Home / Thriller / Malapetaka Cinta Claire / Part 3 Hari Pertama Pernikahan

Share

Part 3 Hari Pertama Pernikahan

Author: Allena Sari
last update Last Updated: 2022-12-17 13:38:28

Deg……

“Nyawaku terancam?” Gejolak batin penuh dengan pertanyaan kala Roger berkata demikian kepadaku. 

Namun dalam hatiku selalu yakin mereka pada akhirnya mereka akan baik kepadaku, akan luluh kepadaku, serta akan bersikap sayang kepadaku sebab hanya aku menantu perempuan satu-satunya yang mereka miliki.

Lalu, acara sungkeman ini berlanjut kepada Tante Alexa yang sedari tadi telah tersenyum bahagia menyaksikan acara pernikahanku bersama pria yang selama ini ada di hidupku, Randi.

Ia langsung merangkul kami berdua seraya berkata,

“Randi, Claire selamat atas pernikahan kalian ya. Gue bangga banget sama kalian sampai di titik ini. Semoga pernikahan kalian bahagia, walaupun jalannya terjal, badai atau apapun nanti tetap sama-sama ya. Randi, tolong jagain keponakan tante yang cantik ini ya, dia kesayangan papinya jadi jangan pernah sakiti dan sia-siakan Claire.” Pinta Alexa sembari meneteskan air matanya.

“Thank you Te, pasti akan aku jaga sebaik mungkin kok Clairenya. Claire juga tuh Te kasih wejangan.” Ujarnya sembari melirikku dengan tersenyum tipis.

“Hahaha iya nih Claire juga sekarang sudah jadi istri Randi. Sabar ditambah lagi ya sayang, belajar masak, belajar dandan, karena walau bagaimanapun posisi kamu saat ini harus bisa memposisikan diri ditengah keluarga Randi. Tante yakin kok kamu bisa buat luluh mamanya Randi. Semua butuh waktu dan semua juga butuh proses.” Terang Alexa yang semakin erat memeluk kami berdua.

“Iya Te. Nanti kalau aku sudah pindah, tante sering-sering main ke rumah aku ya. Kabarin aja akunya, pasti aku bakal kangen banget sih sama Kayla juga.” 

“Pasti kok sayang, pasti tante berkunjung ke rumahmu dan Randi. Jaga diri ya sayang. Kalau ada apa-apa infoin aja ke tante.” Ujar Alexa yang terlihat sudah lega melihatku pada akhirnya berhasil melangsungkan pernikahan dengan pria pujaanku walaupun dengan banyak rintangan yang sudah ku lalui kemarin dan akan banyak rangkaian masalah lagi setelah ini, terlebih sampai saat ini juga mama Randi tak kunjung memberikan restu.

****

Setelah melangsungkan acara pernikahan tertutup ini, aku langsung tinggal di rumah mewah milik Randi. Untuk pertama kalinya aku ke rumah kekasihku ini, dengan segala fasilitas mewah yang rumah ini miliki, jujur saja membuatku takut meskipun hanya memegang vas bunga sekalipun, karena harganya pasti tidak main-main.

“Sayang makan dulu ke bawah yuk.” 

“Peraturan di rumah ini seketat itu ya Ndi?” Aku yang masih bersender di ranjang pernikahan ini masih terus berpikir memahami situasi rumah yang kini ku tempati.

“Sebetulnya enggak sih, bukan ketat, tapi ini sudah tradisi keluarga turun temurun Sayang. Ya kalau makan harus kumpul di meja makan.” Terangnya.

Sementara aku masih penuh culture shock tinggal disini dengan berbagai peraturan dan ketaraturan yang telah dibuat dari keluarga ini. Menurutku apa yang menjadi peraturan mereka cukuplah rumit dan cenderung saklek, mungkin begitulah cara orang berhasil bekerja, semuanya serba ketat dan teratur, sementara aku sang pendatang harus bisa mengikuti apa yang terjadi di rumah ini.

Akhirnya aku mengikuti Randi turun menuju lantai dasar yang sudah tampak papa mamanya berada di meja makan.

