Home / Rumah Tangga / Mantan Jadi Tetangga / 74. Yang Benar-benar Datang

Share

74. Yang Benar-benar Datang

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2025-12-24 09:27:36
Keesokan harinya, pagi itu terasa sedikit lebih tegang dari biasanya.

Reno datang tepat waktu untuk menjemput Kenzo.

Ia berdiri di depan pagar dengan kemeja rapi dan kunci mobil di tangan, seolah ingin menegaskan bahwa hari ini ia benar-benar berniat menjadi “ayah yang hadir”.

Kenzo langsung berlari menghampirinya dengan tas kecil di punggung dan wajah berbinar.

Anak itu sudah rapi dengan seragam terbaiknya, rambut disisir rapi oleh Marvella, dan sepatu yang berkali-kali dicek talinya agar tidak terlepas di tengah acara.

Semalam Kenzo sudah mengingatkan papanya, bahwa besok adalah hari spesial di sekolahnya.

Berbarengan dengan acara pengambilan rapot semester akhir, akan ada pula penampilan anak-anak yang menunjukkan kemampuan mereka di atas panggung.

Dan Kenzo, telah ditunjuk sebagai perwakilan dari kelasnya untuk membawakan pidato dalam bahasa Inggris.

“Hari ini Papa datang, kan?” tanya Kenzo untuk ketiga kalinya sambil memeluk map rapotnya.

Reno tersenyum dan men
Black Aurora

makasih buat yg masih baca 🫶🏻🫶🏻

| 7
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Colin
Dastan is the best
goodnovel comment avatar
listiani darmawan
peluk om Dastan....
goodnovel comment avatar
kin
dastan sukanya bgt
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mantan Jadi Tetangga    76. Sudah Siap

    BRAAKK!! Marvella membuka pintu ruang kerja Reno dengan keras. Bunyi hentakannya memantul di dinding kaca dan kayu mahal, membuat Reno yang sedang duduk serta sekretaris yang berdiri di dekat meja sama-sama tersentak, dan menoleh. Sekretaris itu membeku selama sesaat. Ia mengenali Marvella. Dulu, wanita itu sering datang dengan wajah lelah atau tersenyum tipis, kadang membawa makan siang, kadang hanya duduk menunggui Reno hingga selesai rapat. Kini yang berdiri di ambang pintu adalah Marvella dengan rahang yang mengeras, mata yang gelap, dan aura yang jelas-jelas ngajak ribut. “Selamat siang, Bu Marvella,” sapa sang sekretaris akhirnya dengan sikap profesional, meski tangannya refleks merapatkan map di dada untuk melindungi diri. Marvella tidak menoleh sedikit pun. Ia melangkah masuk dan menyilangkan kedua tangannya di dada, dengan tatapan tajam tertuju kepada Reno. “Aku mau bicara dengan kamu. Sekarang.” Nada suaranya datar tapi tegas, dan tidak ada ruang untuk menawar. R

  • Mantan Jadi Tetangga    75. Menunda Rapat Demi Seorang Anak

    FLASHBACK – BEBERAPA MENIT SEBELUMNYA Begitu pesan terakhir terkirim, Dastan langsung mengunci ponselnya dan berdiri dari kursinya. “Reyhan,” panggilnya datar. Asistennya yang sejak tadi sibuk membuka laptop dan menyusun slide presentasi refleks menoleh. “Siap, Pak.” “Tolong infokan ke semua kalau rapat pagi ini ditunda ke siang.” Reyhan berkedip pelan dua kali, lalu menegakkan punggungnya. “Ma~maaf, Pak?” suaranya terdengar seperti orang yang baru saja salah dengar. “Ditunda. Ke jam satu,” ulang Dastan tenang sambil melepas dasinya dan meraih jasnya. Reyhan menelan ludah. “Pak… ini rapat dengan Dewan Direksi pusat. Agendanya adalah merger. Semua orang sudah berada di ruang tunggu.” Dastan menyampirkan jas ke bahunya. “Bilang kalau saya ada urusan mendesak yang tidak bisa ditunda.” Reyhan memijat pelipisnya. “Pak, yang biasanya Bapak sebut tidak bisa ditunda itu biasanya cuma… IPO, krisis saham, atau audit pajak.” Dastan berhenti melangkah dan menoleh. “Hari

