Beranda / Urban / Mantan Jadi Suami / Bab. 4 Penyatuan

Share

Bab. 4 Penyatuan

Penulis: Yeyen
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 10:40:35

Di dalam kamar, Sebastian duduk di sofa dekat jendela, matanya fokus menatap layar laptop yang terletak di pangkuannya. Lampu tidur menyala temaram, memberikan cahaya hangat yang lembut menyelimuti ruangan.

Sera baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih sedikit basah, dan ia mengenakan piyama sederhana berwarna lembut. Saat melirik ke arah Sebastian, pria itu masih tampak larut dalam kesibukannya.

Tanpa mengalihkan pandangan dari layar, Sebastian bertanya, "Sudah mau tidur?"

"Belum..." jawab Sera pelan

"Ada apa?" tanya Sera lagi

Sebastian menoleh melihat Sera. Iamenepuk sofa di sebelahnya, memberi isyarat agar Sera duduk disebelahnya. Setelahnya, ia menutup laptop dan meletakkannya di meja kecil di samping sofa.

Sera perlahan melangkah dan duduk di sebelahnya. Suasana tiba-tiba menjadi hening, menyisakan bunyi jam yang berdetak.

Sebastian menatap sera, matanya tenang namun tajam, penuh keingintahuan.

"Kalau nanti kamu sudah wisuda, kamu ingin ngapain?" tanyanya perlahan.

Sera menjawab tanpa ragu,

"Aku akan membantu Papa di perusahaan. Itu memang sudah rencana kami sejak lama."

Sebastian mengangguk pelan, lalu menatap lebih dalam. "Kalau aku memintamu untuk tetap di rumah… apa kamu mau?"

Sera terdiam, matanya berkedip pelan.

"Soal perusahaan Papa, biar aku yang urus,"lanjut Sebastian dengan suara rendah.

"Aku cuma ingin kamu fokus padaku dan....pada anak kita nanti." Ucap Sebastian meyakinkan

Tangannya bergerak menggenggam tangan Sera, lalu meletakkannya di pangkuannya. Hangat. Tegas. Tapi tidak memaksa.

Sera menatap tangan mereka yang saling menggenggam. Hatinya terasa hangat dan dingin dalam waktu bersamaan. Ia tidak langsung menjawab. Pikirannya melayang-layang, dadanya sesak oleh banyak rasa yang datang tiba-tiba, rasa bingung, takut, namun juga… nyaman.

Tatapan mata Sebastian membuatnya gelisah, namun bukan karena takut, lebih kepada ia belum siap menerima getaran yang kini mulai tumbuh.

Sebastian perlahan mendekat. Jarak di antara mereka mengecil. Sera bisa merasakan hembusan napasnya menyentuh pipi. Tubuhnya membeku, tak bergerak.

Lalu, tanpa aba-aba… Sebastian mengecup bibirnya lembut, tidak menuntut. Seperti menyentuh kelopak bunga agar tidak rusak. Sera memejamkan matanya menikmati sentuhan yang mengguncang hatinya.

Ada yang menyala di dalam dadanya, entah itu hangat, gugup, atau... awal dari rasa yang perlahan mulai tumbuh.

Sera terdiam dan tertunduk malu saat Sebastian menjauh sedikit, Namun senyum tipis terbit di sudut bibirnya, Ia tidak menolak, ia juga tidak berkata apa-apa. Tapi di hatinya, ia tahu... dirinya sedang mengizinkan sesuatu yang baru untuk tumbuh.

Malam itu, dalam kesunyian kamar yang temaram, Sera menyerahkan diri seutuhnya kepada Sebastian suaminya. Bukan karena kewajiban dan bukan juga karena paksaan. Melainkan, karena hatinya telah memilih untuk membuka diri.

Dalam pelukan Sebastian, ia merasa aman. Dan dalam genggaman pria itu, ia merasa dihargai.

Malam itu menjadi saksi, bukan hanya ikatan jasmani, tapi juga awal dari penyatuan dua hati… yang perlahan mulai belajar mencintai.

Malam telah larut. Hanya suara AC yang berdengung pelan mengisi keheningan kamar.

Sebastian sudah tertidur di sampingnya, napasnya teratur, wajahnya terlihat tenang dalam cahaya temaram lampu tidur.

Sera masih terjaga. Selimut tebal menyelimuti tubuhnya, pikirannya tidak berhenti berputar. Ia menatap langit-langit, lalu menoleh pelan ke arah suaminya. Menatap suaminya dalam-dalam.

Pelan, ia menghela nafas.

Ia tidak menyesal. Tidak sama sekali. Tapi benaknya masih menyimpan tanya, apakah terlalu cepat baginya untuk menyerahkan diri kepada pria yang baru satu hari menjadi suaminya?

