Share

Makan malam

Setelah makan maya diantar pulang oleh Doni, alasannya mudah Reno sibuk dan Jeo sedang berada dirumah sakit menjenguk neneknya, sebenarnya terselubung dihati Reno enggan namun bagaimana pekerjaan menyulitkanya.

"Nanti malam saya jemput, kamu hanya tinggal bersiap siap tak usah gugup juga keluarga kami sangat menjunjung tata krama dan kehormatan."

Maya Mengganguk ia tak menatap Doni, ia menatap jendela luar masih sore, tak terasa dua hari lagi ia akan menikah dan kehidupannya berubah, dua hari lagi akan jadi istri calon presiden sekaligus pemilik perusahaan tambang terbesar seasia dan dua hari lagi ia akan mengalami lika liku rumah tangga. 

Dua puluh menit perjalanan menuju rumah Maya, sampailah mereka kerumah yg bisa dikatakan sederhana namun sangat bersih dan tertata rapi diperjalanan tadi Maya dan Doni tak diam Doni mencoba mencairkan suasana dgn leluconya dan tentu Maya tertarik dan tertawa akan lelucon Doni, Maya merasa nyaman didekat calon kakak iparnya yg sangat mengerti wanita.

"gamau mampir dlu?."

Doni menggeleng ia bergegas masuk mobilnya dan menjalankanya,Maya menatap mobil Doni yg semakin lama semakin menjauh dan akhirnya hilang dari pandanganya.

"siapa tadi May?."

Maya kaget akan kedatangan nenek yg tiba tiba,tapi setelahnya ia merangkul nenek berjalan beriringan masuk rumah, ucapan nenek yg tak digubris maya membuat nenek semakin penasaran.

"calonmu?."

Maya menggeleng,ia lalu berhenti tepat diruang tamu ada kakek juga diruang tamu, maya menoleh ke nenek.

"Nek nanti malam dandan yg cantik,ada pertemuan keluarga, nenek kakek serta Maya diundang dan wajib datang"ucap mawya meyakinkan,ia tahu bahwa nenek akan menolak, jujur nenek sangat tak menyukai bertemu orang lain apalagi kalangan atas nenek sempat memalingkan wajahnya beberapa menit namun akhirnya menatap wajah Maya lagi, nenek mengganguk.

Maya berseru senang dan memeluk nenek, lalu menciuminya Maya benar benar tak menyangka nenek akan setuju.namun dibalik omongan nenek yang setuju, sebenarnya dirinya menolak hasratnya enggan tapi setelah melihat raut muka Maya yg letih kerja banting tulang belum lagi kuliah, nenek tak tega jadi ia menyimpan hasratnya kuat kuat dan menuruti keinginan Maya setidaknya hanya ini yg mampu nenek berikan untuk Maya.

Maya kembali menciumi nenek untuk yg terakir kali, dan pamit untuk mandi setelah mandi Maya kekamar ia merubuhkan tubuhnya Maya menatap langit langit rumahnya lalu beralih menatap jam dinding 5,30 ,Maya menghembuskan nafas pelan memejamkan matanya, ia gugup untuk bertemu keluarga konglomerat belum lagi saat ini Maya tak punya gaun apalagi make up,ia bingung harus pakai apa diacara nanti.

18.00 Maya membuka matanya, ia mendengar suara adzan magrib lalu bergegas mengambil air wudhu setelahnya Maya memakai rukuh dan menunaikan Sholat, dalam doanya ia selalu meminta jalan yg benar.

Setelah sholat Maya merapikan rukuh dan bergegas memilih baju ia tak bisa santai santai ,jam delapan nanti Doni akan menjemputnya jika tak bergegas maka pilihan bajunya pasti salah, Maya membuka lebar lemari kayu tuanya dan menatap beberapa baju yg digantung Maya mengambil baju berwarna pink berlengan panjang bahkan bawahnya sampai menyentuh tumit, maya menatap dirinya dikaca bekas dengan baju yg tadi ia pilihnya maya menggeleng ia lalu melempar baju sembarang arah.

"mau dinner apa mau jadi bu ustad"gumam Maya pelan.

Maya kembali memilih baju, baju warna biru lengan pendek selutut,Maya tersenyum jika melihat baju yg dipegangnya memori lama bersemi lagi, baju ini dulunya pemberian kakeknya semasa masih bisa bekerja maya berseru senang saking senangnya Maya tak sengaja merobek bagian perut, masa itu Maya masih duduk dibangku sma1 masa dimana ia masih bekerja menyetorkan gorengan neneknya. 

