Share

Bab 03

Keesokan paginya.

Aktivitas rutin, tentu Leira terlebih dahulu mengantar sang putra ke sekolahnya, Leira hanya sebatas mengantar Haru sampai bus sekolah menjemputnya, kebetulan kantor Group Choi. Tidak jauh dari Seoul, Leira bisa sedikit merasa tenang. 

Seharusnya dia berangkat dengan tim-nya namun karena Leira tidak punya waktu, itulah kenapa dirinya memutuskan untuk sendiri kesana. Dia sudah mempelajari agenda hari ini, Leira bangun pagi kali ini, dia meluangkan waktu untuk membuat bekal Haru dan mencatat kebutuhan yang mulai menipis. Harus segera dibeli.

Dan kebetulan Leira akan menerima gaji bulannya akhir pekan ini, itu berarti libur musim semi Leira ada waktu untuk mengajak Haru berlibur ke pantai. Sudah lama juga Leira tidak kesana, terakhir saat merayakan pernikahannya dan reuni angkatan universitas.

Setelah itu, hidupnya sepenuhnya untuk Haru, Leira sangat jarang bertemu dengan teman masa SMA-nya lagi, biasanya di akhir pekan mereka akan melakukan sebuah rencana dimana mereka berkumpul.

 

Leira merapikan pakaian Haru, ketika Bus sekolah akan segera datang, melihat putranya yang sangat tampan.

“Ingat sebelum Nenek menjemput Haru, jangan pernah ikut dengan siapapun oke? Haru bisa menghubungi Mom jika Nenek tidak ada.”

Haru mengangguk, melambaikan tangannya setelah bus sekolah berhenti di tempat mereka, Haru langsung di bimbing oleh pak guru yang menjemputnya. 

Leira tersenyum, melambaikan tangannya ketika bus membawa putranya, sebenarnya Leira begitu mencemaskan putra setiap saat, dia harus mandiri di usia-nya, belum lagi kekhawatiran terjadi sesuatu padanya. Karena Leira tidak bisa menjemputnya dan hanya bisa menghantar.

“Ya. Aku akan segera sampai, sedang dalam perjalanan.” 

Leira berlari menghentikan taksi yang melintas, ponsel masih menempel di telinganya, beruntung karena Tuan Han begitu baik memberitahu jika Tim mereka akan segera sampai. 

Heels peach yang Leira kenakan melangkah masuk kedalam gedung pencakar langit, wajah kagum dan terpikat dengan desain interior yang belum pernah dia lihat dimanapun, bagian depan dipamerkan beberapa buku penulis hebat di masanya, lalu label bertuliskan ‘Group Media Choi’ terlihat jelas. Semua karyawan berlalu-lalang di lobi utama lantai dasar. Seragam mereka juga cukup unik.

Saat Leira menatap ke atas, dirinya kembali dibuat kagum, siapa yang menyangka jika ketika melihat keatas pemandangan langit terlihat jelas, dan Leira yakin jika diatas sana adalah taman. Tempat ruang terbuka untuk menghirup udara segar. 

Surga untuk para editor, revisi, dan penulis. Lihatlah bagaimana setiap lantai seperti terdapat rak tumpukan buku, seperti mengunjungi Cafe book ( Cafe buku ).

Karena di lantai Leira berada ada beberapa Cafe dan restoran cepat saji. 

Leira berjalan setelah menemukan rekan kerja mereka duduk di sofa yang memang disediakan disana. Dengan senang menerima Ice Americano pemberian Tuan Han. 

“Terimakasih Tuan Han.”

“Apa kau sudah membaca semuanya? Hari ini kau yang akan menggantikan Mira untuk presentasi kali ini.” ucap Tuan Han. 

Leira tersedak, menatap tidak percaya. Matanya mencari temannya dan ternyata Mira tidak ada di antara tim-nya, Leira menjadi tidak bersemangat, dia hanya membaca tapi tidak menghafalnya. “Ta-tapi, Tuan Han. Aku---,”

“bukankah kau sudah sering Leira, ini bukan pertama kalinya kau berbicara didepan orang lain” ucap Tuan Han, pria itu memang pengertian, namun dia tidak suka penolakan. Dan suka mengambil keputusan terburu-buru.

“Ya--Tapi, ini berbeda. Aku tidak yakin akan berjalan dengan baik.”ucap Leira, dia mulai merasa panik, tangannya tidak bisa diam untuk tidak gemetar, Leira merasa punggung mulai berkeringat.

“Group Choi, akan merekrut salah satu dari lain untuk dipindahkan disini, ini bisa menjadi peluang untukmu Leira.”