  • Mantan Jadi Tetangga    74. Yang Benar-benar Datang

    Keesokan harinya, pagi itu terasa sedikit lebih tegang dari biasanya. Reno datang tepat waktu untuk menjemput Kenzo. Ia berdiri di depan pagar dengan kemeja rapi dan kunci mobil di tangan, seolah ingin menegaskan bahwa hari ini ia benar-benar berniat menjadi “ayah yang hadir”. Kenzo langsung berlari menghampirinya dengan tas kecil di punggung dan wajah berbinar. Anak itu sudah rapi dengan seragam terbaiknya, rambut disisir rapi oleh Marvella, dan sepatu yang berkali-kali dicek talinya agar tidak terlepas di tengah acara. Semalam Kenzo sudah mengingatkan papanya, bahwa besok adalah hari spesial di sekolahnya. Berbarengan dengan acara pengambilan rapot semester akhir, akan ada pula penampilan anak-anak yang menunjukkan kemampuan mereka di atas panggung. Dan Kenzo, telah ditunjuk sebagai perwakilan dari kelasnya untuk membawakan pidato dalam bahasa Inggris. “Hari ini Papa datang, kan?” tanya Kenzo untuk ketiga kalinya sambil memeluk map rapotnya. Reno tersenyum dan men

  • Mantan Jadi Tetangga    73. Arena Adu Dua Pria

    Malam harinya di hari yang sama, Reno tiba-tiba saja datang lagi dengan membawa mainan baru, dengan alasan, “kebetulan ada rapat di dekat sini.” Kenzo tentu saja senang sekali. Anak itu belum cukup besar untuk membaca ambiguitas orang dewasa. Yang ia tahu, ayahnya hadir. Dan itu cukup. Di sisi lain, Marvella mulai gelisah. Reno terlalu perhatian, tapi bukan jenis perhatian yang hangat. Lebih mirip sebuah klaim. “Besok pagi biar aku saja yang antar Kenzo ke sekolah,” ucap Reno, tanpa bertanya lebih dulu. Marvella mengernyit samar. “Biasanya Kenzo diantar sama Dastan.” Reno menoleh dan alisnya terangkat tipis. “Oh?” Nada satu suku kata itu terdengar ringan, tapi ada sesuatu di baliknya. Seperti sebuah catatan yang akan disimpan rapi. “Oooh...,” ulangnya lagi, kali ini disertai dengan senyum kecil. “OM DASTAN, ya?” Marvella memilih diam tidak menjawab, sementara Dastan yang saat itu sedang menyiapkan minuman di dapur mendengar jelas percakapan mereka. Ia segera keluar d

  • Mantan Jadi Tetangga    72. Selalu Ada

    Saat Marvella hendak meletakkan ponselnya setelah chat dengan Dastan, tiba-tiba saja layarnya kembali menyala, berdenting pelan, pertanda ada pesan baru. Semula Marvella mengira itu pesan yang datang dari Dastan lagi, namun ternyata ia salah. Pesan itu datang dari... Reno, yang awalnya hanya berupa pesan singkat. Reno : (Kenzo sudah di sekolah?) Reno : (Aku kebetulan lewat di daerah rumahmu. Boleh mampir sebentar?) Sambil menghela napas, Marvella akhirnya hanya menjawab seperlunya. Singkat, aman dan netral, meskipun ia ingin marah karena terakhir kalinya mereka bertemu, Reno mengatakan akan membawa Kenzo pergi. Marvella : (Kenzo masih di sekolah) Beberapa detik kemudian, ia pun menambahkan satu pesan lagi. Marvella : (Maaf, sekarang aku lagi ada urusan di rumah. Mungkin lain kali) Tapi Reno tidak berhenti di situ. Beberapa menit setelah percakapan itu berakhir, Marvella yang sedang menyiram tanaman di halaman depan tiba-tiba mendengar suara mobil berhenti tepat d

  • Mantan Jadi Tetangga    71. Salah Fokus

    Sekitar pukul sebelas siang, Dastan akhirnya benar-benar berangkat ke kantornya. Tanpa ada drama, tidak ada ciuman perpisahan yang berlebihan, juga tidak ada kalimat klise. Ia hanya memegang kunci mobil dan menatap Marvella, lalu berkata, “Aku pergi. Jangan lupa makan yang benar.” Sesederhana itu. Dan justru karena itu, Marvella berdiri terlalu lama di dekat pintu setelah suara mesin mobil mewah Dastan menghilang di ujung jalan. Kemudian hanya ada keheningan. Kesunyian yang terasa... aneh. Yang ia inginkan adalah ruang. Ia ingin bernapas. Ia ingin jarak. Tapi ketika Dastan benar-benar memberikannya dengan cara yang dewasa dan tidak menuntut, Marvella malah merasa seperti seseorang yang telah salah mengajukan permintaan. 'Kenapa rasanya jadi begini?' batinnya. Ia menghela napas, lalu menepuk pelan kedua pipinya. “Oke. Fokus, Marvella. Ini justru bagus. Ini yang sehat.” Namun lima menit kemudian, ia masih berdiri di ruang tamu seraya menatap sofa kosong, seolah Dast

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status