“Eh Nyonya turun juga, bukannya bantuin orang tua malah datang pas sudah selesai.” Sindir mama mertuaku sembari membawakan beberapa piring dari lemari kaca di ujung sana menuju meja makan.

Aku sama Randi saling menatap satu sama lain.

Aku mempercepat langkahku mendekati ibu mertuaku ini.

“Ma, sini Claire bantu bawakan.” Aku menyerahkan tanganku agar membantunya untuk membawa piring-piring yang masih berada di tangannya.

“Gak usah, sudah telat banget datangnya!” Bentaknya.

Sementara papa hanya tertawa melihat perdebatan mama denganku.

“Randi, ajarin coba tuh istrinya sopan santun sama orang tua. Bilang juga harus rajin disini, masa bantu aja kagak mau, padahal disini juga numpang tapi berasa nyonya.” Mama kembali menyindirku.

“Ma... Jangan begitu dong dengan Claire.” Ujar Randi mengontrol emosinya.

Aku menahan air mataku terjatuh akibat mendengar bertubi-tubi celotehan dari mertuaku yang sangat jelas tidak suka dengan kehadiranku di tengah keluarga mereka.

“Sayang, makan ya. Udah jangan dipikirin perkataan mama.” Bisiknya pelan di telingaku.

Aku menyeka air mataku yang kian menetes sembari mengahalau rambut panjangku agar tidak menghalangi pandangan.

Aku mengambil nasi dengan iga bakar yang telah siap makan ke dalam piring yang mengkilap ini. Ku angkat piring tersebut agar tidak terlalu jauh dari tempat pengambilan nasi, namun pada saat menuangkan centong nasi ke dalam piring, aku justru melakukan kesalahan yang cukup fatal. 

“Praaaaaankkkk........”

“Kau tahu harga piring ini berapaaa?????!!!” Sontak saja hal ini membuat mama mertuaku berdiri dan berdecak pinggang dengan matanya yang melotot wajahnya memerah dengan kondisi amarah yang sangat jelas sulit terkontrol.

Randi yang kaget pun sontak langsung menarikku ke belakangnya.

“Ma.......” Ucapnya pelan berusaha mengendalikan emosi mama yang sudah sampai batas klimaks.

Sementara papa yang sedari tadi sedang makan, kini pun memundurkan kursi rodanya, sebab bisa saja pecahan beling kaca ini masuk ke dalam piringnya.

Asisten rumah tangga berhamburan menuju pusat keributan dengan tatapan yang sama paniknya denganku kini.

“Kamu ya! Belum lagi sehari di rumah ini sudah merusak perabotan rumah yang harganya lebih mahal dibandingkan harga diri kamu!” Tunjuk mama mertuaku.

Aku menunduk dan tanganku gemetaran.

“Ma.... maaf Ma, aku gak sengaja...” Ucapku pelan.

Randi menarik tanganku dan menggenggamnya lagi, sembari menoleh ke belakang.

“Sayang gak apa-apa...” Ia menggelengkan kepalanya memastikan semuanya akan baik-baik saja.

“Kalian kenapa cuma lihat aja? Beresin ini!” Teriaknya lagi kepada asisten rumah tangga yang masih penuh ketakutan satu sama lain, sebab baru kali ini juga aku melihat Ibu Airin, sapaannya di kantor yang kini menjadi mertuaku marah amat meledak-ledak.

“I... iya Bu...” Jawab kepala asisten rumah tangga yang langsung mendekati posisiku.

“Mbak, Mas Randi kesana dulu aja takut kakinya kena pecahan beling.” Bisik salah satu asisten rumah tangga ini mengingatkanku dan Randi.

Airin yang sudah mencapai titik bencinya denganku langsung berjalan pelan mendorong kursi roda Roger menuju sofa ruang tamu. Sementara aku masih menunggu gerakan dari Randi, yang juga terlihat bingung dengan situasi keributan di rumahnya.

“Sayang, aku gak sengaja..” Pelanku kepada Randi.

