Share

2. SETELAH MALAM ITU

Setelah permainan panas berakhir, Adrian tertidur begitu saja–meninggalkan Nada termenung. Beberapa saat, ia menangis. Bahkan, saat pergi dari ruang kerja Adrian, ia masih bercururan air mata. Dipanggilnya taxi dan megurung diri di kamar.

Padahal, Nada sangat menyayangi dan menghormati Adrian. Saat sedang kesal atau kecewa, pamannya itu akan menjadi tempat pelarian Nada.

Adrianlah yang terus menjaga dan menguatkan Nada selama ini.

“Kenapa Om? Kenapa Om melakukan hal itu pada Nada?” lirihnya.

***

“Shit.” Adrian mengaduh, ketika kepalanya terasa sangat berat.

Perlahan, dia memindai sekelilingnya.

Pria berumur 33 tahun itu bangkit dari sofa. Ia memikirkan kenapa dirinya bisa terbangun di ruang kerjanya?

Semalam, Adrian sedang mengobrol bersama Sindy sembari minum berdua karena sudah hampir tiga bulan tak bertemu.

Hanya saja, tak ada yang dia ingat selepas wanita itu meminta izin untuk pulang karena mendapatkan panggilan dari manajernya.

Adrian pun memutuskan pulang dan meraih ponselnya. Namun, matanya seketika membulat ketika mendapati Eva yang ternyata menghubunginya hingga puluhan kali!

“Gawat.”

Adrian langsung bangkit dan segera pulang menuju rumahnya. Sekitar tiga puluh menit, ia pun tiba di kediaman sang ibu angkat.

Terlihat Eva sedang melakukan sarapan pagi dan menatapnya dingin. “Semalam kamu ke mana, Adrian?” tanyanya.

Adrian menjilat bibirnya yang terasa kering. Kemudian dia berdiri tegap di hadapan Eva.

“Maaf, Ma, sepertinya aku kelelahan dan aku tertidur di ruanganku,” jawab Adrian cepat.

Eva mendesah, “Apa benar? Bukannya kamu bersama dengan wanita itu?”

Mata Adrian terpejam dalam, bahkan dia merapatkan bibirnya. Wanita yang dimaksud Eva pastilah Sindy.

“Kami hanya berbincang melepas rindu sebentar. Setelahnya, aku ketiduran.”

Kini Eva meletakkan sendok dan garpunya. “Sudah Mama katakan kalau kamu dilarang untuk meninggalkan acara. Pak Calvin terlihat sedikit kesal, saat kamu tidak menemuinya di akhir acara.

“Wanita itu memang membawa pengaruh buruk untukmu,” cibir Eva tak suka.

Memang sejak dulu, Eva tidak merestui hubungan Adrian dan Sindy.

Alasannya karena Sindy adalah seorang publik figur, sedangkan Eva menginginkan semua anaknya memiliki istri dari non kalangan pengusaha atau publik figur.

Seperti Clara—istri Andre— yang saat itu berprofesi sebagai guru.

“Ma!”

Eva langsung merentangkan tangannya ke arah Adrian, “Stop! Mama tak ingin mendengar pembelaanmu. Cepat bersiap karena ini hari pertamamu menjabat sebagai pimpinan Victory Grup!” perintahnya.

Tidak ingin membantah ucapan sang ibu angkat yang sudah sangat berjasa pada Adrian, pria itu pun pergi. Dia segera bersiap untuk kembali ke tempat kerjanya dengan penampilan yang lebih layak.

Hari pertama menjabat sebagai CEO berjalan dengan lancar. Walau dia merasa sedikit kaget dengan aktivitas barunya ini. Adrian bahkan baru tiba di apartemennya saat menjelang malam.

Baru saja duduk, panggilan dari Ratna—seorang ART di rumah utama–mengagetkannya.

Meski lelah, Adrian pun memilih segera pulang.

“Serius, Mbak, Nada tidak makan sejak pagi?” tanyanya begitu tiba di sana.

“Iya, Mas. Saya sama Nyonya sudah coba bujuk Nada untuk makan, tapi dia selalu bungkam. Bahkan, makan pagi dan siang yang saya taruh di kamarnya tidak disentuh sama sekali. Saya takut dia kenapa-kenapa, apalagi dia punya penyakit asam lambung, kan,” kata Ratna khawatir.

