Share

Kedatangan ustadzah

Author: Rini Annisa
last update Last Updated: 2021-11-02 20:09:54

Rose yang dijemput dari rumahnya, setelah sampai dia langsung masuk kamar. Bahkan suamiku yang bertanya pun tak digubrisnya. 

"Rose kenapa, Bu?" 

"Biasa, merajuk. Saat kami jemput tadi dia nggak mau pulang, malah Mamanya ajukan syarat yang berat," jawabku sembari duduk di kursi disamping suamiku. 

"Memangnya syarat apa?" tanya Bapak ingin tau. 

"Ya mengenai kebiasaan bangun siangnya itu. Besan minta kita nggak mengusik tidurnya, juga jangan menyuruh-nyuruh Rose kerja ini itu," kataku menghela nafas. 

"Jadi bagaimana? Apa Ibu setujui?" 

"Terpaksa, Pak. Biar Rose mau pulang, tapi Ibu juga bilang bagaimanapun Darma itu suaminya Rose lebih berhak mengatur Rose. Ibu juga akan bantu membimbingnya agar bisa berubah," kataku semangat. 

"Betul itu, Bu. Walaupun Rose menantu tapi sudah menjadi keluarga kita, anak kita ya jadi sudah tanggung jawab kita juga yang menasehati dan membimbingnya," ucap Bapak memberi dukungan. 

"Tumben Bapak dukung Ibu, biasanya cuma mencela," ucapku menyindirnya. 

Bapak cuma terkekeh melihatku, lalu menyesap kopi yang tinggal separuh. Hari ini kami berdua tidak ke sawah karena urusan Rose ini, tapi tidak apalah yang penting dia mau pulang. 

"Bapak udah makan?" tanyaku sambil berjalan ke kamar berganti baju. 

"Ya blom toh, Bu. Mau makan pake apa?" 

"Ya sudah, Ibu ganti baju dulu trus masak," kataku dari dalam kamar. 

"Bapak mau ke ladang kita dulu, mau lihat ada nggak sayur yang bisa dipanen," ujar bapak yang ku balas anggukan. 

Aku pun berjalan menuju dapur, melihat tong beras sudah kosong. Berencana mau beli, saat mau keluar rumah ditegur Darma. 

"Mau kemana, Bu?" 

"Beli beras, di tong udah habis. Ibu mau masak, Bapakmu blom makan," jawabku. 

"Sini, biar Darma aja yang beli berasnya," katanya kemudian masuk kedalam kamar. 

"Ini duitnya, Nak!" 

"Nggak usah, Bu. Pake duit Darma aja, ibu simpan aja uang ibu," tolak Darma. 

Saat Darma mau keluar, Rose memanggil. "Mas, jangan lupa beli makanan ya!" rayunya. 

"Makan aja yang kamu tau, bantu ibu masak sana!" desis Darma. 

"Ssstt, sudah kamu beli beras dan makanan buat Rose. Ingat yang ibu bilang sama kamu tadi," ucapku mengingatkan Darma harus bersabar dulu. 

Setelah Darma pergi, Rose masuk lagi ke dalam kamar. Aku pun menghampirinya di kamar. "Rose, kamu lagi ngapain Nak?" 

"Bukan urusan ibu, ngapain masuk kesini," jawabnya masih saja ketus. 

"Ibu mau masak, apa kamu nggak mau belajar masak? Biar pinter," rayuku agar Rose bisa berubah sedikit demi sedikit. 

"Nggak mau lah, apa ibu lupa pesan Mamaku tadi? Jangan suruh Rose ini itu," ujarnya sambil memainkan ponsel. 

"Ya sudah, tapi kalo nggak mau masak, kamu cuci baju ya! Lihat baju kotor Darma itu udah numpuk di keranjang," kataku menunjuk keranjang pakaian kotor disudut kamar. 

"Males lah, kemarin kenapa nggak Ibu cuci waktu Rose di rumah Mama?" 

"Nggak boleh sama Darma, kan dia punya istri. Kalo bukan kamu yang nyuci siapa lagi," aku masih berusaha bersikap lembut. 

"Ya sudah biarkan aja nggak usah dicuci," sahutnya kesal. 