“Husstt, gak apa-apa, semuanya baik-baik aja kok.” Ia tersenyum tipis menatapku. Dari tatapannya sudah jelas ia sangat meyakiniku untuk berani menghadapi semua hal di dalam rumah ini.

“Mama gimana, sayang?” 

“Gak apa-apa nanti aku coba tenangin mama ya. Kamu pesan makanan online aja ya, nanti asisten rumah tangga akan mengantar makanannya ke kamar.” 

“Aku gak boleh turun buat ambil makanannya?” 

“Gak sayang. Kamu sudah baca detail perjanjiannya kan?” Ia mengingatkanku lagi dengan berbagai poin perjanjian gila yang dibuat oleh kedua orang tuanya dan dilegalkan oleh kuasa hukum milik keluarga ini. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 28 Fakta Kecelakaan Orang Tua

    Aku memasuki mobil Randi dengan penuh pertanyaan, mengapa tante Sophia menyebutkan tentang kematian orang tuaku, bukankah sudah jelas mereka kecelakaan? "Claire, pakai seatbeltnya. Kamu kenapa bengong gini?" Randi seolah memperhatikanku dari tadi."Eh maaf..." Tanganku langsung mencari sabuk pengaman itu dan langsung ku tancapkan di penutupnya."Kamu mikirin apa? Harusnya kamu senang dong karna kita mau keluar dari rumah sekarang...""Tante Sophia tadi menyebut tentang orang tuaku...." "Astaga Claire, udah ah jangan dipikirin. Lagian kematian orang tua kamu kan juga sudah lama, apalagi yang mau dibahas?" Randi di sisi yang berbeda dariku.Aku diam, mengabaikan komentarnya."Udah pokoknya kamu jangan mikirin apapun. Aku berjuang sejauh ini untuk kamu...." Tambahnya lagi.Ia mulai menancapkan mobil dari balik basement ini menuju gerbang tinggi yang menutupi rumah megahnya. "Den, maaf gak boleh keluar...." Cegah dua orang satpam yang berada di depan gerbang menghentikan laju mobil kam

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 27 Keluar Rumah

    "Cle, kamu mau nurut sama aku gak kali ini?" Randi perlahan mendekatiku yang sedang kalut atas paksaan dan rampasan hidup yang dibuat oleh Airin."Mau apa lagi, Mas? Rasanya semua hal yang aku lakuin juga sia-sia. Mama kamu tetap ingin kita cerai. Dengan kamu narik aku kesini, cuma untuk ngulur waktu aja kan? Karena faktanya yang diinginkan mama kamu tuh tetap saja bukan aku...." Aku coba mewaraskan semua hal yang ada di hadapanku. Rasanya air mata pun sudah gak sanggup lagi menetes."Kali ini aja, sayang. Kamu mohon mohon sama mama buat batalin semua keinginannya. Aku juga bakal ngelakuin hal yang sama....""Mas......" Aku mendongakkan kepalaku, sorotan mata kami saling bertemu."Tolong kali ini aja.. Aku mau mempertahankan kita, Claire, dan aku harap kamu juga punya hasrat yang sama....""Gak ada jaminan hati mama terketuk, Mas. Semuanya bakal sia-sia aja...." Aku sudah sampai di titik nyerahku. Rasanya sekarang jika boleh langsung Randi menalakku, aku langsung menerimanya. Luka bat

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 26 Harus Berpisah?

    "Aku udah gak sanggup Ran setiap hari berhadapan dengan berbagai ucapan dari mama kamu..." Aku terisak nangis, seolah semua hal yang ku lakukan selalu salah di matanya."Ya jangan nyerah dong. Katanya kamu cinta sama aku, umur pernikahan kita juga baru banget Cle. Tolong bertahanlah demi kita..." Randi menurunkan egonya."Gimana bisa" aku bertahan, aku tuh udah gak diterima sama keluarga kamu, dan gak akan mungkin diterima...." "Sejak awal juga kan kamu tau gimana kerasnya mereka. Tapi apa, komitmen kamu di awal kan bakal bisa hadapin mereka apapun yang terjadi, kan?" Randi coba menguatkan hatiku yang sudah terlanjur kecewa dan patah dengan perbuatan kedua orang tuanya. Mereka betul-betul menginjak harga diriku di depan koleganya."Kesehatan mental aku yang terganggu kalo terus ada di rumah ini Ran. Mereka selalu bandingin aku dengan Natalie. Siapa sih memangnya Natalie? Kamu sama sekali gak pernah bahas tentang perempuan itu...""Ya karna gak penting, untuk apa aku bahas, sayang?" R

