Share

Ceraikan aku!

Penulis: Na_Vya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-04 12:48:11

Darwin kembali ke rumah sekitar pukul sembilan pagi bersama Rania yang ikut serta. Namun, saat tiba di rumah pemberian papinya, dia tidak mendapati siapa pun termasuk sang istri.

"Rumahmu sepi, pada ke mana? Selena juga gak keliatan." Rania mendaratkan bokongnya di sofa ruang tamu. Pandangannya mengelilingi seluruh rumah yang ditempati adik tirinya selama satu tahun terakhir.

Rasa iri selalu menggelapkan hati perempuan itu. Baginya, Selena sangat beruntung, sebab bisa menikah di usia muda dan mendapatkan suami tajir. Lalu, keinginan untuk merebut apa yang dimiliki oleh Selena tak bisa terbendung. Rania mulai merayu Darwin, dan berhasil membuat pria itu menidurinya selama tiga bulan ini.

Darwin yang baru saja mengecek kamar untuk mencari keberadaan Selena, melangkah menuju dapur. Mengambilkan minum untuk Rania karena di jam segini biasanya asisten rumahnya sedang pergi ke pasar.

"Lagi pergi kali," sahut Darwin, sambil melangkah ke ruang tamu. Di tangannya ada dua minuman kemasan kaleng. "Minum, Ran." Dia menyodorkan salah satunya ke depan Rania.

"Makasih." Rania mengambilnya, dan tak perlu susah payah membukanya karena Darwin sudah membukanya lebih dulu.

Darwin duduk di sebelah Rania, dan tidak merasa takut sama sekali jika ada orang yang bisa saja memergoki kedekatannya dengan kakak tiri istrinya. Kaleng minuman dia teguk isinya sedikit-sedikit, sambil merentangkan satu tangannya ke pundak kekasih gelapnya.

Sudut mata Rania melirik tangan Darwin, yang menempeli pundaknya. "Santai, ya, Pak. Mumpung gak ada orang di rumah." Dia berseloroh lalu terkekeh. Kaleng di tangan dia letakkan di meja. Rania lantas menyenderkan kepalanya ke dada Darwin.

"Kalo gitu, bisalah kita main sebentar. Mumpung belum pada pulang." Hasrat Darwin selalu tidak bisa dibendung apabila Rania sudah menempel-nempel macam lintah. "Mau 'kan?" bisiknya serak, lalu menciumi pipi Rania.

"Gak, ah! Bahaya! Nanti tau-tau Selena pulang, gimana?" Meski menolak ajakan Darwin, tetapi telunjuk Rania tak berhenti menggoda lelaki itu. Malah sengaja menelusuri rahang, sampai tengkuk.

Darwin berdecak keras, sebab hanya sentuhan sebatas itu saja, dia sudah kembali on. "Ayolah, Ran. Aku janji mainnya sebentar," bujuknya sambil menelusupkan telapak tangannya ke rok mini ketat Rania. Telunjuknya dengan mudah menemukan titik kelemahan setiap wanita. "Punya kamu juga udah basah." Darwin menekan celah lembab kenikmatan itu dengan telunjuknya, hingga Rania mengeluarkan erangan.

"Darwin ..." Sekujur tubuhnya dengan cepat merespon, lalu meminta lebih dari sekadar usapan dan belaian. "Kamu emang paling bisa." Tatapan Rania mulai sayu.

"Ya udah, ayo. Kita gas di kamar bentar. Mau 'kan?" Bibir Darwin tak berhenti mengendusi lekukan leher Rania yang wangi.

Lagi-lagi, Rania tak bisa menolak rayuan itu. "Iya-iya. Cepetan. Keburu ada orang."

Dalam sekejap, Rania sudah berada di dalam gendongan Darwin. Lelaki itu membawa masuk Rania ke kamarnya. Padahal, kamar itu adalah tempatnya bersama Natasya.

Saking tak sabarannya, Darwin bahkan sampai lupa tidak menutup pintu kamar atau menguncinya. Pikirannya sudah tertutup kabut gairah yang harus segera dituntaskan saat ini juga. Darwin mencumbu bibir Rania dengan tergesa dan rakus sambil melucuti satu persatu kain yang menempel di tubuh berisi itu.

Beberapa saat kemudian, mereka pun sudah sama-sama polos. Darwin tengah memacu tubuh Rania dengan gerakan sangat cepat. Desahan, erangan menggema di dalam kamar itu. Kedua sejoli itu tidak sadar dengan kedatangan seseorang.

Di tengah-tengah aktivitas panas tersebut, mulut Rania pun tak pernah berhenti mendesah dan meracau. Dia tidak tahu jika suaranya itu mengundang rasa penasaran bagi seseorang yang memiliki status dengan Darwin.

