แชร์

Bab 5. Dipecat?

ผู้เขียน: Syafitri Wulandari
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-18 11:51:14

Jessica sudah di rumah sakit, di mana ibunya dirawat. Ia sudah mengambil cuti selama dua minggu untuk merawat ibunya, hingga dirinya bisa bertemu dengan ibunya sekarang.

“Ibu,” panggil Jessica dengan lembut dan mata yang berkaca-kaca melihat keadaan ibunya.

Sang ibu langsung membuka matanya dengan perlahan, karena memang ia sangat menunggu kehadiran Jessica.

“I-ibu kangen kamu, Sayang. A-akhirnya kamu datang juga,” ucap Rahayu dengan suara lirihnya nyaris tak terdengar oleh Jessica jika ia tidak mendekatkan diri ke arah ibunya.

Rahayu tersenyum manis, tangannya terulur untuk menyentuh wajah anaknya. Jessica dengan cepat memegang tangan ibunya dan ia cium dengan lembut, menaruh tangan ringkih itu di pipinya. Semua alat medis sudah melekat di tubuh ibunya.

Miris sekali!

“Jessica pasti pulang untuk Ibu. Maaf Jessica terlalu sibuk sama kerjaan sampai gak memperhatikan kesehatan Ibu,” gumam Jessica dengan lirih.

Jessica tak dapat lagi membendung air matanya melihat kondisi ibunya yang seperti ini.

Bagas juga ikut menangis, ia sangat mencintai Rahayu. Ketakutan kehilangan Rahayu begitu menghantui dirinya setiap melihat wajah sang istri yang begitu pucat.

“Kamu harus sembuh. Mas dan Jessica butuh kamu,” ucap Bagas menimpali.

Rahayu mengangguk, ia tersenyum menatap suami dan anaknya yang paling ia cintai.

“Jessica akan temani Ibu di sini. Ibu harus melawan kankernya ya gak boleh nyerah,” gumam Jessica mencoba menahan nangisnya hingga bibirnya gemetar.

Tubuh ibunya yang sudah sangat kurus, bahkan terlihat kulit dan tulang saja semakin sesak dada Jessica dibuatnya.

“Jangan tinggalin Ibu,” bisik Rahayu yang tidak ingin Jessica meninggalkannya lagi.

“Iya Ibu Sayang.”

Bagas tampak lega melihat Rahayu memiliki semangat hidup kembali. Ia yakin istrinya akan sembuh jika didampingi oleh Jessica dan dirinya.

****

Sudah tiga hari Jessica menemani ibunya di rumah sakit, selama itu juga Rahayu menunjukkan tanda-tanda keadaannya mulai membaik.

Wanita itu juga sudah mau makan, membuat Jessica dan Bagas sangat bahagia. Tetapi jam 3 dini hari Rahayu drop, kesadarannya mulai menurun.

“Ibu tolong kuat hiks…”

Rahayu hanya menatap anaknya dengan pandangan kosong bahkan ia menggenggam tangan Jessica seakan tidak mau ditinggalkan.

Jessica menatap ibunya dengan sayu, dan mengangguk seakan berbicara : Jessica tidak akan meninggalkan Ibu.

“Jessica janji setelah Ibu sembuh kita akan liburan bersama, seperti impian Ibu waktu itu,” bisik Jessica di telinga ibunya.

Kanker leukimia stadium akhirnya menggerogoti tubuh ibunya yang kini hanya terlihat kulit dan tulang saja.

Dokter juga sudah menyerah dengan kondisi ibunya, dokter juga mengatakan jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu dengan ibunya mereka harus ikhlas.

“Ayah, aku gak mau kehilangan Ibu. Kenapa Ibu harus sakit seperti ini? Hiks…hiks….”

“Sabar, Sayang. Ayah juga gak mau kehilangan Ibu.”

Hati suami dan anak mana yang tidak hancur setelah mendengar penjelasan dokter tentang keadaan wanita yang mereka cintai?

Tak kuat melihat kondisi istrinya yang seperti itu, Bagas lebih memilih keluar dan menangis dalam diam di ruang tunggu.

