Share

7. Orderan Meningkat.

Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.

Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.

Begitu juga aku. 

Tok...tok...tok...

"Assalamualaikum,"ucapku 

Sepi, tak ada jawaban. 

Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.

Kreeeeek... Kubuka pintu.

Hening. Aku berjalan terus ke dalam.

Ternyata Ibu sedang mencuci.

"Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang.

"Abella," ucap Ibu.

"Koq nangis?" Tanyanya lagi.

Aku menyodorkan berkas yang kudekap.

"Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak.

"Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahnya.

Aku menyeka air mataku. Kulihat Ibu tersenyum.

"Nanti belajar sungguh-sungguh ya. Ibu menggantungkan harapan sama Kamu Nduk. Ibu sudah tua. Kalau kamu selesai kuliah nanti, terus jadi dokter, Ibu gak khawatir lagi kalau suatu saat Ibu pergi nyusul Bapakmu, " ucap Ibu seraya menggenggam tanganku.

Aku semakin terisak.

"Ibu jangan bicara seperti itu. Abel masih butuh Ibu. Kalo gak ada Ibu ntar Abel sama siapa?," isakku semakin menjadi.

"Sudah..sudah.. jangan nangis. Jalani saja ketetapan dari Gusti Allah. Kedepannya kita tidak tau," nasihat Ibu kepadaku.

Aku mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. 

Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Waktunya istirahat karena besok harus bangun subuh untuk membuat orderan untuk Kafe Mutiara dan jualan untuk warungku sendiri.

                💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫

Keesokan harinya, jam 4 aku dan Ibuku sudah bangun. Mempersiapkan segala sesuatunya untuk mencari rezeki.

Setelah semua beres aku memindahkan semua bagian untuk kafe mutiara dan memindahkan bagian untuk warung. Pekerjaan hari-hari yang aku lakukan tapi minggu depan sudah tidak bisa full time lagi membantu Ibu. Tiba-tiba rasa sedih meyusup ruang hatiku.

Kupandang lekat ibuku. Seandainya aku bisa meminta, aku cuma minta sehatkan Ibuku ya Allah. Jangan Kau biarkan beliau dalam kesusahan. Selalu beri rezeki dan rahmatMu ya Allah.

"Abel, koq melamun," teguran Ibu membuyarkan lamunanku.

"Udah mau jam 6 ini, udah beres semua barang-barang untuk di kafe Mamanya Rangga?" tanyanya lagi.

"Eh.... udah Bu. Udah dari tadi. Tinggal nungguin sopir aja sama ini nungguin pelanggan kita," jawabku.

Tak lama, matahari mulai menaiki tangganya, memancarkan sinar secerah suasana hati kami pagi ini.

Pelangganpun mendatangi warung kami satu persatu. Mencicipi hidangan nasi uduk Bu Warsih yang memang sudah terkenal sejak aku masih kecil. 

Sembari melayani pelanggan, kulihat mobil jemputan nasi uduk Ibu datang. Supirnya Mama Rangga, Pak Ujang turun dan mendekati kami.

"Assalamualaikum, Neng," ucapnya.

"Walaikumsalam, Pak Ujang," jawabku.

"Mari Pak, udah siap ini semuanya," jawabku sambil membantu Pak Ujang memindahkan dandang dan tempat lauk pauk ke dalam mobil.

"Ma kasih Neng, Bapak langsung pamit ya," ujarnya.

"Dan ini, titipan dari Nyonya," tambahnya sambil menyodorkan amplop berwarna kuning.

"Alhamdulillah, trima kasih ya Pak,"jawabku.

"Assalamualaikum Neng," ucapnya.

"Walaikumsalam," jawabku.

Pak Ujang berlalu. Aku kembali ke warung membantu Ibu membereskan dan mencuci piring-piring kotor. Setelah selesai aku kembali depan menunggu pelanggan lainnya.

"Bu, ini dari Pak Ujang," ucapku menyodorkan amplop tadi kepada Ibu.

"Pegang aja, buat ongkosmu bolak balik nanti," jawab Ibu.

"Ah... yang bener Ibu. Nanti Abel pake buat belanja lho," godaku.

Ibu hanya menjawil hidungku gemas.

Hari menjelang pukul 11 siang dan jualan kami hampir habis. Sambil menunggu pelanggan lain datang aku bergegas membereskan semuanya.

Sementara di Kafe Mutiara.

"Rangga, tolong telpon Bu Warsih untuk membuat lagi nasi uduknya ya. Mama gak nyangka ada yang booking untuk arisan keluarga salah satu pelanggan mama soalnya. Dan berhubung ini malam minggu, bilang buatin 200 porsi ya," titah Mama Rangga.

"Siap Bu Bozz," jawab Rangga.

"Ntar yang ngambil biar Rangga aja ya Ma," pintanya.

"Mau sekalian ngapel ya," goda tante Muti.

"Ah... mama kayak gak pernah muda aja," jawab Rangga.

"Tapi, kali ini mama minta jangan kamu permainkan hati Abella, Rangga. Dia anak baik. Mama gak rela lho kamu nyakiti dia," kali ini Mama Rangga mewanti-wanti anaknya.

