Share

Failed dinner

Maya melahap makananya pelan-pelan, makan sesopan mungkin yah meski kadang ia curi-curi pandang pada ayah mertuanya bukan tanpa alasan, ntah kebetulan atau memang ditakdirkan ayah mertuanya adalah idolanya seorang pebisnis sukses yang belakangan ini ia jumpai dimimpi ternyata lewat mimpi ia bisa bertemu dengan beliau langsung bahkan dengan keterikatan menantu dan mertua.

"sebaik apapun kau bertingkah tetap saja aksimu pasti kelihatan, pelacur kecil."Maya menatap wanita didepanya wanita yang ia tatap tadi, yang memberikan kata-kata pedas pada Maya, yang tak lain adalah calon mama mertuanya.

***

Maya pulang dengan perasaan hampa, makan malam yang menyedihkan berakhir dengan tangisan, ia menenggelamkan wajahnya pada bantal kusam yang mampu menghapus make up tipis yang dioleskanya, tak ada kata yang tepat untuk menggambarkan malam ini selain mengecewakan.

Hampir 2 jam Maya menangis ia terlelap karna lelah, lelah batin dan pikiran.

Besoknya maya bangun dengan keadaan lupa kejadian kemarin dan semangat untuk memulai hari, ia bersiap-siap berangkat kuliah tak lupa pamit dengan kakek nenek ntahlah nenek lebih banyak diam sejak kemarin Maya membiarkan nenek sementara mungkin nenek kecapean faktor umur atau malas bicara karna giginya sakit, Maya masih berpikir positif.

Setelah melewati jam-jam pelajaran kuliah dan membereskan bukunya Maya segera pergi ke tempat kerjanya.

"Mayanggg"teriak wanita disaat Maya baru memasuki area cafe tempat kerjanya, wanita centil nan lebay yang memangil maya tadi bernama alin sahabat karib Maya saat kerja, mereka kenal ketika maya melamar pekerjaan dicafe ini lalu akrab lah mereka, bak sodara kandung banyak yang bilang mereka kembar padahal sama sekali tidak terdeteksi kemiripan.

"lo dari mana aja kemarin tumben banget cuti"ujar Alin menggoda seperti berkata "habis fulltime dengan pacar?" namun kata-kata itu hanya bisa Alin sampaikan lewat ekspresi, karna ia takut kena jitak Maya sekali dijitak maka tak boleh membalas.

"habis ketemu pria tampan, berwibawa, dan yang pasti tajir melintir"ucap Maya jujur, Alin yang mendengarnya sedikit tak percaya.

"mana mungkin Maya sang terpelajar menemui lelaki seperti itu"

"terserah"Maya malas meladeni Alin karna pada akhirnya yang harus mengalah adalah Maya.

"Maya kamu ikut saya sebentar"Maya dan Alin sama-sama menatap lelaki didepanya dengan spontan kaget sekaligus bingung tiba-tiba bosnya sudah ada didepn mereka.

"Maya kamu dengar tidak?"tegas roy untuk kedua kalinya, Maya hanya mengganguk takut tidak seperti biasanya bosnya begini apakah ia melakukan kesalahan?, atau malah akan dipecat? Ntahlah Maya hanya mengikuti lalu tau apa yang akan bosnya bicarakan.

"semangat May, semoga kamu baik-baik saja dan kembali dengan sehat wal afiat"goda Alin disela kepergian Maya dan Roy, Maya menatap Alin garang sedangkan yang ditatap malah tertawa menggoda.

***

"kenapa ya pak?"tanya Maya membuka pembicaraan, mereka berdua duduk dikantor Roy siapapun yang pernah duduk disini pasti pernah merasakan antara diterima atau tidak, dipecat atau masih menetap sama halnya seperti ruang eksekusi.

"saya hanya ingin menyampaikan ini"Roy memberi amplop putih masih dengan raut  muka yang sama, Maya menatap heran amplop didepanya namun ia ambil karna takut akan menyinggung roy jika tak segera diambil belum lagi perubahan sikap Roy yang sangat berbeda.

"apa artinya dengan surat ini saya dipecat pak?"tanya Maya tiba-tiba sedari tadi ia menyimpan pertanyaan itu rapat-rapat namun pada akhirnya tak bisa dipendam setelah menerima amplop putih ini.tapii yang jadi pertanyaannya adalah alasan apa jika Maya dipecat, baru kemarin ia cuti apakah itu termasuk pelanggaran?, Maya masih tidak paham.

"ehh.. Bukan"sontak Roy menyelah dengan raut panik, segera ia membenarkan kesalah pahaman ini.

"lalu apa isi surat ini pak?"Maya masih tak paham, ia lalu membuka amplop tersebut namun tangan Roy lebih sigap menghalangi.

"jangan buka disini saya malu, buka saja dirumah."Maya bertambah bingung dengan tingkah Roy sungguh bosnya ini sangat aneh hari ini, salah makan kah?ntahlah Maya masih menduga-duga sikap bosnya.

"baik saya akan bilang apa isi surat itu, tapi, jangan dibuka disini buka dirumah saja."sejenak Roy mengambil nafas pelan lalu ia mulai berbicara lagi "saya mencintaimu sejak dulu Maya, bahkan sebelum kamu bekerja di cafe ini.Saya mencintaimu saat kelas 2 sma disaat kamu masih berjualan gorengan, jangan tanya kenapa saya bisa mencintaimu secepat itu karna saya pun tidak tahu jawabanya.Saya mencintaimu pada pandangan pertama Maya Magreta."

