"nenek juga sama tak mengira waktu itu namun jangan menyalahkan dirimu, semua memang sudah ditakdirkan dan manusia tak dapat mengubahnya, semua orang bisa pergi kapan saja tak mengenal usia maupun siapa dia"nenek menatap jalanan yang kian ramai memulai aktivitas, ia jarang keluar rumah baginya ini adalah pemandangan baru karna melewati jalan yang berbeda.
"nenek benar mungkin aku saja yang terlalu lemah"Doni menyetir sambil mendengarkan nasihat nenek, berada didekat nenek membuatnya tenang dan bisa leluasa bercerita setelah sekian lama akhirnya ia kembali akrab dengan nenek setelah Maya meninggal, ia memang disuruh Jelin untuk menjauhi nenek semua demi kebaikan Maya agar tak curiga, namun sekarang Maya tak ada maka ia bebas bicara dengan neneknya
"kau benar kau memang lemah, kita semua lemah hanya saja kita mampu bangkit dari keterpurukan hingga bisa disebut hebat, kau terlalu mencintainya hingga tak bisa berpaling cobalah melihat sekitarmu banyak orang mengharapkanmu
"jika suatu hari Vely pergi, mama dan papa bisa istirahat tidak ya"gadis kecil berambut keriting kemerah-merahan itu menatap kedua orang tuanya yang tengah tidur beralaskan tikar ditengah malam yang dingin ini mereka rela tidur tanpa selimut, mereka hanya punya satu selimut dan selimut itu hanya bisa dipakai satu orang, mereka menyelimuti anaknya, mereka rela kedinginan asal anaknya tidak merasakanya"Vely kasihan melihat papa yang kerja terus gak ada istirahatnya, Vely juga kasihan ngeliat mama ngurus Vely terus padalan Vely kan gak nakal Vely cuma melakukan sesuai apa yang ada dipikiran Vely"gadis kecil yang menyebut dirinya Vely tersebut duduk disamping orang tuanya menatap wajah letih mereka karna seharian tak istirahat,"Vely yang penyakitan ini nyusahin ya Ma, Vely gak nakal kok Vely anak baik, cuma Vely gak bisa berhenti aja padalan Vely udah berusaha Ma, Vely gak mau nyakitin teman-teman ma, Vely cuma gak bisa berhentiin otak ini aja biar gak nyuruh Vely
"aku hanya ingin satu permintaan, ajak Marissa tinggal dirumah ini, anggap saja aku menebus dosa lamaku dan mengangap Marissa adalah Vely mereka sama, tuhan menkadirkanku bertemu Marissa untuk mengingatkanku akan dosa lamaku dan ini saatnya aku menebusnya, kumohon aku tak ingin terus merasa seperti ini"Jelin memegang tangan suaminya yang bergetar, melihat tangis pilu membuat Anton benar-benar tak bisa berbuat sesuatu, ia hanya diam sambil memikirkan keputusan yang tepat ia fak ingin gegabah dan salah langkah"kau harus makan, lalu kita kembali membahas ini jangan sampai sakit hanya karna masalah ini, kita hanya sedang diuji bukan diakhiri, tanglah Je, semua pasti ada solusinya"Jelin hanya diam air mata terus keluar dikelopak matanya, Jelin benar-benar kuat menangis hampir satu jam ia tak berhenti berteriak, marah dan memohon tentu dibumbui dengan tangisan yang begitu menusuk hati"bawa Marissa kemari, jika kau tak membawanya maka bawa Vely saja, aku ingin melihatnya, m
"aku takut, entah mengapa kau orang yang sangat mirip dari cara tersenyum hingga caramu berbicara"Jelin memeluk Marissa erat membiarkan gadis itu mendapat dekapan hangat dari ibu walau bukan ibu kandungnya, dengan lembut Jelin membelai rambut pirang itu, Jelin sedikit tenang bisa berada didekat Marissa bayang-bayang itu seperti hilang perlahan digantikan kesadaran, ia ingin terus seperti ini ia butuh sandaran untul menenangkanya."kau akan tinggal disini Marissa dan aku akan menjadi mamamu"Jelin tersenyum menatap pemandangan didepanya, ia akan memulai hidup baru dan menghilangkan dosa dalam dirinya, dengan kelurganya dan tentu dengan Marissa, Jelin tak perduli bahaimana nanti nenek melarang karna ia akan siap bertarung jika tentang Marisaa, Marissa adalah Vely tak ada seorangpun yang boleh membedakanya"aku tak ingin menjadi anakmu, aku ingin menjadi menantu mama"Marissa mengubah haluanya, jujur ia sngat senang karna akan tinggal dirumah ini dan akan memukan kebahagiaa
"aku tak pernah minta persetujuan kalian, meski aku yang akan diusir tak mengapa asal Marissa tetap disini"Jelin memegang tangan Marissa, ia takut penyakit itu benar-benar tak bisa ditangkal, ia terkejut disaat yang bersamaaan penyakit itu kambuh sedangkan Reno dan Doni telah sampai dirumah mereka menyaksikan sendiri bagaimana Marissa bertingkah layaknya orang gila, ia makan tanpa adab membuat banyak perhatianPandanganya linglung tak bisa berpikir jernih saat Jelin membelanya akan tetap tinggal disini, ia pingsan tak mampu menopang tubuhnya lagi ia ambruk tepat dipangkuan Jelin mereka semua panik dan bertindak cepat membawa Marissa kerumah sakit, bukan saatnya lagi mereka bergaduh keselamatan Marissa lebih penting walau beberapa orang yang ada disana masih membencinyaSemua orang pergi kerumah sakit hanya jeo, dan Mey yang tak pergi mereka bertugas menjaga rumah toh Marissa bukanlah orang sepenting itu untuk dihadiri orang banyak, mereka semua pergi dan disaat t