“Rahayu tolong jangan pergi. Bagaimana Mas menjelaskan semuanya pada Jessica nanti,” gumam Bagas di dalam hati.

Jika bisa, ia ingin dirinya saja yang sakit bukan sang istri tercinta. Bagas tak sanggup jika harus kehilangan Rahayu.

Jessica panik, melihat tatapan ibunya yang sangat berbeda. Napasnya juga terdengar semakin berat dan sesak.

“Ibu dengar Jessica, ‘kan?”

Jessica bangun, ia terus memanggil nama ibunya. Jantungnya berdegup sangat kencang melihat monitor pendeteksi jantung ibunya semakin menurun.

“Ayah!”

“Ayah, tolong Ibu, Yah!”

teriakan Jessica dari dalam membuat Bagas langsung masuk kembali. Gurat kekhawatiran begitu terlihat jelas di matanya.

Deg…

“Kenapa, Nak? Ibumu kenapa?” tanya Bagas dengan panik.

“Ibu tiba-tiba lemas banget, Yah. Bahkan Ibu sempat sesak sebentar, setelah itu Ibu gak respon Jessica lagi, Yah. Tolong panggilkan Dokter, Yah,” ucap Jessica dengan menangis.

Bagas langsung memanggil dokter, jangan sampai pikiran buruknya beberapa hari ini terjadi.

Hingga dokter datang dan langsung memeriksa keadaan Rahayu. Dokter berupaya mengembalikan detak jantung pasien yang berhenti berdetak.

Tampak jelas dokter menghela napasnya dengan berat, menatap Jessica dan Bagas secara bergantian.

“Maaf kami sudah melakukan semaksimal mungkin tapi pasien tidak dapat tertolong,” ucap dokter turut berduka.

“Gak mungkin, Dok. Ibu saya masih hidup!” teriak Jessica histeris.

Jessica mencoba membangunkan ibunya, tetapi nihil Rahayu tak lagi merespon dirinya.

“Ibu,” teriak Jessica histeris memeluk jasad ibunya yang tak lagi bernyawa.

Hal yang sama dilakukan oleh Bagas. Pria paruh baya itu memeluk istrinya dengan menangis histeris.

“Rahayu jangan tinggalkan Mas. Mas mohon bangun,” pinta Bagas dengan terisak mengguncang tubuh Rahayu tetapi tetap saja tak ada respon sama sekali.

Jessica memeluk ayahnya, mereka menangis dengan pilu di sana.

Dokter dan perawat menatap iba ke arah keduanya, tetapi tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi karena Rahayu sudah menyerah dengan penyakitnya.

****

Jessica menabur bunga mawar merah di makam ibunya dengan perasaan yang begitu hancur.

Kini, tinggal ia dan ayahnya di sini. Rasanya Jessica masih tidak percaya jika ibunya sudah tidak ada di dunia ini. Ia merasa ini adalah mimpi buruk.

“Bohong kalau Jessica sudah sepenuhnya ikhlas, Bu. Kepergian Ibu begitu menyakitkan untuk Jessica dan Ayah.” gumamnya di dalam hati.

“Lihat Ayah, Bu. Ayah sangat kehilangan Ibu.”

Jessica mencoba tegar, walaupun hatinya hancur.

“Ibu kenapa ninggalin Jessica dan ayah?” tanya Jessica dengan tatapan yang begitu kosong pada makam yang masih basah itu.

Jessica harus kuat demi ayahnya, karena sejak kepergian ibunya entah sudah berapa kali Bagas pingsan karena belum bisa menerima semuanya. Kehilangan Rahayu tentu saja seperti kehilangan setengah jiwanya.

“Ayah, ikhlasin Ibu ya. Ibu sudah gak sakit lagi.” Jessica menatap ayahnya, mengelus punggung yang biasa kuat itu kini begitu ringkih.

“Ayah akan coba, Nak. Tapi kamu tahu sepenting apa Ibu di hidup Ayah,” sahut Bagas.

“Ayah ingin menemani ibumu, Nak. Dia gak pernah tidur tanpa Ayah.”

