Share

Bab 04

Malam harinya. 

Leira melewati jalanan kota Seoul, udara cukup sejuk untuk menyambutnya musim semi, selalu seperti ini setelah bertemu dengan Nam Jun. 

Bayangan masa lalu tentang betapa bodoh dirinya, bagaimana bisa Leira begitu mencintai pria itu, padahal sangat jelas jika Nam Jun lebih memilih untuk bersama kekasihnya walau pria itu sangat jelas tahu sudah memiliki seorang istri, dan Leira tetap berada di sampingnya, menerima semua luka itu. 

Leira berhenti pada sebuah klub, kenapa dia kesini? 

Mungkin dengan sebotol alkohol bisa membuatnya tenang, tapi secepat itu Leira memutuskan untuk tidak melangkah masuk, dia seorang Ibu. Tidak baik kembali dengan keadaan mabuk, Leira yakin Haru akan kembali memarahi dirinya. 

Leira kembali tersenyum, dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sang Ibu, mengatakan jika hari ini dia tidak bisa menjemput Haru.

'Leira kau belum pulang?' - sang Ibu.

Leira menempelkan benda tipis itu, memilih duduk di halte sambil menunggu bus datang.

"Ya, Ibu. Hari ini aku pulang lebih lama, apakah Haru sudah tidur? Biarkan hari ini pria kecilku tidur disana." ucap Leira, mungkin sesampainya dirumah dirinya bisa meneguk satu kaleng bir.

'jangan lupa untuk makan malam Leira, untuk masalah Haru biar Ibu yang mengurus, beri kabar jika kau sudah sampai rumah nanti.'

"Hm--tentu saja. Terimakasih Ibu, aku akan menghubungimu nanti."

Wanita itu segera masuk kedalam bus setibanya disana, mengambil tempat yang nyaman itu menatap arah luar dan menenangkan pikirannya.

Sulit, tentu saja. Pria itu adalah cinta pertama bagi dirinya, dan juga orang yang telah mematahkan hatinya setelah kepergian sang ayah, Leira melewati masa pahitnya dengan terus berlari, selama dua tahun meninggalkan kota Seoul dan kembali dengan keyakinan bisa melupakan luka itu, tapi kenyataan pahit selalu menghantui pikirannya. 

Nyatanya, Leira tidak bisa membenci Nam Jun. 

Bersandar pada jendela bus dan memejamkan kedua matanya adalah hal yang sangat menyenangkan, dia melewati masa mudanya untuk menyakiti dirinya, kini Leira berharap bisa lebih baik dari itu. 

Walau kini tidak ada lagi kesempatan untuk berlari, setidaknya ada jemari kecil masih setia memegang tangannya, berdiri di sampingnya dan senyum yang selalu membuat Aelyn menjadi lebih semangat, itu alasan Leira berhenti menjauh, alasan kembali karena Haru. 

Dunia kecilnya dan tempat melepas lelah.

Leira menatap layar ponselnya, hanya ada gambar Haru dan beberapa note yang terus tercampur dalam layar homescreen-nya, Leira jadi teringat jika tadi pagi dia menerima email dari teman kuliahnya yang akan melangsungkan pernikahan, Leira menerima undangan itu dan lokasi yang pernikahan itu di pulau Jeju. 

"Mungkin aku bisa mengajak Haru dan Ibu kesini." 

Leira memulai membuat jadwal penerbangan untuknya, memilih beberapa hotel dan tempat yang bagus untuk dikunjungi, dan memakai waktu cutinya untuk berlibur, setelah itu Leira meletakkan ponsel dalam tas, tersenyum pada angin dari jendela bus yang terus menerpa wajahnya. 

"Boleh aku duduk disampingmu?" 

Leira menoleh, senyum itu pudar, dia merapikan pakaian dan menekan tombol, meninggalkan tempat duduk, tanpa berpikir panjang Leira turun dari bus padahal perjalanan menuju apartemennya masih cukup jauh.

"Leira kenapa?" Nam Jun menahan tangan Leira, dirinya selalu berusaha untuk bisa bertemu dengannya, tapi sekeras itu Leira menolak. 

