Share

Masa Lalu

Author: Uni Tari
last update Last Updated: 2025-01-30 22:45:04

Aldi yang semula diam karena terkejut, ia menggeleng sambil tersenyum, berusaha gembira di hadapan sahabatnya.

"Gue... gue bekerja sama dengan salah satu perusahaan, yang di mana keuntungan itu mencapai miliaran."

"Hah, beneran? Wahh, selamat, Bro. Gue salut banget sama Lo!" Andika semakin merasa bahagia, ia memeluk Aldi dengan tawa, sedangkan Aldi memejamkan mata untuk mengikhlaskan semuanya.

"Saat aku sudah mengikhlaskan kamu, kenapa Tuhan malah mempersatukan kita berdua, Ran," gumam Aldi, ia ingin menyeruput kembali kopinya, tapi ternyata sudah kosong, hanya tersisa hampasnya saja.

Pria itu tersenyum miring, ia bingung dengan permainan Tuhan yang diberikan padanya. Takdir apa ini? Dulu Ia ambil kekasih hatinya, sekarang Ia mengambil sahabatnya.

"Andai waktu bisa berputar kembali, bisa kan kita mencintai wanita yang berbeda? Mungkin dengan itu kita akan bahagia sekarang, An."

Aldi kini hanya bisa menghela napas pelan. Semuanya telah terjadi, ia kini memiliki kekasih yang dulu telah lama pergi. Tapi sekarang, sang sahabat yang meninggalkan dirinya pergi untuk selamanya.

Antara sedih dan bahagia yang Aldi rasakan. Ia masih sungkan pada Andika jika untuk berbuat semaunya pada Rania. Padahal kini, wanita itu sudah menjadi miliknya seutuhnya.

***

Hari Senin datang, semua orang sibuk di meja masing-masing, begitu juga dengan Rania yang sedang berkutik dengan pekerjaannya.

Ia kemudian membuka laporan, ada satu yang harus ditandatangani oleh Aldi. Wanita itu masih ragu untuk bertemu dengan suaminya itu, bahkan sejak kemarin ia tidak melihat Aldi. Tidur pun terpaksa di kamar sang anak yang hanya ada satu kasur kecil yang hanya cukup untuk Azka saja.

"Heh, anak baru. Beliin gue kopi, dong."

Rania menatap perempuan yang ada di depannya itu. "Ini kan masih jam kerja, nanti aja pas istirahat ya."

"Kalau gue bilang sekarang ya sekarang. Gimana sih."

"Iya tapi, kan—"

"Lo mau dipecat dari sini?" Perempuan bernama Nita itu mendekat. "Lo tau, kalau gue ini keponakan Pak Susanto."

Melihat kesombongan perempuan itu, ingin sekali rasanya Rania berkata bahwa ia lebih berkuasa di sini karena dirinya adalah istri dari seorang bos.

Tapi, urung wanita itu lakukan. Ia juga tak mau mengakui kalau dirinya adalah istri Aldi. Masih tak percaya rasanya bahwa dia sekarang sudah menikah untuk yang ke dua kalinya.

"Iya aku beliin. Uangnya?" Wanita itu menadahkan tangan pada Nita.

"Ya pake dulu uang Lo, lah."

Rania berdiri dengan tangan yang sedikit menggebrak meja. Kemudian pergi dengan wajah yang masam.

Panas terik membuat dia semakin emosi, ditambah lagi tempat untuk membeli kopi antri. Makin pusing Rania rasanya.

"Nyebelin banget, huh! Semoga dia yang kena pecat. Kok ada orang modelan begitu."

Sambil ngedumel, Rania menunggu antrian. Sampai akhirnya ia mendapatkan es kopi itu dan kembali ke kantor.

"Uangnya?" Rania kembali menadahkan tangan saat kopi itu sudah berada di tangan Nita.

"Apa? Uang? Ya Lo yang beliin lah, lawak kali minta uang segala." Nita mendelik sambil berlalu dari hadapan Rania. Membuat wanita itu mengepalkan tangan, ingin rasanya ia mencopot sepatunya dan melemparkan pada kepala Nita.

Sedang kesal-kesalnya, seseorang memanggil Rania karena dicari oleh Aldi. Wanita itu semakin lesu rasanya, kenapa banyak sekali cobaan yang harus dicobain hari ini.

Ketukan pintu ia lakukan, kemudian masuk dengan menunduk. Sama sekali tidak menatap Aldi.

Pria itu yang menatapnya merasa aneh, kenapa Rania hanya diam menunduk seperti keberatan beban di pundaknya itu.

"Dokumen yang kemarin mana?"

