Share

Bab. 12. Es Cendol Dawet

Udara pagi tak lagi sesejuk tadi. Jauh lebih terasa hangat, karena cahaya yang mulai benderang seolah menyelimuti tubuh Arzan di tengah-tengah kelebat angin saat mengendarai motor. Semakin lama, tak lagi ada kabut yang menghalangi pandangan di sepanjang jalan. Membuat Arzan sampai lebih cepat dari perkiraan.

Assalamualaikum, Yah.” Arzan melangkah setelah mengucap salam. Dilihatnya tumpukkan plastik di dinding toko, rapi dan bersih karena ayahnya memang jauh lebuh telaten dari anak atau keluarganya yang lain.

Farhat yang mendengarnya pun langsung menjawab salam. Ia berhenti barang sebentar dari kesibukannya menata barang, lalu menyambut uluran tangan Arzan. “Tumben telat? Dulu, biasanya paling semangat.”

“Semalam kebagian tugas meronda, Yah. Aku tidur abis Subuh. Jadi, ya kesiangan.”

“Pantas,” timpal Farhat sambil berbalik membelakangi Arzan. “Ya, sudah. Bantu ayah beresin plastik dulu sana. N

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status