"a-apa?"Maya mengernyit heran memang ia sudah kenal Roy sejak kelas 2 sma namun tak pernah sadar bosnya ini menyimpan perasaan padanya bertahun-tahun, jika ditanya apakah Maya juga punya perasaan yang sama? Jawabanya adalah "itu dulu, saat saya masih labil dan belum dewasa."

"jadi saya tidak dipecat?"Maya bertanya padahal pertanyaanya sudah terjawab namum ia masih keukeuh.

"apa alasan saya harus memecat karyawan rajin sepertimu, Maya"

"lalu mengapa tadi bapak berekspresi seperti ini"Maya menirukan ekspresi seram Roy, Roy yang melihatnya lantas tertawa terbahak-bahak seolah lupa ia tadi gugup setengah mati. Maya memang pandai mencairkan suasana.

"itu karna saya gugup, memang saya semengerikan itu yaa ketika gugup?"Roy menyudahi tawanya lalu kembali serius namun tak segugup tadi, ternyata gugupnya membawa petaka untung Maya bukan tipe orang yang mudah ilfiell akan ekspresi orang.

"iya bapak nyeremin saya sampai takut"lagi-lagi Roy tertawa, setengah karna candaan Maya lebihnya menertawakan dirinya sendiri karna bertindak bodoh pada orang yang dicintainya.

"jadi apa jawaban mu Maya?, saya harap kamu memikirkan matang-matang dan bukan karna kasihan, saya tau umur kita berbeda jauh bahkan berselisih 18 tahun "

"meski berumur 35 tahun bapak masih tampan kok"ucap Maya sembari mengacungkan jempol, "bolehkah saya yang sebentar lagi menjadi istri memanggil lelaki lain tampan,"Roy tebelalak akan ucapan Maya antara bingung dan masih tak percaya, disana ia menangkap raut lugu Maya bukan sedih atau lesu yang didapat hanya raut kepasraan.

"saya tau kamu bukan orang yang suka berbohong tapi mendengar yang satu ini sepertinya saya tidak percaya"Roy masih menguatkan hatinya Berharap itu hanya omongan belaka, baru kali ini ia menyatakan cinta pada seseorang jika berakir begini lebih baik Roy tak menyatakanya sama sekali, biarlah rasanya terpendam seiring cintanya.

"saya sudah terikat kontrak itupun karna persetujuan saya, tidak ada salahnya menerima lamaran orang lain mungkin saja dia jodoh saya bahkan ketika kita baru bertemu."

"saya bisa memabantumu May"

"tidak usah, saya sudah banyak merepotkan bapak bahkan bertahun-tahun hidup dengan bantuan bapak, saya pamit"selepasnya maya segera beranjak dari tempat itu menyisakan Roy yang termenung sendirian menatap sedih dirinya sendiri.

"apakah ini berarti saya ditolak?"

***

"eh alhamdulah pulang dengan selamat"canda Alin sembari tertawa melihat raut kesal Maya.

"eh aku heran deh Lin sama kamu"

"ngapain heran gw kan juga sama-sama manusia May"ingin sekali Maya menjitak Alin saat ini juga namun ia urung dikala pembeli datang dan memesan kopi pada Maya.

"bukan gitu Alinaa, maksud aku tuh kamu kan kaya tuh cantik juga ngapain kerja di cafe kalo kamu butuh uang kan tinggal minta mamamu, atau kalau kamu ingin punya uang sendiri bisa jadi selebgram pasti banyak followersnya secara kamu kan cantik berbakat dan segala-galanya"ucap Maya sembari meracik kopi, memang apa yang diucapkan Maya benar keluarga Alin adalah keturunan politikus bahkan sekarang ayahnya menjabat jadi ketua partai belum lagi bisnis-bisnis yang dikelola ayahnya berkembang pesat dan tren dimana-mana.

"sebenarnya alasanya cuma satu sih May"Maya menatap Alin sekejap lalu berharap wanita itu tak menggantung ucapnya lama, Maya paling benci dengan rasa penasaran yang memuncak namun tak kunjung dapat jawaban.

"pak Roy Adena"pipi Alin langsung bersemu merah dan menunduk malu-malu, Maya yang melihat itu hanya tersenyum kecil sembali berkata dalam hati"ternyata Alin punya malu", namun ia juga tak menyangka bahwa Alin akan seterang-terangan ini bicara jujur, memang bukan pertama kalinya namun ini yang paling menggemparkan menurutnya bagaimana ia tak sadar ternyata dua orang yang suka menolongnya memiliki rahasia kecil yang sama dan terbongkar disaat bersamaan, mungkin mereka jodoh.

"Yaudah dekatin dong Alin, emang mau keduluan cewek lain?"Maya memberikan kopi racikanya pada pelanggan dan segera duduk disamping Alin, menatap wajah sedih Alin Maya merasa tak tega ia memberi semangat dengan menepuk pelan pundak Alin, ia tahu Alin pasti ditolak oleh Roy karna yang disukai Roy bukanya Alin melainkan dirinya seketika Maya merasa bersalah dan berharap Alin tak mengetahui pembicaraan kecil Roy denganya tadi.

"udah gw coba tapi emang pak Roy nya aja yang gak suka gw"sekali lagi Maya memberi tatapan iba pada Alin, sesayang itukah dia dengan seorang Roy bahkan mampu menghilangkan senyum Alin yanh setiap detik terpancar, namun kali ini tidak.

 "berjuang ae terus, fighting Lin tapi, kalo tuhan udah bilang pulang lu kudu berhenti"canda Maya mencoba menghibur Alin.

"itu mah namnya sia-sia"sontak keduanya tertawa dan melanjutkan candaanya meski sedikit Maya bisa melihat raut Alin yang mulai cerah kembali.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status