakuti Afsana walau kenyataannya senang juga saat melakukannya. Elang mengincar kancing baju untuk dibuka. Padahal, hijab yang dipakai telah menutupi bagian itu.“Apa-apaan kamu!” Afsana berusaha menepis, tetapi tenaganya telah terkuras karena kesadaran yang kian menipis.“Oke, aku akan menghentikannya, tapi dengar permintaanku baik-baik. Kamu nggak ingin mendapatkan perlakuan yang lebih buruk dari ini, kan?” tekan Elang agar Afsana semakin tersudut.Napas terengah. Afsana hanya diam. Ia kesal, tetapi tak bisa berbuat banyak. Untuk bangun dari duduk pun terasa sulit.“Jadi, aku minta, kamu bercerai dari Deryl secepatnya. Jangan pernah berpikir untuk tetap ada di sisinya sebagai s
“Terima kasih, ya? Kamu sudah mau kuajak pergi berdua, terus datang ke tempat ini. Kamu benar, nggak mau nunggu kedatangan istrinya Deryl? Walau nanti kamu lihatnya sambil sembunyi-sembunyi. O ya, nanti kuambilkan HP-mu, hampir saja lupa.”Elang berbicara sambil tersenyum puas. Keinginannya telah terlampiaskan walau sekadar menyatukan dua bibir. Selebihnya, akan dilakukan setelah tugasnya selesai. Padahal, sudah dibawa ke rumah ini, tetap saja, Klara menolak.Soal ponsel, Klara menyerahkan dengan berat hati. Elang meminta syarat yang selalu bertambah setiap saatnya. Setelah dipertimbangkan, ponsel itu akhirnya berhasil disimpan oleh Elang selama Klara bersamanya.Kenapa malah aku yang jadi kayak bonekanya Elang? Sampai HP saja harus disita. Padahal, aku kangen banget sama Deryl. Tapi, semua kulakukan demi rencanaku berhasil. Walau Elang terlalu licik. Untung dia nggak memaksa lebih, hanya dicium. Elang harus berhasil menyingkirkan Afsana, baru, aku mau memberikan lebih untuknya.“Bena
“Ini Klara, aku melihatnya jalan bareng sama Elang. Jadi, demi kamu, aku membuntutinya diam-diam. Sampai di tempat yang sepi, ternyata mereka main curang di belakangmu begini, De.”Pesan dibaca di dalam dada. Ada bukti foto pula yang masuk bersama pesan itu. Foto yang di dalamnya menangkap dua orang manusia yang berbeda jenis sedang bercumbu mesra. Dua bibir telah menyatu.“Sial! Apa ini!”Deryl begitu gusar. Ia bangkit dari kursinya, tetapi di saat yang sama Haribowo menghampirinya.“De! Kenapa kamu?” tanya Haribowo ketika melihat raut wajah anak bungsunya begitu kusut.Meski amarah membuncah, di depan Haribowo, Deryl tak bisa berkutik. Apalagi, kemarahannya disebabkan oleh Klara—orang yang tak disukai oleh Haribowo—Deryl makin tak karuan.Kenapa di saat seperti ini, malah ada Bapak? Aku nggak mungkin bisa pergi seenaknya. Hari ini juga hari pertama kerja. Klara apa-apaan, sih? Kenapa di belakangku dia malah berbuat curang sama Elang? Sejak kapan mereka begini?“De, kok bengong? Gima
“Kamu benar nggak pernah berhubungan sama Afsa, kan?” tanya Najwa lagi karena merasa ada yang janggal.“Sudah kukatakan tadi kan, Mbak? Kenapa bertanya lagi?”“Soalnya aku merasa aneh, kenapa kamu sampai bisa bertanya seperti itu seolah ada yang telah mengungkapkannya kepadamu.”“Aku hanya berpikir sendiri tanpa aduan dari siapa pun. Jujur saja, aku kesal sama kamu, Mbak. Dari jawabamu, sudah jelas kalau kamu memang sudah menceritakan semuanya kepada Afsana tanpa sepengetahuanku. Padahal aku yang punya perasaan kepadanya, tapi kenapa kamu ikut campur segala.”“Aku keluargamu, kakakmu! Pantas kalau aku menginginkan yang terbaik untukmu. Untuk masa depanmu.”“Cukup. Kita berangkat sekarang dan kamu nggak perlu mengatakan apa pun lagi mengenai Afsana, Mbak.”Najwa membuang napas kasar karena hanya itu yang bisa dilakukan.***Ponsel berbunyi. Deryl malah mendesah kasar ketika tahu kalau Klara yang sedang meneleponnya.“Kenapa aku jadi kesal sama Klara begini?” gumamnya seraya menggulir l
Ternyata, Afsa menyentuh dan memegangku. Dia juga nggak mau mengungkapkannya kepada siapa pun. Bukan hanya aku yang telah menyembunyikan rahasia. Kami sama-sama melakukan hal tak terduga waktu tidur. Jadinya, impas, kan? Aku nggak merasa melakukan kecurangan sendirian.Ya, sejak tangan Afsana mendarat di wajah suaminya, Deryl memang sudah terbangun. Namun, ia sengaja bergeming dan tetap memejamkan mata membiarkan Afsana menyentuh bagian wajah, terutama pipi.Tapi, kenapa aku nggak menyingkirkan tangannya? Kenapa aku malah menikmati? Aku juga tersenyum setelahnya.Deryl mengubah posisinya. Ia meraih guling dan memeluknya. Lagi-lagi, Deryl tidak mau memahami apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Katanya benci, tetapi ada bunga-bunga bermekaran pula di dalam dada.Oh ya, soal sosok tadi malam, apa benar yang dikatakan Afsa? Walau aku juga mengalami hal yang agak ngeri, sih. Tapi, kenapa baru sekarang hal mistis itu terjadi di rumah ini?Mata telah dibuka. Namun, lelaki itu bergeming mem
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.