Share

Bab 33 Strike Bima

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2025-10-14 11:59:48

Ruangan kafe mewah di kawasan Kemang itu tiba-tiba tercekat aroma pahit biji kopi Toraja yang kuat, bercampur dengan ketegangan yang pekat. Nuansa klasik yang disajikan kafe, dengan interior dominan kayu gelap dan cahaya temaram, justru terasa dingin dan kaku malam itu.

Dr. Bima, mengenakan setelan jas kasual berwarna abu-abu, menatap residen asuhannya, dr. Kevin, dengan ekspresi tenang namun tanpa emosi yang terlihat. Di sisi lain meja, dr. Kevin, dalam balutan kemeja berwarna biru muda, tampak lebih gelisah, meski berusaha keras menyembunyikannya. Udara seolah menebal, mengisi setiap celah di antara mereka, mengisyaratkan suatu konfrontasi yang tak terhindarkan.

"Tinggalkan Lidia, Kev," ucap Dr. Bima dengan suara rendah, nyaris tanpa intonasi, namun tegas menusuk. Matanya yang tajam menancap lurus pada Kevin, seolah membaca setiap gelombang pikiran di balik raut wajah residen muda tersebut.

Kevin mengangkat alisnya sedikit, rasa terkejut jelas terlukis pada raut wajahnya, disusul de
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 61 Kemarahan Tanpa Daya

    Lidya melempar ponselnya ke sofa, melampiaskan amarah yang membara di dadanya. Panggilan dari Wulan baru saja selesai, dan kabar bahwa Vito—sahabat sekaligus residen favoritnya—dipaksa menjadi mata-mata Bima karena skandal foursome telah membakar hatinya. Wulan memang tidak tahu detail pemerasan itu, tetapi ia yakin bahwa Bima telah menggunakan aib Vito sebagai tuas untuk menekan pemuda itu agar memata-matai, atau lebih tepatnya, mengawasi gerak-gerik Kevin. Sebuah strategi kotor yang membuat Lidya mengepalkan tangan, murka membanjiri benaknya. Ini tidak bisa dimaafkan. Bima sudah terlalu jauh mencampuri kehidupannya dan orang-orang di sekelilingnya.Saat pintu apartemennya terbuka, Lidya sudah berdiri tegak, membiarkan mata menyalanya memperlihatkan emosi yang berkecamuk dalam dirinya. Dr. Bima masuk, dengan gerakan yang selalu elegan, melepas jas rumah sakitnya. Aura tenangnya, aroma parfumnya yang maskulin, kini terasa provokatif dan memuakkan bagi Lidya. Ia hanya ingin tahu penjel

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 60 Karma dan Pembelaan Setia

    Vito mengaduk kopinya dengan sendok kecil, bolak-balik. Gerakannya pelan, seperti enggan membangunkan pantulan wajahnya sendiri di permukaan cangkir. Di sana, di cairan cokelat gelap itu, ia melihat bayangan dirinya yang pucat dan lelah, matanya sayu, seolah ada beban berat menekan jiwanya hingga nyaris penyok. Malam itu seharusnya indah. Ia dan Wulan punya janji. Tapi sejak keluar dari ruang Dr. Bima tadi sore, rasanya seperti ia sudah menandatangani kontrak dengan iblis. Jiwanya dijual, harganya adalah sebuah rahasia busuk dan ketakutan abadi.Wulan duduk di hadapannya, tangan menopang dagu. Matanya tajam, alisnya berkerut sampai seperti mengunci simpul mati. "Kamu aneh, Vit. Banget malah. Ada apa sih? Habis dipanggil Bima, ya?" Wulan melirik arlojinya. "Kayaknya sudah lumayan lama dari jam itu, deh."Vito mengangguk perlahan, keragu-raguan terpampang jelas di raut mukanya. Tenggorokannya terasa kering, rasanya ada sesuatu yang mengganjal. “Ya… aku baru dari ruangan Bima,” katanya l