"Rangga gak pernah lho Mah selama ini nyakitin hati cewek," ucap Rangga percaya diri.

"Yakin?" Ujar tante Muti mendelik anaknya.

"Gini ya Mah. Selama ini tuh ya, Rangga emang suka ngajakin temen cewek Rangga hang out. Tapi Rangga gak pernah tuh nembak mereka buat komitmen pacaran. Rangga cuma bilang kalau Rangga asyik jalan ama mereka. Ceweknya aja yang baperan Ma," ucap Rangga membela diri.

"Ah... sudahlah. Pokoknya intinya kalo kamu nyakiti Abella, mama yg pasang badan buat dia," tegas tante Muti.

"Sudah sana telpon Bu Warsih," titahnya lagi.

"Iya...iya...," ucap Rangga.

Rangga menekan tombol dial di aplikasi berwarna hijau. 

"Hallo Abella anaknya Bu De Warsih?," suara Rangga.

Abella tertawa.

"Ya, Rangga anaknya tante Mutiara pemilik kafe Mutiara yang terkenal seantero Jakarta, ada yang bisa saya bantu kah?" Ucapku mengikuti guyonannya.

"Hem...hem... tolong sampaikan kepada Bu Warsih untuk membuat lagi nasi uduk 200 porsi. 2 jam dari sekarang akan dijemput oleh pangeran tampan," gurau Rangga.

"Baik pangeran, akan Hamba sampaikan titah Pangeran," jawabku berkelakar.

"Ha...ha...ha...," kami tertawa bersamaan.

"Ada-ada aja," ucap Rangga.

"Elo yang duluan," belaku.

"Tumben awal, Ngga. 150 porsi tadi pagi habis?" Tanyaku

"Kata Mama sih ada yang booking buat arisan keluarga," jawabnya.

"Bel, ntar malam ke kafe yuk. Elo chat Mira sekalian ya," ajaknya.

"Eng... tapi gue izin Ibu dulu ya,"jawabku ragu.

"Udah deh, gue aja yang ngabarin Mira. Dari rumah Mira, gue langsung kesana," jawabnya lagi.

"Iya, terserah deh," jawabku.

"Oke de. Bye. Jangan lupa orderan nyokap gue," ucapnya.

"Iya, asssiap," balasku.

Telpon pun terputus. Aku keluar mencari Ibu yang ternyata sedang bersantai di teras luar.

"Bu, Rangga barusan nelpon. Orderan 200 porsi Bu. Yuk langsung kita kerjakan. 2 jam lagi dijemput," ajakku.

"Sekarang Bel? Tumben awal," tanya Ibu.

"Tadi kata Rangga ada yang booking buat arisan keluarga Bu, jadi mungkin karena malam minggu orderan kedua ini dilebihin dari biasanya," ujarku.

Ibu hanya ber oooh saja.

"Ya udah ayo kita bergerak," jawab Ibu.

Kegiatan masak memasak dimulai. Hingga tak terasa sudah menunjukkan hampir jam 2. Aku minta izin Ibu untuk menunaikan zuhur. Lupa sangking asyiknya membantu Ibu.

Sementara aku wudhu dan shalat, ibu membereskan semuanya. 

Dari luar kudengar suara mobil Rangga memasuki halaman rumah.  Dia masuk dan segera memindahkan semuanya ke mobil. Aku keluar kamar dan membantunya.

"Bu De, nanti malam izin ya ngajakin Abel ke kafe mama. Ada Mira juga koq," pintanya sambil garuk kepala.

"Ya, tapi kayak biasa jangan malam-malam pulangnya," ucap Ibu.

"Iya, siap Bu De. Rangga langsung pamit ya," izinnya.

Aku dan Ibu mengangguk. Rangga hilang dari pandangan kami. Ibu kusuruh istirahat. Aku juga ingin merebahkan tubuh sebentar.

💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥

POV Author

Ternyata Rangga tidak seburuk yang aku kira. Entah apa yang membuatnya mendapat gelar playboy. Yang aku tahu, Rangga memang sering jalan sama cewek yang berbeda. Tapi rasanya itu wajar saja karena mungkin mereka berteman.

Perhatian kecil yang Rangga berikan kepadaku, cukup membuat aku bahagia. Meskipun aku tak berharap banyak. Aku hanya ingin menunaikan impian Bapak. Mengejar cita-citaku dan tak ingin membuat kecewa Ibu. 

Menyelesaikan study tepat waktu. Membuat Ibu bangga. Menjadi seorang Dokter yang dikagumi. Melayani sepenuh hati dan tidak menuntut imbalan. 

Menjadi seorang Dokter yang melayani masyarakat menengah kebawah adalah impianku. Semenjak di tinggal ayah, aku bertekad membantu orang yang tidak mampu. Aku tidak ingin mereka bersedih kehilangan orang yang disayang hanya karena tidak mampu memenuhi administrasi yang mahal bagi mereka.

Bismillah, perjalananku baru saja dimulai. Permudah semua nya ya Allah. Aamiin.

💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status