Share

2. SETELAH MALAM ITU

Author: mayuunice
last update Last Updated: 2023-08-25 20:39:58

Setelah permainan panas berakhir, Adrian tertidur begitu saja–meninggalkan Nada termenung. Beberapa saat, ia menangis. Bahkan, saat pergi dari ruang kerja Adrian, ia masih bercururan air mata. Dipanggilnya taxi dan megurung diri di kamar.

Padahal, Nada sangat menyayangi dan menghormati Adrian. Saat sedang kesal atau kecewa, pamannya itu akan menjadi tempat pelarian Nada.

Adrianlah yang terus menjaga dan menguatkan Nada selama ini.

“Kenapa Om? Kenapa Om melakukan hal itu pada Nada?” lirihnya.

***

“Shit.” Adrian mengaduh, ketika kepalanya terasa sangat berat.

Perlahan, dia memindai sekelilingnya.

Pria berumur 33 tahun itu bangkit dari sofa. Ia memikirkan kenapa dirinya bisa terbangun di ruang kerjanya?

Semalam, Adrian sedang mengobrol bersama Sindy sembari minum berdua karena sudah hampir tiga bulan tak bertemu.

Hanya saja, tak ada yang dia ingat selepas wanita itu meminta izin untuk pulang karena mendapatkan panggilan dari manajernya.

Adrian pun memutuskan pulang dan meraih ponselnya. Namun, matanya seketika membulat ketika mendapati Eva yang ternyata menghubunginya hingga puluhan kali!

“Gawat.”

Adrian langsung bangkit dan segera pulang menuju rumahnya. Sekitar tiga puluh menit, ia pun tiba di kediaman sang ibu angkat.

Terlihat Eva sedang melakukan sarapan pagi dan menatapnya dingin. “Semalam kamu ke mana, Adrian?” tanyanya.

Adrian menjilat bibirnya yang terasa kering. Kemudian dia berdiri tegap di hadapan Eva.

“Maaf, Ma, sepertinya aku kelelahan dan aku tertidur di ruanganku,” jawab Adrian cepat.

Eva mendesah, “Apa benar? Bukannya kamu bersama dengan wanita itu?”

Mata Adrian terpejam dalam, bahkan dia merapatkan bibirnya. Wanita yang dimaksud Eva pastilah Sindy.

“Kami hanya berbincang melepas rindu sebentar. Setelahnya, aku ketiduran.”

Kini Eva meletakkan sendok dan garpunya. “Sudah Mama katakan kalau kamu dilarang untuk meninggalkan acara. Pak Calvin terlihat sedikit kesal, saat kamu tidak menemuinya di akhir acara.

“Wanita itu memang membawa pengaruh buruk untukmu,” cibir Eva tak suka.

Memang sejak dulu, Eva tidak merestui hubungan Adrian dan Sindy.

Alasannya karena Sindy adalah seorang publik figur, sedangkan Eva menginginkan semua anaknya memiliki istri dari non kalangan pengusaha atau publik figur.

Seperti Clara—istri Andre— yang saat itu berprofesi sebagai guru.

“Ma!”

Eva langsung merentangkan tangannya ke arah Adrian, “Stop! Mama tak ingin mendengar pembelaanmu. Cepat bersiap karena ini hari pertamamu menjabat sebagai pimpinan Victory Grup!” perintahnya.

Tidak ingin membantah ucapan sang ibu angkat yang sudah sangat berjasa pada Adrian, pria itu pun pergi. Dia segera bersiap untuk kembali ke tempat kerjanya dengan penampilan yang lebih layak.

Hari pertama menjabat sebagai CEO berjalan dengan lancar. Walau dia merasa sedikit kaget dengan aktivitas barunya ini. Adrian bahkan baru tiba di apartemennya saat menjelang malam.

Baru saja duduk, panggilan dari Ratna—seorang ART di rumah utama–mengagetkannya.

Meski lelah, Adrian pun memilih segera pulang.

“Serius, Mbak, Nada tidak makan sejak pagi?” tanyanya begitu tiba di sana.