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 59 Ancaman Sang Pembimbing

    Cahaya keemasan mentari pagi yang baru menembus jendela tinggi, memantulkan sinarnya pada interior megah ruang kerja Dr. Bima. Meja jati kokoh yang diletakkan di tengah ruangan menampilkan desain minimalis namun elegan, dihiasi perangkat komunikasi canggih dan tumpukan berkas yang tertata rapi. Aroma kopi baru menyebar tipis, namun ketenangan itu semu. Dr. Bima, dalam jas kerjanya yang mahal, duduk tegak di kursinya, tatapannya tajam. Di sofa depan, dengan postur tegap yang serupa, duduk Dr. Alvin, wakil direktur Rumah Sakit Cendekia Medika, lengan kanannya yang setia dan cekatan. Kehadiran Alvin menambahkan lapisan gravitasi pada suasana yang sudah mencekam.“Panggil Dokter Residen Vito, sekarang,” perintah Dr. Bima, suaranya tenang namun mengandung otoritas yang tak terbantahkan. Tanpa sepatah kata, Alvin mengangguk, mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, dan menelepon. Dalam hitungan menit, arahan itu terlaksana.Pintu terbuka dengan gesekan pelan, dan Dr. Vito melangkah masuk. Eksp

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 58 Rahasia Terbuka

    Di dalam ruang kerja Dokter Raditya yang tertata rapi namun kini terasa berat oleh ketegangan yang pekat, Dokter Raditya menatap Kevin dengan tatapan tajam, menguak kebenaran yang selama ini terkubur dalam-dalam. Kevin duduk membeku di hadapannya, aura ketidakpercayaan menyelimutinya seiring setiap kata yang terucap. Dokter Surya, yang turut hadir dalam pertemuan krusial ini, hanya mengamati, membiarkan Raditya menyampaikan rentetan fakta yang siap mengguncang fondasi pemahaman Kevin."Jadi, ibumu tak pernah memberitahumu kalau kau memiliki hak atas Rumah Sakit Cendikia Medika ini, Kevin?"Dokter Raditya bertanyaPertanyaan itu melayang di udara, membawa bobot realitas yang baru bagi Kevin. Ia menggelengkan kepalanya perlahan, ekspresi kebingungan terpahat jelas di wajahnya, seolah menolak untuk menerima fakta sepenting itu secara tiba-tiba."Tidak, Dokter. Saya tidak pernah menerima informasi semacam itu. Tapi bagaimana mungkin itu terjadi? Ini... ini benar-benar di luar dugaan dan pe

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 57 Mertua Yang Ramah

    Aroma masakan rumahan yang kaya bumbu menguar lembut dari dapur dr. Asri, ibunda Bima. Di meja makan bundar, cahaya mentari sore menerobos masuk, menyelimuti Lidia yang terlihat sedikit lelah, sisa-sisa energi terkuras usai shift jaga yang panjang di Cendikia Medika. Ia sedang menata peralatan makan di samping Bima yang baru saja tiba di rumah dengan raut wajah serupa."Lidia..." panggil Asri lembut, tatapan sayangnya tak lepas dari menantu barunya. Wajah dan tuturnya yang lembut, kecerdasannya yang tak diragukan telah memikat Asri sejak Bima mengenalkannya lebih dekat, jauh sebelum putranya akhirnya nekat mengikat janji suci secara rahasia. Perasaan itu diperkuat dengan fakta bahwa Bima kini tampak jauh lebih tenang, meskipun terkadang masih bengal dalam urusan di luar pekerjaannya. Untuk saat ini, Asri hanya ingin putranya—Bima—bahagia, tak perlu khawatir soal jodoh lagi. Terutama Bima. Dia yakin Lidia adalah sosok yang tepat untuk 'mengkhatamkan' Bima.

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 56 Teka-teki Rumit

    Senja mulai redup, membiaskan cahaya jingga pucat di lapangan basket Cendikia Medika yang lengang. Udara terasa lebih sejuk, tapi wajah Kevin masih terlihat 'leleh' —lesu, sisa-sisa energi habis setelah tugas jaga maraton. Botol lemonadenya tinggal seperempat, sama seperti semangatnya yang mau-tak-mau harus nongkrong bareng Kaiden yang masih sibuk mengetuk-nuk bola basket di tepian lapangan, Vito dengan bungkus bakwan kosong di tangannya, Gerald yang sibuk nyemilin keripik singkong, dan Franda yang tadi dari tadi sibuk mengamati teman-temannya yang kusut masai itu."Gila, jadwal ini bikin kepala gue pengen pecah," keluh Vito, menyenderkan punggungnya ke tiang basket. "Bima ini kenapa sih, bikin pusing kepala tujuh keliling.""Dokter Bima kan nggak suka dengan orang yang pacaran atau punya hubungan pribadi-lah sama sejawat," timpal Gerald lagi, mengangkat plastik bakwannya seolah itu bukti konklusif.Kaiden menangkap bola yang tadi didribelnya. "Tapi masa s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status