Leira terdiam, dia mengambil proposal di dalam tasnya, membuka lembaran demi lembaran, sebisa mungkin memahami dengan kondisi menegang, jika ini adalah peluang untuk masa depan Haru, Leira tidak akan takut untuk melangkah maju. 

Dua puluh lima menit Tim dari Media CT. Menunggu sampai Tuan Choi datang, seperti seorang Aktor. Pria yang memakai setelan dominasi hitam berjalan dari beberapa orang di belakangnya, kacamata terlihat membingkai wajah indahnya, seperti memang lebih pantas menjadi seorang Idol.

Vibe dan Visual, tidak kalah dengan anggota grup K-pop di korea.

Leira masih sibuk membaca proposal ditangannya, jika tidak ditegur oleh Tuan Han, Leira tidak akan menyadari jika pemilik Grup Media Choi. Berada di hadapan mereka, diusia Leira tidak begitu berarti untuk mengagumi ketampanan seseorang, hanya ada Haru.

Sulit untuk menerima pria lain. 

Tim-nya membungkuk hormat dalam pertemuan itu, Leira berdiri paling belakang. Tapi itu malah menambah ketegangan saat tatapannya mengarah pada pria itu. Sorotan matanya begitu softboy namun lain dengan wajahnya yang begitu datar tanpa ekspresi. 

Refleks Leira menunduk, kembali membaca proposal itu. Leira tidak bisa mengatasi paniknya, dan tidak bisa berbohong jika telinganya begitu merah. Itu reaksi ketika Leira gugup, marah dan malu.

Setelah berbincang-bincang, tidak lama tim-nya dibawah pada lantai Delapan. Mereka tidak bisa berada dalam satu lift yang massa, karena Leira paling belakang, dia malah berakhir dengan karyawan Group Choi. Tidak apa hanya karyawan tidak ada sang Ceo.

Leira lupa mengikat rambutnya, kebiasaan terbawa sampai sana. Saat tangannya menggenggam sesuatu pasti Leira akan meminta orang disebelahnya untuk memegangnya dan tanpa rasa bersalah, dirinya akan mengikat rambutnya.

“Te--,” Leira terpaku, dia baru saja melakukan hal bodoh itu, bagaimana dia tidak menyadari jika orang disampingnya adalah Tuan Choi. “Maaf, aku--aku tidak menyadari jik--,”

“Tak apa, aku menyukainya.” ucap pria itu.

Leira menatap tidak percaya, menelan air liurnya dan sedikit menggeser posisinya, ucapan pria itu mengundang negatif dalam pikirannya, bagaimana bisa pria itu berkata hal yang masih asing untuk dikatakan pada orang baru. Leira menggelengkan kepalanya, dan mengelus tubuhnya yang merasa merinding.

“Akh!!” tubuhnya terbentur pada lift, dikurung dengan tubuh besar yang menariknya saat lift terbuka, Leira tidak percaya dengan apa yang pria itu lakukan, ini sudah terlalu keterlaluan, walau pria itu memiliki kekuasaan disini, tapi Leira tidak akan membiarkan pria itu melakukan sesuatu.

“Anda tidak sopan Tuan! Lepaskan!” Leira memberontak, tangannya dicekal di sisinya, dia memang tidak sebanding dengan pria itu, bukan berarti dia tidak mau melawan.

“Diam!” 

Sontak Leira terkejut, menatap pria yang semakin menghempit dirinya disana, padahal lift sudah meninggalkan lantai delapan. “Ini pelecehan Tuan, disini juga ada CCTV. Aku bisa menggugat anda!”

“Leira .. Itu namamu bukan? Tolong dengarkan, aku tidak ingin melecehkan mu, tapi kamu harus lebih hati-hati, pakaian belakangmu sobek dan tidak baik dilihat orang lain.” ucap Sean, pria itu melepaskan cekalnya, memang caranya salah tapi, entah kenapa dirinya tidak tahan jika membiarkan gadis itu menampilkan tubuh belakangnya terekspos.

Leira menatap ke arah belakang punggungnya dari lift, bagaimana dirinya tidak menyadari itu, cukup besar bagian yang robek, sampai memperlihatkan punggung dan tali bra miliknya, dengan malu Leira menutupnya sebisa mungkin. 

Sean dengan sigap melepaskan jas miliknya, memakainya pada gadis itu dan menekan tombol lantai delapan, dia berdiri di depan tubuh Leira.

Dan wanita itu, hanya terdiam. Leira sudah berkata kasar, tapi wajar jika dia berkata seperti itu, cara pria itu melakukannya salah, padahal dia bisa mengatakannya, tidak perlu sampai melakukan kontak fisik dengannya.

Leira merasa tegang itu hilang, menatap punggung lebar itu dengan kemeja putihnya, menggambarkan betapa tampan pria itu dan jangan lupakan tinggi badannya. Leira saja tingginya hanya sebatas bahunya. 