“Iya, Mas. Saya sama Nyonya sudah coba bujuk Nada untuk makan, tapi dia selalu bungkam. Bahkan, makan pagi dan siang yang saya taruh di kamarnya tidak disentuh sama sekali. Saya takut dia kenapa-kenapa, apalagi dia punya penyakit asam lambung, kan,” kata Ratna khawatir.

Adrian mendesah, lalu dia segera menuju kamar Nada.

Diketuklah daun pintu kamar gadis itu dan Adrian segera masuk ke dalam. Terlihat Nada sedang meringkuk di balik selimut.

“Nada, ini Om Ad—”

Belum juga Adrian melanjutkan ucapannya, Nada langsung bangkit. Dengan cepat, dia meraih lampu yang terletak di atas meja. Sedetik kemudian, dia melemparkan lampu tersebut pada Adrian.

“Pergi kamu dari sini! Aku tidak mau bertemu denganmu. Pergi!” teriak Nada menjadi.

Adrian mematung di tempat, terlebih ketika melihat kondisi keponakannya. Baru kali ini, Adrian melihat sikap Nada yang seperti itu. Dengan cepat, Adrian langsung menghampiri dan memeluk keponakannya itu.

“Aku bilang pergi! Aku tidak ingin diganggu oleh siapa pun!” raungnya. Lagi-lagi, Nada langsung mendorong sang paman. Matanya sembab dan merah karena sejak malam terjaga dan menangis tanpa henti.

Sementara itu, Eva pun datang setelah mendengar teriakan Nada.

“Nada, kamu kenapa? Kemarin, kamu masih baik-baik saja. Apa ada yang salah?” tanya Eva dengan wajah yang khawatir.

“Aaaakk! Pergi!” jerit Nada yang langsung membanting apa pun yang ada di dekatnya.

Kondisi gadis itu benar-benar kacau sekarang.

“Nada, apa ada seseorang yang mengganggumu? Apa sesuatu yang buruk terjadi padamu?” tanya Eva lagi.

“Diam! Kalian berisik! Tinggalkan aku sendiri di sini!” raung Nada yang sudah tidak bisa dikontrol lagi.

“Ma, sudah, Ma.” Adrian langsung menarik ibunya menjauh dari Nada, “biar Adrian yang mengurus Nada.”

“Nyonya, Mas Adrian, sebaiknya kita ikuti kemauan Nada. Biarkan dia sendiri di sini,” sela Ratna.

“Tapi—”

“Ayo, Mas, tolong kita keluar dan tinggalkan Nada sendiri di sini. Kalau tidak, dia bisa melakukan hal yang lebih ekstrim dari ini.”

Seolah sudah tahu dengan sikap Nada, Ratna meminta kepada mereka untuk menuruti kemauan Nada.

Akhirnya baik Eva mau pun Adrian, mereka mengikuti permintaan dari Ratna.

“Pasti sesuatu terjadi padanya, Ratna. Sikapnya sama seperti enam tahun lalu, saat kejadian itu,” ucap Eva panik.

Ratna mengangguk, dia pun mengingat dengan jelas kejadian malam itu. Bahkan saat itu kondisinya lebih parah dari ini.

“Sebentar, maksud kalian apa?” sela Adrian tak paham.

Eva mendesah, dia merasa sangat lemas melihat kondisi cucunya. Namun, di saat seperti ini tidak ada yang bisa dilakukan oleh mereka.

“Saat itu kamu tidak ada, Adrian. Kamu masih bekerja di luar negeri,” ucap Eva, “enam tahun lalu, Nada hampir diperkosa oleh gurunya sendiri.”

“APA?!” pekik Adrian yang tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Hampir, Mas. Untungnya, saat itu ada Nicko, pacar Nada yang menyelamatkannya. Tapi, mental Nada terguncang, sampai harus home schooling. Dia baru mau kembali bersosialisasi saat kuliah.”

Mendengar fakta itu membuat Adrian merasakan amarahnya memuncak. Kenapa dirinya tidak tahu tentang insiden separah ini? Ternyata dibalik wajah ceria Nada, gadis itu memiliki luka tersendiri di dalam dirinya.

“Terus sekarang? Apa insiden serupa terjadi kembali padanya?”