Adrian mendesah, lalu dia segera menuju kamar Nada.

Diketuklah daun pintu kamar gadis itu dan Adrian segera masuk ke dalam. Terlihat Nada sedang meringkuk di balik selimut.

“Nada, ini Om Ad—”

Belum juga Adrian melanjutkan ucapannya, Nada langsung bangkit. Dengan cepat, dia meraih lampu yang terletak di atas meja. Sedetik kemudian, dia melemparkan lampu tersebut pada Adrian.

“Pergi kamu dari sini! Aku tidak mau bertemu denganmu. Pergi!” teriak Nada menjadi.

Adrian mematung di tempat, terlebih ketika melihat kondisi keponakannya. Baru kali ini, Adrian melihat sikap Nada yang seperti itu. Dengan cepat, Adrian langsung menghampiri dan memeluk keponakannya itu.

“Aku bilang pergi! Aku tidak ingin diganggu oleh siapa pun!” raungnya. Lagi-lagi, Nada langsung mendorong sang paman. Matanya sembab dan merah karena sejak malam terjaga dan menangis tanpa henti.

Sementara itu, Eva pun datang setelah mendengar teriakan Nada.

“Nada, kamu kenapa? Kemarin, kamu masih baik-baik saja. Apa ada yang salah?” tanya Eva dengan wajah yang khawatir.

“Aaaakk! Pergi!” jerit Nada yang langsung membanting apa pun yang ada di dekatnya.

Kondisi gadis itu benar-benar kacau sekarang.

“Nada, apa ada seseorang yang mengganggumu? Apa sesuatu yang buruk terjadi padamu?” tanya Eva lagi.

“Diam! Kalian berisik! Tinggalkan aku sendiri di sini!” raung Nada yang sudah tidak bisa dikontrol lagi.

“Ma, sudah, Ma.” Adrian langsung menarik ibunya menjauh dari Nada, “biar Adrian yang mengurus Nada.”

“Nyonya, Mas Adrian, sebaiknya kita ikuti kemauan Nada. Biarkan dia sendiri di sini,” sela Ratna.

“Tapi—”

“Ayo, Mas, tolong kita keluar dan tinggalkan Nada sendiri di sini. Kalau tidak, dia bisa melakukan hal yang lebih ekstrim dari ini.”

Seolah sudah tahu dengan sikap Nada, Ratna meminta kepada mereka untuk menuruti kemauan Nada.

Akhirnya baik Eva mau pun Adrian, mereka mengikuti permintaan dari Ratna.

“Pasti sesuatu terjadi padanya, Ratna. Sikapnya sama seperti enam tahun lalu, saat kejadian itu,” ucap Eva panik.

Ratna mengangguk, dia pun mengingat dengan jelas kejadian malam itu. Bahkan saat itu kondisinya lebih parah dari ini.

“Sebentar, maksud kalian apa?” sela Adrian tak paham.

Eva mendesah, dia merasa sangat lemas melihat kondisi cucunya. Namun, di saat seperti ini tidak ada yang bisa dilakukan oleh mereka.

“Saat itu kamu tidak ada, Adrian. Kamu masih bekerja di luar negeri,” ucap Eva, “enam tahun lalu, Nada hampir diperkosa oleh gurunya sendiri.”

“APA?!” pekik Adrian yang tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Hampir, Mas. Untungnya, saat itu ada Nicko, pacar Nada yang menyelamatkannya. Tapi, mental Nada terguncang, sampai harus home schooling. Dia baru mau kembali bersosialisasi saat kuliah.”

Mendengar fakta itu membuat Adrian merasakan amarahnya memuncak. Kenapa dirinya tidak tahu tentang insiden separah ini? Ternyata dibalik wajah ceria Nada, gadis itu memiliki luka tersendiri di dalam dirinya.

“Terus sekarang? Apa insiden serupa terjadi kembali padanya?”

Ratna menggeleng, “Setelah keadaannya tenang, mungkin kita bisa menanyakan perlahan pada Nada.”

“Ya. Kita harus tenang. Aku juga sudah menelpon psikiater terbaik untuk menanganinya,” timpal Eva serius.

Sementara itu, hati Adrian tak tenang. Mengapa gadis kecil kesayangannya itu bisa menyimpan luka seberat itu dan tak pernah bercerita padanya?

BERSAMBUNG ....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Neysha Esha
awal yg seruuu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status