Sesak sekali Jessica mendengar ucapan ayahnya. Air matanya kembali menetes.

“Ayah gak boleh ngomong gitu. Ayah harus temani Jessica di sini.”

Ponsel Jessica bergetar di tasnya. Gadis itu menghapus air matanya dengan kasar, melihat siapa yang menelponnya membuat Jessica bingung.

Kenapa Pak Anton menelepon dirinya? Perasaannya menjadi tidak enak.

Segera Jessica mengangkatnya. Suara kemarahan supervisornya membuat wajahnya langsung pucat.

“S-saya dipecat, Pak?”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 6. Kesedihan Jessica

    Brak….Damian membanting dokumen di atas meja, darahnya mendidih karena kemarahannya yang memuncak.“Proyek sebesar ini bisa tertunda karena karyawan secondment di kantor pusat? Bisa-bisanya anda merekrut karyawan seperti itu untuk dipromosikan di sini Pak Anton?!” hardik Damian dengan tajam.Pak Anton menunduk ketakutan, kemarahan Damian adalah sesuatu yang sangat mengerikan untuknya dan seluruh karyawan di sini.“Pecat dia sekarang juga di hadapan saya! Saya tidak ingin di perusahaan ini ada karyawan yang tidak profesional sama sekali, libur seenaknya tanpa ada keterangan sedikit pun!” perintah Damian dengan tajam.“Dia pikir ini kantor miliknya!” lanjut Damian dengan emosi.Pak Anton mengangguk setuju, ia sudah sangat kecewa dengan Jessica yang menghilang begitu saja saat proyek besar itu berlangsung.Ia segera menghubungi Jessica, setelah sambungan telepon terhubung Pak Anton menekan speaker agar Damian mendengarnya.Pak Anton : “Jessica saya kecewa sekali dengan kinerja kamu yang

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 5. Dipecat?

    Jessica sudah di rumah sakit, di mana ibunya dirawat. Ia sudah mengambil cuti selama dua minggu untuk merawat ibunya, hingga dirinya bisa bertemu dengan ibunya sekarang. “Ibu,” panggil Jessica dengan lembut dan mata yang berkaca-kaca melihat keadaan ibunya. Sang ibu langsung membuka matanya dengan perlahan, karena memang ia sangat menunggu kehadiran Jessica. “I-ibu kangen kamu, Sayang. A-akhirnya kamu datang juga,” ucap Rahayu dengan suara lirihnya nyaris tak terdengar oleh Jessica jika ia tidak mendekatkan diri ke arah ibunya. Rahayu tersenyum manis, tangannya terulur untuk menyentuh wajah anaknya. Jessica dengan cepat memegang tangan ibunya dan ia cium dengan lembut, menaruh tangan ringkih itu di pipinya. Semua alat medis sudah melekat di tubuh ibunya. Miris sekali! “Jessica pasti pulang untuk Ibu. Maaf Jessica terlalu sibuk sama kerjaan sampai gak memperhatikan kesehatan Ibu,” gumam Jessica dengan lirih. Jessica tak dapat lagi membendung air matanya melihat kondisi ibu

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 4. Desakan Menikah

    Ponselnya terjatuh begitu saja, menimbulkan suara keras yang membuat Audy di sampingnya menatap panik. Apalagi wajah cemas Jessica sangat terlihat begitu jelas sekarang.“Ada apa, Jes?” tanya Audy menatap sahabatnya yang tiba-tiba saja menangis.Audy membantu mengambil ponsel Jessica yang terjatuh di lantai.“I-ibu, Audy. K-keadaan ibu semakin parah hiks…. Ayah memintaku untuk pulang secepatnya,” jawab Jessica bergetar.Jessica sangat takut kehilangan ibunya, sosok yang begitu baik kepadanya selama ini. Tanpa ibu dan ayahnya mungkin ia tidak akan sekuat sekarang.“Ya Tuhan…. Kamu gak usah pikirkan yang lain dulu, kamu bisa ambil cuti setelah ini, Jes. Yang terpenting kamu bisa ketemu ibumu. “ Audy memegang tangan Jessica dengan lembut, ia ikut merasakan ketakutan Jessica sekarang.Semoga ibu Jessica baik-baik saja setelah sahabatnya itu pulang untuk menemui ibunya.“A-aku gak mau kehilangannya ibu, Audy. Ibu sangat berharga buat aku hiks…”Audy memeluk sahabatnya, menenangkan Jessica