Ratna menggeleng, “Setelah keadaannya tenang, mungkin kita bisa menanyakan perlahan pada Nada.”

“Ya. Kita harus tenang. Aku juga sudah menelpon psikiater terbaik untuk menanganinya,” timpal Eva serius.

Sementara itu, hati Adrian tak tenang. Mengapa gadis kecil kesayangannya itu bisa menyimpan luka seberat itu dan tak pernah bercerita padanya?

BERSAMBUNG ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Neysha Esha
awal yg seruuu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Terlarang Bersama Paman   99. JANJI

    Sebelum masuk ke dalam ruang persalinan, Adrian diharuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah itu dia segera masuk dan mendapati istrinya sedang merintih kesakitan.“Sayang!” seru Adrian segera menghampiri sang istri.Peluh sudah membasahi wajah Nada. Bahkan rambutnya pun terlihat basah oleh keringat yang sudah membanjiri tubuhnya. Adrian langsung menggenggam tangan Nada, yang sebelumnya ditemani oleh seorang perwat.Matanya menatap Nada yang nampak sedang berjuang menahan rasa sakit. Hatinya merasa tak tega, melihat istrinya begitu berjuang dengan susah payah untuk melahirkan nyawa baru yang akan menjadi warna tersendiri dalam kehidupan mereka.“Sayang, kamu bisa. Aku ada di sini,” bisik Adrian.Mendapatkan motivasi seperti itu, Nada merasa senang. Namun, dia tidak bisa menunjukkan dengan ekspresi wajahnya.“Ibu, sedikit lagi. Ini kepalanya sudah keluar,” kata sang dokter.Adrian melihat ke arah sang dokter yang membimbing persalinan istrinya.“Ayok, Bu. Sepertinya keda

  • Malam Terlarang Bersama Paman   98. PERSALINAN

    Nada sudah diizinkan untuk pulang. Kondisi kehamilannya sangat amat baik, janinnya pun terlihat sehat dan sudah diketahui jenis kelaminnya. Hanya saja Nada masih merahasiakan hal ini pada suaminya.“Sudah semua, Mbak?” tanya Nada.“Sudah.” Ratna baru saja mengunci pintu apartemen yang menjadi tempat singgah mereka selama di negara ini.“Baik, ayo kita berangkat. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Deven,” kata Nada.Ratna mengangguk, lalu tersenyum. Hari ini mereka akan pulang ke Indonesia. Sayangnya Adrian tidak bisa menjemputnya, karena ada agenda bisnis yang tidak bisa dia hindari.Selama beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka pulang dan disambut hangat oleh Deven dan Eva yang sudah menunggu mereka. Terlihat nenek dari Nada itu sudah menanti kedatangan cucunya.“Kamu sehat, Nada?” tanya Eva, yang masih terlihat segar, walau kondisinya harus selalu duduk di kursi roda. Usianya yang sudah senja, membuat kesehatannya menurun.“Sehat, Nek. Nenek bagiamana?” tanya Nada sambil m

  • Malam Terlarang Bersama Paman   97. GAGAL MENJADI SUAMI

    Sekarang mereka sedang berada disebuah restoran mewah. Mereka hendak makan malam bersama, menikmati makanan khas dari negeri gingseng. Namun, belum juga makanan tiba, Nada sudah izin untuk ke toilet.“Mamamu kenapa, Dev? Apa dia sakit?” tanya Adrian.Deven menggeleng, “Tidak tahu, Pa. Padahal biasanya tidak apa-apa.”Adrian menyipitkan matanya, tiba-tiba saja dia merasa sedikit ada yang janggal dengan istrinya. Sampai akhirnya Nada kembali dari toilet, dan Adrian tak lepas memandang Mitha. Bahkan saat makanan tiba dan mereka makan malam pun, Adrian terus memandang Nada.“Sudah selesai?” tanya Adrian, saat makana di hadapan mereka sudah habis.Nada dan Deven mengangguk. Adrian pun mengangkat tangannya, tak lama kemudian seorang pelayan perempuan mendatangi Adrian. Dia pun meminta tagihan atas makannya.“Silakan, Pak,” kata pelayan itu dengan bahasa Korea.Adrian menerima sebuah bill holder berwarna hitam. Namun, ada yang aneh dari barang itu, karena terlihat ada yang mengganjal. Hanya