"Mas Darwin! Kak Rania!" pekik Selena dengan mata menyalak tajam. Perempuan itu berdiri di depan pintu kamar, seraya mengepalkan tangan.

Darwin dan Rania seketika menoleh, lalu menyebut nama Natasya bersamaan. "Selena!"

Seperti maling yang terpegok, keduanya kelabakan dan kebingungan. Darwin menggeram rendah, kesal karena kesenangannya terganggu. Dia lekas mencabut miliknya dari milik Rania, lalu meraih selimut yang sempat dia singkirkan ke lantai, kemudian menutupi tubuh telanjang Rania. Selesai dengan urusan Rania, baju yang berceceran di lantai, Darwin pungut satu persatu. Dia masuk ke dalam kamar mandi, lalu membanting pintunya.

bruakk!

Selena berjengit kaget, tetapi amarahnya belum sirna. Dia lantas melangkah menghampiri Rania yang bangkit dari ranjang dengan selimut melilit tubuhnya. Kakak tirinya itu menatap remeh sambil tersenyum miring.

"Kakak tega! Kakak tega sama aku! Hah? Kenapa Kakak tega tidur sama suamiku? Kenapa!"

Selena membentak Rania, sekuat tenaga dia menahan diri agar air matanya tidak tumpah. Meskipun pandangannya mulai mengabur, dan dadanya semakin terasa sangat sesak. Ditambah dengan bercak merah di sekitar area leher kakaknya, membuat kewarasan Natasya makin tak terkendali. Dia maju, mendekati Rania, lalu menarik paksa selimut yang menutupi tubuh telanjang Kakak tirinya itu.

"Lepas! Lepasin selimut itu! Itu selimutku! Kakak jahat! Kakak murahan! Minggir! Jangan duduk di ranjangku! Awas!" Selena terus menarik paksa Rania hingga terseret dan terjatuh di lantai.

"Auw! Sakit!" Rania meringis saat bokongnya menyentuh lantai. "Kurang ajar kamu, Selena!" Rania tak terima diperlakukan seperti itu.

Selena a tertawa sarkas. "Apa kakak bilang? Aku kurang ajar? Gak salah? Kakak yang gak punya otak! Kakak yang gak tau malu!"

"Selena!" Darwin yang sudah berpakaian lengkap menegur istrinya dengan suara lantang. Dia marah dan tak terima mendengar Selena menyebut Rania demikian.

Selena menatap sinis Darwin. "Apa? Kenapa, Mas? Kamu gak terima kalo aku manggil dia dengan sebutan itu? Kamu gak terima, hah! Lalu, sebutan apa yang cocok untuk perempuan murahan kayak dia? Apa? Jalang? Atau—"

"Selena! Jaga mulutmu! Dia kakakmu!" Darwin melangkah maju, melewati Selena begitu saja, lalu membantu Rania memakai pakaiannya.

Pemandangan tersebut membuat Selena makin tidak waras. Bisa-bisanya Darwin malah membantu Rania, bukannya malah menenangkannya. Baik! Sekarang Selena mengerti, jika Darwin memang tak pernah menganggapnya sebagai istri. Lalu, untuk apa lagi dia mempertahankan suami yang sudah tidur dengan kakak tirinya.

Tidak! Selena tidak bisa menerima pengkhianatan sebesar ini. Masa depannya masih sangat panjang. Masa mudanya pun tak boleh berakhir sia-sia hanya karena laki-laki brengsek seperti Darwin.

"Dia memang kakakku. Tapi kakak tiri! Kami bukan saudara kandung! Kalian berdua menjijikan! Cuih!" Selena berdecih, dan tiba-tiba ...

plak!

Muka Selena terlempar ke samping ketika telapak tangan Darwin mendarat sempurna di pipinya. Sakit bercampur rasa perih tentu mendominasi kulit mulusnya saat ini. Akan tetapi, dia tidak boleh menangis. Tidak!

Darwin mendekat, lalu mencengkeram kuat-kuat rahang Selena. Maniknya mengilatkan amarah yang begitu besar. Dia terkejut saat mengira jika istrinya itu akan menangis atau merintih memohon ampun. Justru sebaliknya, Selena menatapnya dengan tanpa rasa takut sedikitpun.

"Kamu itu harus jaga sikap di depan suamimu. Ngerti!"

Bibir Selena tersenyum sinis. Meski kulitnya terasa perih karena kuku-kuku Darwin menancap di pipinya. Walupun mulutnya susah payah untuk bicara. Dia tetap menjawab perkataan suaminya dengan berani. "Mungkin aku akan bersikap demikian kalo suamiku bukan laki-laki brengsek kayak kamu, Mas! Buat apa aku hormat sama laki-laki brengsek dan menjijikan kayak kamu, hah?"