"Yang mana?" tanya Rania balik, sambil tetap menunduk.

"Bisa gak kalau lagi bicara angkat kepala terus tatap lawan bicara kamu."

Dengan cemberut Rania mendongak dan menatap suaminya itu.

Kening Aldi mengerut melihat itu, ia tak tau apa yang terjadi membuat wanita yang keras kepala itu diam dengan wajah yang masam.

"Kenapa kamu?"

"Gak papa."

"Gak papa kenapa cemberut begitu."

"Ya gak papa."

Aldi mengusap wajahnya sambil menggaruk kepala. Panjang urusan kalau sudah seperti ini.

"Ada yang ganggu kamu di sini?"

Rania berpikir, sepertinya asik kalau ia mengadu soal Nita yang seenak jidat memperlakukan dia tadi.

"Enggak, Mas. Cuma di sini kalau orang baru selalu disuruh sama harus ngeluarin uang buat beliin senior sesuatu gitu ya? Mana aku baru kerja belum gajian, malah dipalakin." Dengan nada yang disedih-sedihkan ia mengatakan hal itu.

"Siapa yang berani lakuin itu sama kamu?"

"Emm... namanya Nita."

"Nita?" Aldi menatap tajam ke arah pintu, kemudian ia bangkit dan pergi dari ruangannya.

Melihat itu Rania mengintip kepergian suaminya, ia cekikikan. Dia yakin, kalau Aldi akan memarahi perempuan licik itu.

"Ternyata begini rasanya jadi istri bos. Eh, kok?" Rania keceplosan, ia menutup mulutnya sambil pelan-pelan keluar dari ruangan Aldi untuk mengintip keadaan Nita setelah ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Kecupan Lembut

    *Pagi menyapa, Rania yang tertidur di kursi tunggu rumah sakit, ia dibangunkan oleh suster karena Aldi sudah siuman, dan orang yang pertama ia panggil adalah Rania. Wanita itu dengan cepat mengikuti suster untuk masuk. Ia duduk di samping sang suami sembari menggenggam tangannya. "Mas... kamu udah sadar.""Rania....""Aku di sini, Mas.""Kamu baik-baik aja, kan?" Suara Aldi masih pelan dan serak. Wanita itu mengangguk, air mata kembali luruh begitu saja. Ia mencium tangan sang suami dan memeluk tangannya. Rasa takut kehilangan tiba-tiba muncul, ia tidak mau kehilangan suami untuk yang kedua kalinya. "Harusnya yang berbaring di sini sekarang itu aku, Mas. Kenapa kamu malah ngalangin aku.""Karna aku takut kamu kenapa-napa.""Bodoh kamu, Mas!" ujar Rania, ia merasa sangat bersalah karena selama ini selalu menganggap Aldi tidak ada.Sedangkan pria itu hanya tersenyum menanggapi perkataan istrinya. Hari-hari berlalu, wanita itu dengan cekatan membantu sang suami. Dari menyuapinya ma

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Cemburu

    Rania turun dari mobil dengan wajah yang cemberut. Ia melangkah masuk kembali ke kantor tanpa mengatakan sepatah kata pun pada Aldi.Sedangkan pria itu hanya menggeleng pelan, kemudian ia menelpon seseorang untuk menyelidiki siapa pria yang tadi bersama Rania. Aldi rasa, mereka akrab sekali. Pria itu memutuskan untuk pergi, ia ada janji dengan seseorang yang akan ditemui sore ini. Sesampainya di hotel, pria itu langsung datang ke jamuan makan bersama yang sudah disediakan. Obrolan tentang bisnis dan kerja sama di dalamnya. Namun, ada satu perempuan yang sedari tadi menatap Aldi tak berkedip. Dia juga iseng mengambil minuman dan duduk di samping Aldi saat orang lain sebagian sudah pergi. "Kamu Aldi, kan?" tanyanya. "Hmm," jawab pria itu dingin. Perempuan itu tersenyum menggoda, ia mengibaskan rambutnya, kemudian menatap pria itu. "Kamu pasti sudah tau kan siapa aku?"Malas sekali Aldi rasa, harus meladeni perempuan yang sama sekali tidak menarik hatinya. Hanya buang-buang waktu s