Setelah tak sengaja merobek bagian perut, Maya menangis sepanjang malam ia kesal karna dirinya tak mampu menjaga barangnya sendiri belum lagi baju itu hasil jerih payah kakek Maya merasa sangat bersalah, nenek dan kakek mencoba menenangkan bahkan kakek tak merasa sedih kakek bertekad akan membelikanya lagi mengingat gaun itu harganya memang murah, meski murah butuh 2bulan untuk kakek mengumpulkanya.

Nenek berinisiatif membuat cara lain, nenek mengambil gaun Maya tadi dan menjahitnya dengan kain hitam dirobekanya membentuk sebuah sabuk butuh dua puluhmenit nenek menyelesaikanya, namun akhirnya berakir mulus dan seperti apa yg dipikirkanya, gaunya terlihat lebih cantik, nenek menunjukanya pada maya dan maya tersenyum senang ia berhenti menangis.

...

Setelah mengingat itu Maya tersadar dan menetapkan pilihanya pada gaun biru ini Maya tersenyum dan segera memakainya.

Maya menatap dirinya dicermin ternyata gaunya masih sangat pas bahkan masih sedikit kebesaran, memilih baju sudah ia selesaikan sekarang yg menjadi kegelisahannya adalah make up meski Maya mengaku wajahnya begini saja sudah cantik tapi menurutnya make up itu sangat penting. 

Maya mengurai, rambutnya yg biasanya selalu dikucir kuda ia ingin sedikit berbeda hari ini, Maya menyisir rambutnya yg lurus dgn gelombang dibawanya sangat alami dan indah.

Tiga puluh menit Maya berkutat dengan penampilanya, lumayan menurutnya gaun biru dipadukan dengan sepatu pantofel wanita, jujur Maya tak punya sepatu hak tinggi ia terlalu sibuk untuk membeli barang barang wanita lainya, bukan mengapa tapi menurut Maya yg terpenting adalah bisa makan jadi setiap uang yg Maya dapat selalu dikelola dengan baik.

"May, ada yg menjemputmu"

Maya mengernyit lalu menatap jam

7,05 terlalu dini untuk ukuran menjemput makan malam tapi Maya tak masalah,  ia segera bersiap dan menuju depan kakek neneknya bahkan sudah siap sedari tadi.

"cantik"bisik Doni pelan ditelinga Maya, Maya yang mendengarnya pun tersipu malu lalu segera masuk mobil, Maya didepan bersama Doni, kakek nenenkya duduk dibelakang mereka saling diam sama-sama enggan bicara ralat enggan membuat suasana tepatnya.

Mobil Doni melaju keluar dari pekarangan rumah Maya meninggalkan sisa deruan asap mobil yang menggebu.didalam perjalanan sepertinya hanya Maya dan doni yang menikmati perjalanan mereka saling bercanda bertukar lelucon dan pada akhirnya tertawa bersama, melihat itu nenek merasa bersyukur setidaknya keluarga calon tak seburuk yang nenek pikirkan, mungkin.

Setelah dua puluh lima menit perjalanan yang melelahkan mereka akhirnya sampai dirumah bernuansa putih biru cantik, elegan, mewah ntahlah rumah yang sangat indah untuk dideskripsikan hingga tak ada kata yang pas untuk mewakilinya, kakek nenek serta Maya mereka sangat kagum baru kali ini mereka lihat rumah sebesar ini.

"jangan dilihat saja, mari masuk"ajak doni kepada kakek, nenek dan Maya, mereka bertiga mengganguk dan masuk mengekori doni.

Bukan luarnya saja dalamnya juga tak kalah megah bahkan jauh lebih megah, mereka melewati ruang tamu menuju ruang makan, ruangan yang sangat luas untuk sebuah ruang makan sangat berbeda dari ruang makan rumah Maya yang hanya beralas tikar, lagi-lagi maya kagum bukan soal isi rumahnya lagi tapi makanan yang tersaji diatas piring-piring mewah dan mangkok-mangkok besar, ini terlalu banyak menurutnya.

"baru kali ini ada yang menginjakan kaki dirumahku dengan sepatu pantofel, apalagi dia adalah tamu makan malamku"

Ucapan seseorang membuyarkan lamunan Maya, omongan tadi memang ditunjukkan untuk Maya, Maya pun merasakanya ia menunduk lalu detik kemudian tersadar bahwa ia tak boleh lemah bagimanapun itu hanya angin kecil yang seharusnya tak ia masukn hati, ralat ia lebih merasa sadar Maya siapa.

"Duduklah tidak akan ada yang mengigitmu disini, jadi jangan takut"

Maya menatap sang empu, kagum dengan orang yang ditatapnya sangat cantik dan berkarisma sedetik kemudian Maya tersenyum padanya, sang empu bukanya membalas melainkan memalingkan wajah.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sitiwaniza Siti Sitiwaniza Siti
emm biasa nya orng kaya itu sombong
goodnovel comment avatar
Lia Helita
empu ? maksudnya empunya ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status