"Nanti Darma nggak punya ganti untuk kerja, Rose. Apa kamu suka Darma kerja pake baju kucel dan bau? Apa kamu mau digunjing orang lagi?" jebak ku agar Rose sadar. 

"Ibu bawel banget sih! Udah sana keluar masak, nggak usah ikut campur urusanku. Atau aku adukan lagi sama Mamaku," ancam Rose mengusirku lalu menutup pintu kamarnya dan mengunci. 

Aku hanya menggelengkan kepala, sabar jangan dulu menyerah. Aku harus kuat dan tetap optimis, gumam ku dalam hati. 

Sambil menunggu Darma membeli beras, aku mulai menggoreng ikan asin dan sambal, serta sayur kangkung yang di panen dari ladang semalem. 

"Assalamualaikum ... Bu Khadijah!" panggil seseorang dari depan. 

"Wa'alaikumussalam," jawabku berjalan kedepan. 

"Aih, Bu Ustadzah. Mari masuk!" kataku mempersilahkan. 

"Terima kasih," jawab ustadzah Aisyah. 

"Tumben, ustadzah Aisyah kemari. Ada apa gerangan toh?" tanyaku setelah tamu duduk dan menghidangkan minum. 

"Maaf kalo kedatangan saya mengganggu, Bu Khadijah," ucapnya sungkan. 

"Nggak apa-apa kok, saya juga baru siap masak," jawabku tersenyum. 

"Begini loh, Bu. Hari Jumat nanti ada pengajian di rumah saya, jadi saya minta bantuan Bu Khadijah untuk memasak. Karena saya tau masakan Bu Khadijah paling enak di kampung ini," puji Ustadzah Aisyah. 

"Ustadzah bisa aja, masakan saya sederhana kok dibilang enak," ujarku malu. 

"Bener loh, bahkan ibu-ibu yang lain juga bilang sama saya. Jadi mau kan Bu Khadijah bantu saya?" tanyanya berharap. 

"Baiklah, Ustadzah. Saya akan bantu semampunya, semoga masakan saya sesuai selera," jawabku luluh. 

"Insya Allah sesuai selera, Bu Khadijah jangan takut ntar kalo nggak habis bisa dibawa pulang nanti," kata Ustadzah tersenyum. 

Ustadzah meminum teh yang aku hidangkan, lalu celingukan mencari sesuatu. "Oh ya, menantunya kemana Bu?" 

"Lagi istirahat di kamar, apa perlu saya panggil?" tanyaku. 

Ustadzah Aisyah mengangguk, aku berjalan menuju kamar Rose dan mengetuk pintunya. "Rose, buka pintunya. Ada tamu yang ingin ketemu kamu." 

"Ibu apa-apaan sih! Ganggu aja terus, berisik tau nggak!" teriak Rose dari dalam. 

Aku tersenyum kecut saat pandanganku beralih ke Ustadzah Aisyah yang terkejut mendengar teriakan Rose. 

"Rose, Ustadzah Aisyah ingin ngobrol sama kamu. Keluar lah!" kataku terus mengetuk pintunya. 

Akhirnya pintu dibuka, nongol wajah masam Rose dibalik pintu. "Ada apa rupanya?" 

Aku menarik tangan Rose agar duduk dan mengobrol dengan tamu. Kulihat Ustadzah Aisyah terus tersenyum walaupun wajah Rose jutek. 

"Nak Rose, maaf mengganggu istirahatnya," kata Ustadzah mengawali pembicaraan karena Rose cuma diam. 

"Sudah tau tapi tetap aja mengganggu," sindir Rose. 

Aku menjawil tangannya dan berbisik, "Jangan gitu, nggak sopan. Beliau seorang Ustadzah, harus kita hormati." 

Rose merengut dan aku meminta maaf atas kelakuan Rose barusan. 

"Sudah nggak apa-apa, saya cuma ingin bilang Insya Allah Jumat ada pengajian di rumah saya, kamu datang ya bersama Ibumu," ajak Ustadzah merayu Rose. 

"Nggak mau, aku malu. Ini semua gara-gara Ibu yang udah bilang keseluruh kampung," kata Rose menohok hatiku. 

"Memangnya malu kenapa?" tanya Ustadzah Aisyah tak mengerti. 