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 25 Pengakuan di depan Sosialita

    "Aku sudah coba untuk ngobrol dengan mama tapi dia terus menolak apa yang udah aku pertahankan Claire..." "Terus? Kamu nyerah?" Jujur aja aku sudah gak punya tenaga bahkan untuk bicara kepada Randi sedikitpun."Gak, aku gak nyerah. Aku lagi berusaha untuk ambil hati mama buat kamu. Kamu bisa bantu aku juga?" "Bantu yang kaya gimana lagi? Aku harus apalagi supaya dapat hati mama kamu Ran...." "Saranku sih kamu coba berhenti kerja dan full time di rumah supaya sering bagi waktu untuk mama dan papa..." Ucapnya tanpa peduli dengan pertimbangan apapun."Kamu gak salah?" Aku masih coba bertahan untuk tidak mengumbar amarahku di depannya. Aku masih melihat seberapa pantas aku diperjuangkan olehnya."Ya enggak dong sayang. Kita coba satu per satu caranya supaya kamu tuh bisa akrab sama mama. Bisa kan?" "Tapi aku gak tau harus apa kalo di rumah tuh Ran..." Aku mendengus kesal."Ya kamu pasti bisa lah, browsing dulu aja caranya gimana entar di rumah kan tinggal kamu terapin aja. Pasti deh m

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 24 Gugatan Airin

    "Pa, coba bilangin deh sama si Randi anak kesayangan kamu itu..." Airin ngedumel tak henti-hentinya."Papa juga sudah susah bilanginnya, bahkan kamu juga tau dia masih berani nikahin wanita itu padahal aku lagi serangan..." Roger pun ikut dalam obrolan bersama Airin."Lagian, dia mau apalagi sih dari wanita itu? Cantik? Ya masih banyak wanita lain yang jauh lebih cantik. Pinter? Ya kalo dia pinter mah gak mungkin jadi bawahan gitu. Keturunan? Ya mana bisa hasilnya aja udah jelas-jelas dia mandul, gimana bisa punya keturunan. Yang ada nih ya Pa, kalo sampe orang lain tau udah kita bakal kena malu banget seumur hidup..." Airin terus memanas-manasin Roger. Sebab ia tau suaminya akan lebih cepat bertindak jika dikasih sumbu api dulu untuk meledakkan emosinya.Roger wajahnya sudah merah padam, gempalan di tangannya sudah jelas bahwa ia tidak ingin kejadian yang telah disebutin Airin menjadi kenyataan. Terlebih ia paling benci jika direndahkan oleh orang lain. Dia sangat membencinya."Tapi,

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 23 Frustasi

    Tatapanku kosong, pikiranku entah campur aduk semuanya. Fokusku tidak lagi tentang orang-orang disekitarku."Claire, kenapa? Randi ada apa?" Tante Alexa yang kian melihat tubuhku terlunglai lemas di kursi roda tak kuasa menahan pertanyaannya pada suamiku.Randi masih mendorong kursi rodaku menggantikan suster. Aku sudah sampai di tepi tempat tidur."Sayang, ayo pindah ke tempat tidur..." Randi pindah posisi disebelahku persis. Aku sama sekali tidak berani menatap wajahnya, jelas saja ekspektasiku mengatakan ia kecewa sebesar-besarnya."Aku bisa sendiri!" Sedikit bentakan dengan penolakan untaian tangan Randi sudah menjadi jawaban atas kegundahanku saat ini.Aku kehilangan semuanya bahkan harapan tetap hidup.****"Randi bisa ngobrol keluar sebentar?" Aku mendengar jelas tante Alexa mengajak Randi untuk membicarakan kondisiku. Aku tidak bergeming, karna saat ini, aku hanya bisa nangis meratapi nasib yang gak tau akan muara kemana.Randi berjalan pelan meninggalkanku, begitu juga tante

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 22 Mandul?