Mereka tak saling mengenal. Ia hanya tahu nama lengkap Sebastian, latar belakang keluarganya, dan sedikit tentang perusahaannya… tapi bukan isi hatinya. Bukan kebiasaannya. Bukan sisi-sisi tersembunyinya yang hanya waktu bisa ungkapkan.

Namun, dari sikap Sebastian sejauh ini, cara ia berbicara, menyentuh, menghargai. Sera bisa merasakan bahwa pria itu adalah pria yang luar biasa. Ia lembut, sabar, dan tidak pernah memaksa. Tapi , kenapa jauh di lubuk hatinya, ia begitu ragu?

Sera memejamkan mata sejenak, lalu menggelengkan kepalanya pelan.

“Berhenti berpikir yang aneh-aneh, Sera,” batinnya mengingatkan.

“Dia suamimu. Dan kamu sendiri yang memilih untuk membuka hati malam ini.” Ia berusaha meyakinkan dirinya.

Ia kembali menatap wajah Sebastian yang tertidur di sebelahnya. Hatinya terasa sedikit lebih tenang. Tak ada penyesalan. Hanya rasa takut yang wajar… saat memulai sesuatu yang besar dan belum sepenuhnya ia pahami.

Tapi dalam ketidaktahuan itu, ia ingin belajar. Ia ingin percaya.

Bahwa Sebastian adalah yang terbaik untuknya. Bahwa cinta mungkin tidak datang di awal… tapi bisa tumbuh dari benih-benih yang ditanam dengan kepercayaan dan kesabaran.

Pelan-pelan, Sera memiringkan tubuhnya, mendekat ke sisi Sebastian, meletakkan tangannya di atas bantal sebagai tumpuan diwajahnya, Sera menatap lekat suaminya, dari rambutnya yang lurus, hidung yang mancing serta mata yang tajam. Bibirnya yang tipis membuat Sera mengingat kembali ciuman hangat mereka, ia kembali tersenyum malu, lama menatap Sebastian, kantuk mulai menyapanya

Perlahan ia menutup mata. Dalam diam ia berdoa, semoga ini adalah awal yang baik. Semoga keputusan benar.

Dan malam itu pun menutup kisah mereka dengan tenang, membiarkan cinta tumbuh perlahan… dari sisa-sisa keheningan dan harapan.

Bersambung. . .

Jangan lupa tinggalkan jejak kawan

Mohon dukungannya untuk pemula

Terima kasih

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 49 Berjuang

    “Waaah, sepertinya setelah Sera dan Sebastian bercerai, dia melupakan kita, Mike,” sindir Vincent, Mike hanya mengangguk sambil mencibir Aiden tetap cuek, seolah tak mendengar apa pun, ia sibuk bersiap sampai lupa pada sarapannya “Sarapan pun dilewatkan demi si pujaan hati,” sindir Mike lagi “Aku akan membawa Sera ke rumah sakit pagi ini, untuk memeriksa kandungannya,” ucap Aiden sambil merapikan jam tangannya “Kau jangan lupa, Bella akan segera datang, berhati-hatilah,” ujar Vincent mengingatkan sambil menikmati sarapannya “Ya, aku setuju, jangan sampai Sera jadi korban lagi,” sambung Mike menegaskan “Menurutku, lebih baik kau saja yang mengunjungi Bella, sebelum Bella yang datang menemuimu. Kalau dia tahu soal kau dan Sera, itu bisa berbahaya bagi Sera,” tambah Vincent Aiden menghela napas panjang, ia tahu ucapan sahabat-sahabatnya benar. Bella bisa saja menimbulkan masalah besar untuk Sera “Baiklah, terima kasih...Aku akan memikirkannya,” jawab Aiden singkat, la

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 48 Hamil 2

    Sebastian menghela nafasnya, ia harus siap menerima cacian dari Papa, keinginan Papa tidak terwujud untuk membawa Sera kembali ke rumahnya "Putusan sidang sudah keluar Pa, aku..." mulut Sebastian terasa kaku "Aku sudah resmi bercerai" Sebastian menunduk takut, makan malam yang di depannya sama sekali tidak tersentuh Treng.... Bunyi sendok dan garpu beradu di piring, selera makan Papa sudah lenyap "Mengurus satu wanita saja tidak becus" ucap Papa tajam lalu pergi meninggalkan meja makan Mama dan Olivia hanya menatap kepergian Papa, sementara Sebastian hanya menunduk lalu ikut pergi meninggalkan Mama dan Olivia "Perempuan itu....selalu menimbulkan masalah" Mama menggerutu kesal, melihat perseteruan ayah dan anak itu "Aku akan memberinya pelajaran Ma..berani-beraninya dia membuat keluarga kita tercoreng" ucap Olivia dengan nada yang penuh amarah "Tapi ingat..kamu harus hati-hati" Olivia mengangguk mendengar peringatan Mama . . Di sebuah apartemen Sebastian merebah