"Tanya aja sama Ibu ini, udahlah aku nggak mau, Ibu aja yang datang. Permisi!" sahut Rose beranjak pergi lalu masuk ke kamar lagi. Suara debum pintu ditutup terdengar kuat. 

Lagi-lagi aku harus menahan malu atas kelakuan menantuku itu, tapi Ustadzah Aisyah tidak permasalahkan. Beliau memang berjiwa besar dan berhati lembut. Sudah banyak orang yang insyaf atas bimbingannya. Semoga saja dengan ikut pengajian Rose bisa berubah, tapi mengajaknya itu yang sulit karena dia tidak mau keluar rumah. 

"Maaf ya Ustadzah Aisyah, sebenarnya Rose sudah jadi gunjingan orang kampung makanya dia nggak mau keluar rumah," kataku menghela nafas. 

"Ada masalah apa ya, Bu?" 

"Saat itu ada tetangga yang datang, lalu melihat Rose masih tidur. Makanya berita itu tersebar," jawabku.

"Mengapa mereka bisa begitu? Apa Rose memang suka bangun siang?" tebak Ustadzah Aisyah. 

Aku mengangguk, kemudian menceritakan kebiasaan buruk Rose itu juga syarat dari Mamanya yang membuatku harus tambah sabar dan kuat menghadapi Rose. 

"Saya salut pada kesabaran Bu Khadijah, semoga Allah SWT memandang niat ibu. Doa yang makbul itu ya doa orang tua pada anaknya. Terus semangat dan berdoa ya, Bu! Insya Allah saya bantu membimbingnya, mengadakan pengajian  ini tujuannya agar semuanya mendapat ilmu dan hidayah," ucap Ustadzah Aisyah menerangkan. 

Setelah puas mengobrol, Ustadzah Aisyah pamit dan titip salam untuk Rose. Aku mengantar sampai ke pintu depan dan meminta doanya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantan Menantu Insyaf Setelah Dicerai   Akhir yang bahagia

    Seminggu setelah Rose resmi bercerai, Rose yang telah berhasil menjual rumah Mamanya segera membeli rumah di dekat sini. Darma yang membantu mencari akhirnya dapat rumah di depan kecamatan perbatasan antar kampung.Kebetulan pemilik rumah juga mau pindah, jadi Rose pun setuju membelinya. Rose sengaja pilih rumah yang tidak terlalu besar. Karena cuma ditempati sendiri, namun perabotan lengkap karena Rose membawa dari rumah Mamanya.Aku dan Fatimah membantu Rose membersihkan rumahnya, pekerjaan akan ringan bila dikerjakan bersama-sama. Darma juga membantu mengangkat dan menggeser perabot yang besar.Sore itu akhirnya pekerjaan selesai, Rose yang dibantu Fatimah memasak lauk dan menggoreng mendoan untuk cemilan. Kami semua makan dengan nikmat, beberapa tetangga juga turut membantu seperti Rami, Ratna dan Mang Asep.Kami juga berkenalan dengan tet

  • Mantan Menantu Insyaf Setelah Dicerai   Hukuman seumur hidup

    Sudah tiga hari, semenjak Darma dan Fatimah bulan madu, hari ini mereka mengabarkan akan pulang. Aku dan Rose pun sibuk membersihkan rumah agar setelah mereka di rumah merasa nyaman.Selama Rose di rumah, aku mengajarkannya masak. Baru beberapa hari Rose sudah bisa memasak nasi, merebus sayur dan sambal. Masih masak yang ringan dulu dikuasai, Alhamdulillah.Rose pun begitu gembira bisa memasak beberapa lauk, walaupun rasa masih terus diperbaiki tapi lumayanlah. Sengaja hari ini Rose yang masak agar Darma dan Fatimah bisa memberi nilai.Selesai pekerjaan rumah, aku dan Rose duduk santai di teras. Sambil mengobrol, Rose berbicara banyak hal dan meminta pendapatku."Bu, Rose berpikir akan menjual rumah Mama," katanya serius."Loh, kenapa dijual? Nanti setelah menikah kamu bisa tempati lagi," ucapku kaget.