"Sialan!" Darwin mengumpat, lalu menghempas Selena. Istrinya itu jatuh menelungkup di atas tempat tidur. "Kenapa Daddy harus nikahin aku sama perempuan gak waras kayak kamu. Sial!"

"Darwin." Rania mendekat, mengamit lengan Darwin. Dia berbisik pelan, "Tahan emosi kamu. Jangan sampe kamu lukain dia. Daddy-mu pasti akan marah besar."

Benar. Daddy-nya pasti akan marah karena sudah membuat menantu kesayangannya terluka. Akan tetapi, Darwin tidak peduli. Dia sudah tidak kuat dengan pernikahan terpaksa ini.

"Biarin. Aku juga udah muak sama pernikahan ini."

"Bagus!" Selena yang sudah berdiri tegak, dan terlihat baik-baik saja menyahut lantang.

Darwin dan Rania menatap tak percaya.

Selena melangkah dengan dagu terangkat tinggi. Ini kesempatan untuknya terbebas dari manusia tak beradab seperti Darwin. Maka dia pun akan mengambil keputusan.

"Kalo menurut Mas pernikahan ini udah memuakkan, lebih baik kita akhiri. Ceraikan aku! Dan kalian bisa melanjutkan hubungan tanpa perlu repot sembunyi-sembunyi kayak maling!"

_

bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Raudlatul Jannah
bagus selena kamu harus kuat... jangan lemah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mantan Mertuaku, Suami Keduaku.   Last chapter!

    Setelah lama menyandang status duda dari pernikahan sebelumnya. Pada akhirnya, Darwin memantapkan diri—melangsungkan pernikahan untuk yang kedua kali dengan gadis pilihannya. Emma—seorang gadis yang berprofesi sebagai model majalah dan catwalk telah menjerat hati seorang Darwin. Bisa dikatakan, jika Darwin jatuh cinta pada pandangan pertama waktu pertama kali dia bertemu sang calon istri di sebuah acara amal yang diadakan di Singapur. Pada hari itu, Darwin sangat yakin jika Emma adalah jodoh yang dikirim Tuhan untuknya. Bagaimana tidak? Di saat dia bertahun-tahun menyandang status duda serta mencoba memperbaiki diri, takdir dengan segala perannya telah menuntunnya pada sosok Emma. Bak gayung bersambut, tak membutuhkan waktu yang lama Darwin mencoba mendekati Emma kala itu. Perempuan berparas indo itu menerima pinangan Darwin enam bulan yang lalu. Prosesnya pun begitu singkat. Darwin tak ingin berlama-lama menyendiri lagi.Dan, pernikahan yang seharusnya digelar dua pekan lagi, terpa

  • Mantan Mertuaku, Suami Keduaku.   bonus chapter#1

    "Daddy ...." Seorang gadis kecil berusia enam tahun, yang baru saja tiba memanggil sang daddy sambil berlarian di ruangan yang seluruhnya didominasi kaca. Sang ibu yang membuntuti sampai kewalahan. "Naomi, jangan lari-lari, Nak!" Selena menggeleng berkali-kali, merasa gemas dengan gadis kecilnya yang selalu tidak sabaran menemui daddy-nya. Dev yang siang itu baru saja selesai meeting, dan masih mengobrol dengan dua orang kolega bisnisnya seketika menoleh ke arah putrinya. "Naomi ...." Kedua kolega bisnis Dev pun melakukan hal yang sama. Mereka tersenyum melihat tingkah lucu Naomi yang tak malu-malu di hadapan orang asing. "Daddy!" Naomi menghambur memeluk Dev. "Daddy kenapa gak jadi jemput Naomi?" protes gadis kecil itu, dengan raut cemberut. Bibir mungilnya mencebik. Merasa bila sang anak protes, Dev pun lekas meminta maaf. "Maafin daddy, ya? Daddy lagi ada tamu. Tuh!" Dev mengedikkan dagu ke arah kedua tamunya.Bibir mungil Naomi mengatup rapat, seraya menelengkan kepala ke a

  • Mantan Mertuaku, Suami Keduaku.   MMSK-Ending...