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 3. Teguran

    “Ceroboh!” cemooh Damian dengan tajam. Pria itu langsung melepaskan tangannya pada Jessica hingga gadis itu terhuyung dan hampir jatuh. Damian langsung meninggalkan Jessica begitu saja, sama sekali tidak menghiraukan Jessica yang terlihat begitu panik. “Huffhh…” Jessica bernapas lega karena Damian tidak mengenali dirinya padahal wajahnya sudah sangat tegang, takut Damian mengingat dirinya. ia mengelus dadanya dan kembali ke ruangannya. “Jessica kamu dipanggil Pak Anton ke ruangannya,” ucap Audy menghampiri sahabatnya. Wajahnya terlihat panik, karena ia sudah mendengar rumor tentang Jessica dan Pak Panji. “Ada apa ya?” tanya Jessica, perasaannya kembali tidak enak. Kenapa supervisornya memanggil dirinya? “Aku juga gak tahu, Jes. Kamu baik-baik saja, ‘kan. Rumor di kantor tadi bene—” “Gak Audy. Rumor itu sama sekali gak benar,” sanggah Jessica dengan cepat. Audy bernapas lega. “Syukurlah. Aku percaya sama kamu,” ucap Audy yang membuat Jessica tersenyum haru. Mata

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 2. Rumor

    “Hiks…hiks” Jessica membekap mulutnya, isakannya terdengar lirih. ia menatap Damian dengan sendu. Ada rasa sesal di hatinya, ketakutan mulai menghinggapi pikirannya, setelah ia bangun dan sadar jika kejadian semalam bukanlah mimpi. Jessica sudah mengecewakan kedua orang tuanya. “Hiks…. Ayah, Ibu, maafkan Jessica,” gumamnya dengan menangis lirih. Jessica berusaha menyingkirkan lengan kekar itu dari tubuh ringkihnya, dengan hati yang hancur ia bangun dari tidurnya, memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai, sebelum Damian bangun dan menyadari kehadirannya. “Ini kesalahan saya, Pak. Sebaiknya anda tidak perlu tahu siapa wanita yang sudah menghabiskan malam bersama dengan anda,” gumam Jessica lirih. Bagaimana jika semua orang tahu jika ia sudah menghabiskan malam Terlarang bersama Damian? Setelah kepergian Jessica. Damian membuka matanya dengan perlahan, ia meringis memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing. “Sialan!” umpatnya dengan kesal saat mengingat kejadian

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 1. Malam Terlarang

    Hotel Axelle 10.30 PM. Prok… Prok… Suara riuh tepuk tangan menggema di ballroom hotel saat sang presdir baru saja memberikan sambutannya kepada seluruh tamu undangan yang hadir. “Pak Damian keren banget!” teriak seluruh karyawan dengan semangat. Axelle Group adalah perusahaan besar yang bergerak di bidang teknologi itu mengundang seluruh karyawannya, di hari perayaan ulang tahun perusahaan yang ke-5 digelar begitu sangat mewah. Acara inti sudah selesai, seluruh karyawan kini menikmati hidangan yang sudah disediakan. Jessica menatap penuh kekaguman pada sang presdir, tak menyangka ia menjadi bagian dari perusahaan terbesar di kota ini. “Aku masih tidak menyangka kita berada di sini Audy,” celetuk Jessica tersenyum ke arah sahabatnya. Audy juga tersenyum, ia sama dengan Jessica merasa bangga dengan pencapaiannya, yang bisa diterima di perusahaan yang begitu disegani. “Kamu benar, Jes.” Audy menimpali dengan memeluk Jessica dengan erat. Keduanya sudah seperti kelua

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status