  • Mantan Menantu Insyaf Setelah Dicerai   Bulan madu

    Setelah bertegur sapa dan meminta maaf pada para tetangga, aku menuntun Rose masuk kedalam rumah. Karena kamar cuma dua, jadi Rose tidur dikamar bersamaku.Fatimah membantu membawakan tas Rose ke dalam kamarku. Kamarku selalu bersih dan rapi karena tiap hari disapu Fatimah. Rumah dan halaman juga bersih. Sementara Darma meletakkan rantang di dapur.Aku menyuruh Rose agar beristirahat dulu dikamar sampai pulih kembali. Rose pun menurut dan membaringkan tubuhnya di kasur. Kasur bekas pernikahan mereka dulu, karna Darma dan Fatimah sekarang memakai spring bed.Memastikan Rose tidur, aku baru keluar kamar. Fatimah berada di dapur mencuci piring, mungkin pagi tadi belum sempat mencuci. Aku pun berjalan menghampirinya."Imah, perlu ibu bantu?" tanyaku."Nggak usah, Bu! Udah mau siap, oh Imah bisa minta tolong ibu a

  • Mantan Menantu Insyaf Setelah Dicerai   Hidayah itu datang

    Sudah beberapa jam, semenjak Rose dibius belum sadar juga. Hari sudah malam, berkali-kali perawat masuk mengecek. Perawat mengatakan butuh beberapa jam untuk menghilangkan pengaruh obat bius.Aku pun melaksanakan sholat magrib di samping ranjang Rose, memohon pada Allah SWT atas kesembuhan Rose. Siap sholat, aku mengaji berharap alunan ayat suci bisa masuk meresapi ke kalbu Rose.Benar saja, saat khusyuk mengaji jari tangan Rose mulai bergerak. Diikuti mata yang terbuka, aku pun menghentikan ngaji. Tampak Rose berkedip-kedip, lalu menoleh kesamping."Rose, kamu udah sadar Nak?" tanyaku sambil mengelus bahunya."Ibu?" katanya kaget."Iya, ini ibu. Bagaimana keadaanmu? Mana yang sakit?"Rose menggeleng, kemudian dia terisak menangis. Bahunya berguncang, aku pun menepuk bahunya

  • Mantan Menantu Insyaf Setelah Dicerai   Meninggal dunia

    Sampai di rumah, kulihat Darma baru saja keluar dari mobil. Aku dan Fatimah menyongsong kedatangan Darma dengan cemas."Gimana, keadaan Rose dan Mamanya?" tanyaku tak sabar.Darma menjatuhkan tubuhnya di kursi, sembari menghela napas. Aku dan Fatimah saling pandang ingin tau."Rose dan Mamanya udah dibawa ke rumah sakit, Bu! Mamanya Rose masuk UGD dan Rose dibius agar tenang karena terus meracau," jelas Darma."Ya, Allah! Sebenarnya ada apa kok Mamanya Rose bisa sampai di tusuk suaminya, Mas?"" tanya Fatimah."Blom diketahui apa motif penusukan itu, karena Rose sebagai saksi pun masih trauma. Jadi blom bisa dimintai keterangan, tunggu sampe Rose sadar dan normal kembali," jawab Darma.Aku hanya menggeleng sedih mendengar cerita Darma. Kasihan Rose, padahal baru saja mereguk kebahagiaan sebagai pengantin baru tapi harus mengalami kejadian mengerikan ini.Wa

  • Mantan Menantu Insyaf Setelah Dicerai   Melarikan diri

    Tok, tok, tok,"Imah, bangun Nak! Sudah sore, udah sholat Ashar blom?" panggilku diluar pintu kamar.Tak lama, bunyi pintu terbuka. Muncul wajah Darma yang masih ngantuk. Aku pun terkejut, ternyata Darma udah pulang."Loh, kapan kamu pulang Nak? Kok ibu nggak tau?" tanyaku."Tadi, Bu! Ibu masih tidur jadi Imah bilang nggak usah ganggu ibu jadi Darma istirahat dulu," kata Darma sambil menguap."Ya udah, kamu mandi sana sholat Ashar. Imah udah bangun blom?" tanyaku tersenyum."Blom, Bu! Sepertinya Imah ngantuk berat," ujar Darma sambil melirik istrinya."Iya, dia tadi nyuci banyak. Mau ibu bantuin tapi nggak boleh sama Imah," jelas ku.Lalu Darma keluar setelah mengambil handuk, masuk ke kamar mandi. Aku pun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status