"Saya rasa Negara Korea Selatan begitu luas, kenapa harus bertemu denganmu lagi? Apakah tidak cukup kita bertemu di kantor? Tuan Park, saya butuh privasi, dan ingat saya bisa menuntut anda." ucap Leira, sekeras apa penolakan yang sangat jelas Leira berikan apakah tidak bisa menyadarkan pria itu.

Nam Jun menghela nafas, kenapa? Selalu saja tatapan itu yang bisa dirinya lihat, apakah Leira tidak mengerti? Bahwa akhir-akhir dirinya yang selalu menghantui pikirannya, walau perasaan menyesal itu selalu ada. Tapi, bisakah ada kata kesempatan untuknya.

Pria itu memberikan sebuah buku ditangan wanita itu. 

"Setidaknya bacalah satu novelku, semua itu aku tulis dalam kisah tentang dirimu apalagi kehidupan kita." 

"Maaf tapi hidup saya hanya milik saya, tidak ada kata 'kita' disini." Leira mengambil buku itu, dia tidak pernah mau menyentuh naskah pria itu walau kemungkinan sangat besar, mengingat mereka bekerja dalam atap yang sama dan Leira adalah seorang editor.

Nam Jun hanya terdiam, membiarkan gadis itu pergi meninggalkan dirinya, hal yang Leira katakan tidak pernah salah, semua itu benar, dia hanya menghela nafas sambil menatap buku di tangannya, banyak orang yang mengagumi alur ceritanya dan hanya Leira yang tidak ingin membacanya, padahal Nam Jun menulis untuk dirinya. 

*********

Leira berhenti dan duduk disebuah bangku taman, dia sempat membeli beberapa Soju di jalan, sudah lama tidak melakukan perjalanan jauh hanya dengan berjalan sedikit menguras tenaganya, Leira tersenyum, dia sudah tidak sekuat dulu, sekarang Leira merasa dia lebih sensitif pada suatu hal, dan terkadang terpuruk karena hal biasa.

Selama duduk dibangku SMA, Leira pikir dunia dewasa sangatlah bebas, apapun bisa dilakukan tanpa mendengar sebuah larangan, tapi? Kenyataannya dunia dewasa sangat pahit, setara dengan meneguk satu botol Soju dan memakan sepotong lemon. Penuh dengan pertimbangan dan sangat sulit untuk berjuang.

Leira sangat suka meneguk Soju secara langsung, padahal sebelumnya dia tidak akan minum tapi semua itu semakin lelah saat Nam Jun terus menemui dirinya, padahal Leira bukan menyukai Soju atau kopi. Tapi seiring berjalannya waktu rasa pahit seperti madu baginya.

"Buku? Untuk apa kau menulis kisah menyedihkan itu? Agar semua tahu jika aku begitu menyedihkan karena mencintai pria sepertimu?" 

Semua orang memiliki keunikan ketika mabuk, dan itu juga berlaku pada Leira, dia akan lebih banyak bicara dan sering berbicara sendiri pada benda, sikap aslinya akan terbongkar di saat mabuk. 

Leira berjalan dengan tidak seimbang, dia menari-nari ditengah jalanan yang begitu sepi, dulu sebelum menikah Leira pernah hampir masuk kedalam teater untuk balet, dia memang mempunyai impian menjadi seorang balet dan memerankan sebagai giselle atau wanita gila karena kehilangan kekasihnya. 

Tapi sekarang? Tanpa sadar kisahnya berbuah menjadi seorang Giselle di zaman modern. 

Leira mengeluarkan ponselnya, mengacak asal dan menghubungi seseorang tanpa melihat siapa nama yang dirinya hubungi.

"Kau ingat ini pria brengsek! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah membiarkanmu masuk--"

Leira menatap layar ponselnya, sambungan itu terputus oleh pihak yang dia telepon dan dengan kesal Leira kembali menghubunginya.

"kau pikir aku tidak bisa melakukan itu? Aku membencimu!!" 

Leira memejamkan matanya berulang kali untuk membuka pintu apartemen, dia sudah hampir kehilangan kesadaran tapi pintu itu tidak terbuka.

"kenapa sulit sekali."

"Akh!!" Leira merasa tubuhnya menerpa lantai yang dingin, dia sudah sangat tidak sanggup untuk membangunkan dirinya dan hitungan detik berlalu matanya terpejam, wanita itu terlelap tidur dilantai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status