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Bertemu mantan kekasih

    "Mmm, kita mau ke mana?""Ayo tebak. Mau ke mana?"Wanita itu menggeleng pelan."Nanti kamu juga tau."Rania mengangguk patuh. Sepanjang perjalanan ia tak banyak mengobrol. Mereka pun telah sampai di tempat yang dituju. Rania turun dengan tatapan penuh kerinduan pada tempat itu. Ia melirik pria di sampingnya yang sedang tersenyum, memberikan kode untuk ia menggandeng tangannya. Rania pun menerima tawaran itu, ia menggandengnya dan mereka memasuki area cafe yang banyak sekali kenangan di dalamnya. Mereka duduk, pria itu memesan makanan legend yang dulu selalu mereka pesan.Tak lama, pesanan itu pun datang."Nih, banana milk dengan steak ayam saus jamur. Kentangnya setengah matang, kesukaan kamu.""Kamu masih ingat?" tanya Rania. "Mana mungkin aku lupa makanan kesukaan kekasihku."Rania berdehem mendengar itu. Ia tak membenarkan apa yang dikatakan oleh pria bernama Irfan itu. "Oh, maaf. Maksudku, mantan kekasih."Rania mencoba tersenyum, ia kemudian menikmati makanan itu saat Irfan

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Pagi yang Indah

    "Pagi yang indah, istriku.""Hmm.""Gak mau bangun nih? Kayaknya enak banget ya tidur di pelukan aku.""Hmm?" Rania yang baru membuka mata itu mendongak, mengucek matanya dan kini terlihat jelas siapa yang berbicara. Aldi tersenyum menatap sang istri. Tangannya digenggam oleh tangan Rania yang sebelah kiri, sedangkan wajah wanita itu masih menempel di dadanya. "Apa aku bilang. Nyaman kan tidur di pelukan suamimu ini."Rania yang menyadari itu langsung menarik diri, ia merasa malu, kejadian itu terulang kembali. "Dasar modus!" umpatnya."Aku?" Aldi yang mendengar itu langsung duduk, ia mencondongkan tubuhnya kepada Rania, membuat wanita itu memundurkan tubuhnya."Kan kamu yang deketin aku duluan. Emangnya semalam gak ingat, apa yang kamu lakuin ke aku? Bahkan, seumur hidup pun aku tidak akan bisa melupakannya.""Memangnya apa yang aku lakuin?" tanya Rania cemas, sembari mengingat apa yang semalam ia lakukan. Perasaan dia tertidur pulas tanpa bangun sama sekali. "Kamu lupa atau pur

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Tidur bersama

    "Ya... takut aja. Kalau kayak waktu itu lagi, aku kan kalau tidur orangnya gak bisa diem. Di sofa aja sering jatoh kadang-kadang.""Hah, yang bener? Tuh kan... Udah, mulai sekarang, kamu tidur sama aku di ranjang. Jangan di sofa lagi.""Tapi—""Masih mau nolak?"Wanita itu mau tak mau mengalah. Ia akan pikirkan caranya nanti, biar tidak satu ranjang dengan sang suami tapi dia masih bisa tidur dengan pulas. ***Selepas bekerja, mereka kembali ke rumah. Azka sudah menunggu walaupun malam mulai larut. Anak kecil itu ingin mengobrol dulu dengan sang ayah. Ia berteriak gembira saat keduanya masuk ke rumah. Mbok Nem meminta maaf karena tidak menidurkan Azka seperti biasa, ia mengeluh bahwa Azka selalu ingin menunggu keduanya untuk pulang.Rania memaklumi, ia meminta Mbok Nem untuk istirahat lebih dulu. Malam ini ia yang akan menemani Azka tidur. Makan malam sudah tersedia, karena dingin wanita itu memanaskannya kembali. Walupun Aldi berucap tidak perlu karena takut sang istri merasa lela

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Pembelaan

    Sepanjang malam Rania tidur hanya sebentar-sebentar, setakut itu dia jika sampai kebablasan dan tidur dalam keadaan memeluk Aldi. Alhasil, pagi ini saat bekerja ia mengantuk, sesekali menguap dan berakhir tertidur dengan beralasan tangan di meja. Nita yang baru selesai mengambil air, ia melihat Rania yang sedang terlelap. Tanpa pikir panjang ia menyiramkan airnya, membuat wanita itu langsung terbangun. "Enak banget Lo ya tidur di kantor, yang lain pada kerja.""Aku....""Kerja. Jangan makan gaji buta!"Nita tersenyum miring melihat wanita itu yang basah kuyup, kemudian kembali ke mejanya. Bukan kerja, tapi malah memainkan ponselnya.Karena basah, wanita itu memutuskan untuk pergi ke toilet, ternyata di sana ada Aldi yang juga baru keluar dari kamar mandi. Pria itu memperhatikan sang istri, ia pun bertanya kenapa bisa seperti ini. "Siapa yang lakuin ini ke kamu?""Nita." Dia sangat ingin rasa memberikan pelajaran pada perempuan itu, jika dia memberikan kesedihan pada sang suami, Ra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status