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 47 Perceraian

    Dua minggu berlalu, Sebastian selalu datang ke pengadilan untuk bertemu Sera, sejak ia menyakiti Sera di rumah tempo hari Aiden selalu menghalangi pertemuannya dengan Sera Sebastian selalu hadir dalam persidangan guna untuk mediasi namun sayang, Sera tidak pernah hadir dan sampailah hari ini adalah hasil akhir dari sidang perceraian mereka Sebastian masih berusaha untuk membujuk Sera namun Sera enggan untuk menatapnya, hakim menerima gugatan Sera dengan bukti yang kuat hakim juga mengabulkan perceraian mereka Sera tersenyum lega mendengar putusan hakim, kini ia bebas dari rasa sakitnya, walaupun belum benar-benar terbebas karena ia tahu, Sebastian pasti akan selalu menghantuinya Setelah putusan hakim selesai Sebastian mendatangi Sera. "Aku menyesal dan aku ingin memperbaiki semuanya Sera, aku harap kamu bisa menerimaku kembali" Sera diam seolah tak peduli "Sudahlah, semua sudah berlalu, Papa hargai penyesalanmu, semoga kau bisa dapat yang lebih baik" Papa menepuk pundak Seba

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 46 Memaksa

    Aiden menyambut pagi itu dengan ceria. Hidupnya terasa lebih berwarna, apalagi dengan status Sera yang sebentar lagi menjadi janda, itu membuatnya lebih leluasa untuk mendekati Sera. Ia tidak perlu lagi menjaga jarak, namun tetap harus menjaga nama baik Sera dan keluarganya, dikarenakan status perceraian Sera belum resmi, ia tak akan memperkeruh suasana dengan sikap yang terlalu mencolok. Hari ini, dan seterusnya, ia sudah berniat menjemput Sera setiap pagi untuk pergi ke kantor bersama. Dengan senyum yang tidak bisa ia sembunyikan, ia bersiap dan pergi "Apa aku harus menghubunginya dulu?" gumam Aiden lirih sambil menatap ponselnya Lalu ia menggeleng pelan. "Ah, tidak perlu. Lebih baik aku langsung datang ke rumahnya" Langkahnya terasa ringan, seolah tak sabar untuk segera tiba, tak lama kemudian mobilnya berhenti di depan rumah Sera. Namun alisnya langsung berkerut saat melihat sebuah mobil lain sudah terparkir di sana "Mobil siapa ini?" batinnya heran Ia turun dan mela

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 45 Cheesecake

    "Sera…” Aiden mengetuk pintu kamar Sera, namun tidak ada jawaban “Sera…” panggilnya lagi, kali ini nadanya lebih dalam. Rasa khawatir mulai menyelimuti hatinya “Sera… buka pintunya! Kamu tidak apa-apa?” suara Aiden meninggi, penuh kecemasan Ceklek… Pintu terbuka, menampakkan sosok Sera. Aiden langsung menghela napas panjang, wajah tegangnya seketika berubah menjadi lega “Kenapa lama sekali membuka pintu?” tatapan Aiden menelusuri wajah Sera, begitu lekat “Memangnya kenapa? Aku dari kamar mandi,” jawab Sera cuek sambil berjalan santai menuju sofa “Apa perutmu sudah membaik? Apa kita perlu ke rumah sakit?” Aiden berdiri tepat di hadapannya, menunggu jawaban Sera menggeleng, menghindari tatapan Aiden “Tidak perlu, sakitnya sudah hilang,” “Syukurlah… tunggu di sini sebentar.” Aiden segera berbalik dan keluar. Tak lama kemudian, ia kembali dengan membawa sesuatu Aiden dengan santai masuk ke dapur rumah Sera, seolah itu adalah rumahnya sendiri. Sera memperhatikannya hera

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 44 Ketenangan

    Sepi… sunyi… Begitulah suasana di rumah Sebastian. Sama seperti biasanya, dingin tanpa kehidupan. Tidak ada interaksi yang berarti, apalagi kehangatan keluarga. Di sana hanya ada satu hal yang selalu dibicarakan yaitu selalu soal bisnis. “Abraham sudah bertekad menceraikan Sera darimu,” ucap Papa dengan suara dingin, suaranya menggema, membuat seisi rumah seketika diliputi rasa takut. “Maafkan aku, Pa…” hanya itu yang mampu keluar dari mulut Sebastian “Kau harus terus membujuk Sera sebelum surat cerai itu berada di tanganmu,” Papa menatapnya tajam. Kedua tangannya mengepal. “Kau hanya tinggal selangkah lagi, tapi kau malah mengacaukannya terlalu cepat. Seandainya kau sedikit lebih bersabar, perusahaan Abraham sudah bisa kau kuasai!” “Aku akan berusaha, Pa…” Sebastian menunduk, menelan pahitnya kenyataan. Ia tidak punya pilihan selain mengikuti keinginan ayahnya. Bagaimanapun, tujuan awal mereka tetap sama menjadikan perusahaan Abraham miliknya, lewat Sera. . . Pag

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status