"apa yang sebenarnya kau inginkan?"Reno berbicara serius pada Marissa yang tengah makan, ini adalah kesempatan berbicara empat mata dengan Marissa melihat mamanya pergi membuatnya harus benar-benar waspada jika nanti kembali dan mendengar pembicaarnya, tak lagi ditunda ia lebih mempercayai nenek dan Maya bahwa benar Marissa sangat berbahaya"apa yang kau bicarakan?"Marissa menatap mata tajam itu, ia berusaha bersikap semanis mungkin walau obatnya mungkin akan beraksi lagi obat ini takkan benar-benar hilang dalam jangka waktu yang singkat, maka ia harus bisa mengendalikanya, ini kesempatan karna Reno mendatanginya"Maya telah pergi carilah kehidupan baru kau hanya saudara jauh dan bukan bagian dari keluarga Brawi"Reno mengatakan sekali lagi melihat wajah Marissa yang sangat meyakinkan membuatnya sedikit melemah, ia tak bisa mengatakan maksudnya dalam nada tinggi, apalagi melihat wajah yang sangat mirip Maya tersebut masih ada luka dihatinya"apa maksudmu aku tak
"Makanlah Marissa apa kau tak menyukai makanamu?"Marissa terdiam ia memikirkan tentang operasinya selama ini hidupnya telah susah karna penyakit mental ini tanpa sadar ia pun mengalami penyakit lain, tuhan begitu menyayanginya hingga membuatnya selalu tersiksa, Marissa merasa tuhan sungguh tak adil padanya jika ia mengalami hal demikian mengapa Maya tidak padahal mereka berdua lahir di rahim yang sama."aku tak ingin mengatakan ini namun mengapa tuhan menciptakanku jika berakhir seperti ini, Ma aku sungguh tak paham"Marissa menatap wajah cantik itu yang terus mengurusnya selama dua hari ini, dalam dua hari Marissa benar-benar memiliki ibu yang siap menjaganya membuatnya terharu hampir ia menangis, ia berjanji akan menjaga Jelin, melihat sikap Jelin yang tak biasa kadang Marissa berpikir apadakah sesuatu yang salah padanya, yang ia tahu orang kaya sangat sulit menerima orang asing apalagi kalangan ibu sosialita seperti Jelin, ia hanya orang asing namun seperti anak kandung, Ma
"kau harus cepat menemui wanita lain, mencari cinta sejatimu, meski aku masih menyayangimu ingatlah kau juga berhak mencintai orang lain, jangan mengasihaniku, aku tak suka ditatap demikian""kau membuatku pergi namun seolah-olah kau terluka, hebat aktingmu sungguh menyayat hati"Lelaki berjas hitam tersebut ikut memandang jalanan kota yang kian sepi tergantikan truk-truk besar yang melintas, dan lampu-lampu yang remah redup mati dan menyala, menambah kesan fantastis diatas sini, angin menerpa wajah sendu itu, menarikan helaian rambut yang tak diikat membuat suasana tersendiri lebih mempercayai siapa?"Reno menatap jam dinding yang menunjukan pukul sebelas malam, mereka masih berada dikantor selepas menciduk seseorang yang tengah berbuat asusila dikantornya, dengan tegas mereks memecat karyawan itu Lina korbanya tadinya ia ingin memberikan kopi untuk Doni yang tengah lembur karna banyak pekerjaan namun karna ini malam belum lagi suasana yang sunyi dan ia wanita sendiri membuatn
"Marissa jawab jujur kemana kau pergi?"Marissa menutup matanya mendengar ocehan yang keluar dari mulut Jelin ketika ia kembali ia tak menemukan Marissa dikamar hanya sebuah baju pasin tergeletak sembarangan, Jelin panik ia mengira Marissa diculik atau berakhir seperti Maya, ia menelepon anak serta suaminya menyuruh mencari keberadaan Marissa namun belum ada dua puluh menit Marissa masuk ruanganya dengan santai seolah tak terjadi apapun, padahal ia telah membuat semua orang panik sampai Reno melupakan pekerjaanyaJelin begitu frustasi melihat Marissa yang nekat apalagi tak menjelelaskan alasan kenapa ia pergi, Marissa langsung menuju kamar mandi mengambil baju pasienya membersihkan diri dan sekarang ia nampak seperti pasien kembali, Jelin yang melihat itu hanya bisa menghembuskan nafas kasar, dan mengelus dadanya pelan ia sungguh kelimpungan harus merawat Marissa yang toxic iniNamun anehnya Jelin tak bisa marah, ia tak bisa meledakakan sesuatu yang ingin keluar dari mu