  • Malam Terlarang Bersama Paman   96. HOLIDAY

    “Mama! Sepatu boots aku di mana?” teriak Deven pada sang ibunda.“Sudah Mama masukkan ke dalam koper, Sayang. Kamu pakai sepatu cats aja, ya,” timpal Nada, yang sedang menarik kopernya keluar dari kamarnya.Adrian terlihat mengekor Nada dari belakang, “Ini jaket tebal dan syal tidak sekalian masuk ke koper, Ma?” tanya Adrian, yang menenteng sebuah tas kecil yang berisi barang yang dikatakannya.“Tidak usah. Sampai Korea pasti kita butuh pakaian hangat. Di sana sedang musim dingin,” jawab Nada.Ya, keluarga bahagia ini hendak menuju negeri gingseng. Semenjak menikah, mereka belum sempat berbulan madu. Karena Adrian masih disibukkan dengan urusan pekerjaan.Di akhir tahun ini, Adrian memang sudah merencanakan untuk berlibur ke negara Korea Selatan bersama dengan orang yang dicintainya.“Nada, sudah tidak ada yang tertinggal, bukan?” Eva muncul dengan kursi rodanya. Mengingatkan pada Nada tentang barang yang dia bawa.Nada menoleh dan langsung tersenyum pada neneknya, “Tidak ada, Nek sem

  • Malam Terlarang Bersama Paman   95. ADIK UNTUK DEVEN

    Wajah Adrian dan Nada kini merah seperti kepiting rebus. Bagaimana bisa, mereka sedang bermesraan dan ketahuan oleh anak yang masih di bawah umur.“Ah … itu,” ucap Nada gelagapan. Dia melirik ke arah Adrian, memberikan isyarat untuk menjelaskan apa yang barusan kita lakukan tadi.“Mama jangan malu begitu. Ini bukan pertama kali aku melihat kalian seperti itu, kok,” aku Deven.Anak itu berjalan menghampiri ayah dan ibunya, yang sebentar lagi akan menikah secara sah.Mendengar pengakuan Deven, tentu membuat mata Nada membulat maksimal. Rasa malu kini mulai menjalar di sekujur tubuhnya.“Bukan pertama kali? Berarti sebelumnya pernah?” tanya Nada.Deven mengangguk, lalu masing-masing tangannya memegang tangan Nada dan Adrian.“Aku senang kalian bisa menikah. Aku senang, karena nanti aku punya papa asli!” ucapnya dengan wajah yang berbinar. Menatap Nada dan Adrian secara bergantian.“Akhirnya Mama tidak sendiri lagi nanti. Mama dan Papa akan sama-sama membesarkan aku. Walau kemarin aku sem

  • Malam Terlarang Bersama Paman   94. WEDDING DRESS

    Nada membelalakan mata, tatkala Adrian berkata demikian di depan publik. Dia ingat, kalau Adrian memang berniat untuk menikahinya. Namun, Nada tidak berekspektasi akan secepat ini. Apalagi ditambah cara dia melamar Nada di depan banyak orang. Tentu saja respon para audiens terlihat senang. Mata mereka nampak berbinar, lampu flash pada kamera juga tak henti-hentinya menyala. Tangan mereka sibuk dengan papan ketik pada keyboard-nya masing-masing. “Bagaimana, Nada?” tanya Adrian, yang menunggu jawaban dari wanita yang saat ini ada di hadapannya, “mau kah kamu menikah denganku?” Sekali lagi, Adrian memperjelas ucapannya. Khawatir Nada lupa dengan apa yang dikatakannya. Karena hampir lima menit Nada melongo, menatap Adrian. Seketika Nada mengerejap, lalu dia melirik ke arah audiens. Nampaknya mereka sama penasaran seperti Adrian. Bibir Nada mendadak terasa kering, dia pun menjilatnya. Irama detak jantungnya pun sudah mulai cepat. Seperti musik dengan irama cepat dan menggambarkan musik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status