    Beberapa bulan kemudian...."Mbok ... Mbok Nung." Siang itu Selena terlihat baru saja keluar dari kamar sambil berulang kali mengusap perut yang sudah makin membesar. Dia juga sesekali meringis seperti orang menahan sakit. Yang paling terasa ialah di bagian perut dan pinggang. Mbok Nung muncul dari dapur, kemudian tergopoh-gopoh menghampiri istri Dev itu. "Ya, Non ....""Mbok, perut aku kok kenceng-kenceng terus, ya?" adu Selena, lantas dibantu mbok Nung gadis itu duduk di sofa ruang tamu. Dia menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan. Mbok Nung duduk di samping Selena, lalu memegang perut gadis itu. Mbok Nung terlihat sedang berpikir sambil meraba perut yang memang mengencang. "Iya, Non. Kenceng-kencengnya timbul hilang gitu, Non? Kayaknya dedeknya mau keluar, Non. Soalnya 'kan udah lewat dari perkiraan lahir." Selena terus mencoba mengatur napasnya, kendati dia begitu gugup saat ini. "Iya-ya, Mbok? Kayaknya gitu. Pas aku cek tadi udah ngeflek di celana." ujarnya."

  • Mantan Mertuaku, Suami Keduaku.   MMSK-106

    Setelah menghubungi pihak kepolisian, Marvin juga menghubungi Dev. Sementara Darwin terlihat sedang berjaga-jaga di depan pintu utama. Security rumah yang sempat kecolongan pun diperintahkan untuk mengawasi di bagian halaman belakang. Sedangkan Lexy yang tidak menyadari jika dirinya akan digelandang masih terlihat duduk bersama Monica di ruang tamu rumah itu. Keduanya masih terlibat perdebatan yang tak kunjung selesai. Lexy merasa kecewa sekaligus marah dengan mantan selingkuhannya yang selama bertahun-tahun menyembunyikan kebenaran. Suasana siang itu cukup menegangkan bagi Darwin, yang baru kali pertama akan menyaksikan penangkapan pelaku penembakan sang ayah secara langsung. 'Apa aku sudah melakukan hal yang tepat?' Benak pemuda itu tak berhenti bertanya-tanya sendiri, memikirkan sesuatu yang telah dia putuskan dengan matang. Melaporkan pria yang baru dia ketahui sebagai ayah kandungnya, merupakan hal yang sama sekali tidak pernah terlintas di pikiran Darwin. Namun, dia pun tak

  • Mantan Mertuaku, Suami Keduaku.   MMSK-105

    "Aku bisa minta tolong, Vin. Tolong kamu ke rumahnya Monica. Tanya keberadaan Darwin sama dia." Dev berbicara dengan Marvin lewat panggilan telepon sejak sepuluh menit yang lalu. Sejak dia tidak bisa menghubungi Darwin, Dev merasa khawatir. Dia hanya ingin mengabarkan jika dia sudah kembali dari rumah sakit. "Baik, Dev. Kebetulan banget aku lagi perjalanan ke rumahnya." Marvin menyahut. Kening Dev mengernyit, "Oh, ada urusan apa?" tanyanya sambil beranjak dari tempat tidur, lalu berjalan ke arah balkon."Aku mau minta tanda tanda Monica. Ini 'kan mau akhir bulan. Kamu lupa kalau dia juga pemilik saham di perusahaan?" Terdengar kekehan dari Marvin, dan suara-suara bising kendaraan. "Hmm, ya ... ya ... Aku bahkan gak sadar kalau udah mau akhir bulan. Baiklah. Nanti, kalau kamu udah dapet kabar soal Darwin langsung hubungi aku aja. Oh, ya ... Gimana soal asisten rumah yang aku minta kemarin?" Dev hampir lupa menanyakan perihal itu. "Nanti siang orangnya diantar ke tempatmu. Namanya

  • Mantan Mertuaku, Suami Keduaku.   MMSK-104

    "Perutku laper banget." Pagi-pagi sekali Selena terlihat sudah memasuki pantry sambil mengusap-usap perut. Sejak subuh tadi Selena merasa sangat lapar, karenanya dia pergi ke pantry untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Pertama-tama yang gadis itu lakukan adalah membuka kulkas, kemudian mengambil satu buah apel merah. Setelah mengambil apel, tak lupa dia turut mengambil susu hamil kemasan siap minum rasa mocca. Selena lantas menduduki kursi meja makan, lalu meminum susu hamil terlebih dahulu, baru setelah itu mengigit apel."Non ..." Mbok Nung muncul di pantry dan agak kaget melihat Selena yang sudah berada di sana. Rupa-rupanya, istri majikannya itu tengah menyantap buah dan minum susu. "Non Selena laper, ya?" "Iya, Mbok. Dari tadi subuh perutku laper banget," cicit Selena sambil mengunyah apel. "Tau-tau kayak gini, padahal kemarin-kemarin enggak, Mbok." Selena merasa aneh, sebab sejak awal-awal hamil dia tidak pernah merasa kelaparan seperti ini."Hormon, Non. Biasanya bawaan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status