    "Ma, aku sudah sampe Jakarta nih...." Pria berkaos coklat ini menelfon ibundanya tepat disampingku sehingga jelas terdengar apa yang tengah mereka obrolin walaupun Randi tidak dalam mode loudspeaker dari ponselnya. "Iya ini, aku lagi nemenin Claire di rumah sakit, kan dia masuk rumah sakit Ma. Mama kesini ya..." Entah apa respon Airin, Randi langsung mematikan ponselnya. Matanya menatapku lagi dalam-dalam. "Sayang, aku minta kita periksa semuanya ya. Kamu tuh gak pernah loh drop kayak gini...." Ia membahas lagi dan membujukku agar mau untuk melakukan pemeriksaan secara penuh. "Mama mau datang?" Aku coba mengalihkan topik pembicaraan. "Katanya sih sekarang masih arisan di rumah temennya, mungkin nanti atau besok dia baru bisa datang. Kan kamu ada aku juga disini, ada tante Alexa sama tante Asha juga. Gak apa-apa kan?" Ia bertanya kepadaku yang padahal sudah jelas aku tahu kalo Airin tidak mungkin mau melihatku. "Sayang, pemeriksaan mau ya?" Ia tetap bisa memutar topik lagi. "Iya

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 21 Permohonan Cle

    "Claire, Randi sudah tau?" Mba Asha yang sedari tadi menemaniku disini bersama tante Alexa pun ikut khawatir dengan kondisi, meskipun jelas ucapan dokter tadi menyatakan aku hanya karna kelelahan saja. "Sudah Mba. Duh si Arsy gak boleh tau nih, gimana caranya ya...." "Coba nanti aku ngobrol sama Arsy deh, dia gak boleh tau hubungan kamu sama Randi. Ya apapun itu alasannya, orang lain diluar keluarga inti kita gak boleh tau." Mba Asha menekankan kalimat yang sama berulang kali. Ia tau persis resiko yang akan aku tanggung jika saja pernikahanku terkuak ke publik. Ya, aku gak bisa apa-apa. Aku sedih pun rasanya sudah gak bisa, aku memilih jalan ini dan bagiku inilah konsekuensinya. "Sayang, sebenarnya ada apa sih? Kamu tuh dari kecil gak pernah yang namanya pingsan. Tante tau persis kondisi fisik kamu sekuat apa. Ini gak kayak kamu biasanya...." Setelah Asha pergi meninggalkanku untuk ngobrol bersama Arsy, inilah kesempatan tante Alexa untuk menanyakan secara detail apa yang sebenar

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 20 Memihak Airin

    "A... aku dimana....." Mataku terbuka pelan, terlihat samar-samar beberapa orang tengah mengelilingiku. "Claire......" "Sayang, kamu gak apa-apa kan? Apa yang sakit?" Wanita paruh baya yang menjadi sosok ibu penggantiku ini terlihat sangat khawatir dengan kondisiku. "Tante, apa yang terjadi?" Suaraku masih begitu pelan, tenagaku seolah masih kosong. Aku mengamati sekitarku. Tidak hanya wajah tante Alexa saja yang hadir, tetapi juga Arsy dan Mba Asha turut menemaniku disini. Aku melihat juga tangan kiriku yang tengah terinfus dan sedikit darah keluar di dalam selangnya. Tali oksigen yang masih terpasang di hidungku jelas saja ini membuatku susah bicara. "Kamu jangan mikirin apa-apa dulu ya. Sekarang kamu harus sembuh dulu...." Alexa mengusap kepalaku beberapa kali. Aku masih terus bertanya di dalam hati, apa yang terjadi sama tubuh ini. Rasanya gak mungkin kalo hanya masalah nangis bisa sampai membuatku pingsan. Mungkin karn

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status