Ingatlah, kau seorang ibu! Bukan lagi gadis yang bisa terpesona pada pria tampan!  Leira menyadarkan dirinya pada posisinya saat ini, bagaimanapun. Leira tidak punya waktu untuk memikirkan pria, membuatnya melupakan pria itu saja membuang waktu yang begitu lama, sekarang? Leira hanya ingin Haru bahagia.

Kakinya mengikuti langkah pria itu setelah lift terbuka, Leira menatap tim-nya yang sudah duduk manis disana, kakinya menjadi lemas. Bagaimana dia menjelaskan nanti, dirinya masih merasa malu ketika Jas Tuan Choi ada di tubuhnya.

Sean duduk di tempat di sisi kanan Leira, dengan wajah datar dan sikap pendiamnya, pria itu memerintahkan gadis di depan untuk segera memulai presentasi itu.

“Lakukan Nona Song.”

Leira mengangguk, layar proyektor sudah menampilkan proposal untuk perkembangan selama satu bulan ini, dengan hela nafas dan senyum tipis Leira mulai menatap ke seluruh orang yang berada di ruang rapat.

“Sebelumnya biar aku memperkenalkan diri, namaku Hye Leira Song. Aku bagaikan revisi naskah dari Media CT.

Disini aku akan menyampaikan jika perkembangan selama satu bulan ini dibandingkan dengan beberapa bulan sebelum, memiliki kenaikan yang sangat baik, semua ini berjalan dengan baik atas bergabungnya Writer Tuan Nam Jun Park. Dan---” Leira menjelaskan slide demi slide dengan ketegangan antara dia begitu muak bertemu dengan pria yang tadi dia sebutkan dan Tuan Choi yang terus mengajukan banyak sekali pertanyaan.

Rapat berakhir di waktu jam makan siang.

Tim-nya bersorak bangga pada Leira atas presentasi yang sangat baik di atas meja makan direstoran mewah, dan pujian-pun tidak ragu disampaikan oleh beberapa orang dari Group Choi.

Saat ini Leira berada di lantai paling atas, dia meninggalkan tim-nya untuk makan siang bersama mereka karena ulah Nam-jun yang menariknya untuk berbicara, inilah yang selalu Leira hindari. Memang sangat sulit karena keduanya merupakan naungan yang sama, padahal saat Leira dan Nam-jun saat menikah pria itu bekerja di bidang permodelan tapi sekarang, setelah bercerai pria itu menjadi seorang penulis. 

Itulah alasan kenapa Leira tidak pernah bisa jauh darinya, walau dua tahun menghilang. Nam-jun selalu berhasil menemukan dirinya.

“katakan apa yang ingin kamu sampaikan?”

Jun menatap k earah Leira, mantan istrinya. Dia begitu ingin menjelaskan semuanya dan berharap Leira percaya. “bagaimana kabar putraku?” 

“Haru bukan putramu! Dia putraku.”

Jun tersenyum, setelah beberapa tahun dirinya mencoba melepaskan segala permasalahan, walau hingga saat ini hatinya belum memiliki perasaan apapun, namun ikatan seorang ayah dalam dirinya begitu tinggi. Bagaimanapun anak itu hadir karena ada dirinya. 

“Jadi namanya Haru, Leira bisakah kita kembali bersama? Aku yakin Haru membutuhkan sosok ayah, kita sudah melewati masa keegoisan. Kita sudah dewasa, bisakah kau menerimaku kembali?”

Leira tahu, Haru begitu menginginkan sebuah pertemuan antara dirinya dengan ayah kandungnya, seusia Haru tentu saja butuh sosok ayah di sampingnya, tapi? Pria itu bahkan tidak mau mengakui Haru saat usianya masih dalam kandungan, sekarang? Pria itu bahkan meminta suatu hal yang Leira kubur sejak lama.

“sejak Haru tumbuh di rahimku dan lahir, sampai kini dia tumbuh menjadi anak yang mandiri, aku yakin Haru tidak pernah ingin bertemu ayahnya.” 

Leira mulai melangkah menuju ke lift, dia membalik badannya untuk menyampaikan satu kata lagi. “Apakah kau kembali karena ingin mengambil warisan orang tuamu melalui Haru? Ingatlah gadis yang kau bodohi tidak terjebak dilubang yang sama.”

Dan Leira kembali meninggalkan sikap tegasnya pada pria itu, membuat pertahanan dalam melupakan luka itu semakin kuat, Leira tidak akan lelah dengan semua kata-kata manis pria itu, dan begitu membenci setiap kutipan puisi dalam setiap Novel pria itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status