Share

Bab 118: Kulit Kedua

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-08-08 14:43:42

Percakapan mengalir perlahan menuju topik baru, lebih dalam dan berisiko: proyek lapangan pacuan kuda.

Nadira mengeluarkan ponselnya, menyapu layar sebentar, lalu menyodorkannya ke arah Mahesa. Di layar terpampang deretan foto dari lokasi yang pernah ia kunjungi bersama Lukas.

Hamparan tanah luas yang masih gersang, beberapa bangunan lama yang akan direnovasi, dan sudut-sudut lanskap alami yang menjanjikan pengalaman berbeda.

“Aku ambil ini pas jalan bareng Lukas ke sana,” katanya ringan, lalu menambahkan beberapa catatan singkat mengenai potensinya.

Mahesa tidak langsung menanggapi. Ia mengambil jeda sebentar, menyesap kopinya sambil memandang layar itu dengan serius.

Aroma kopi hitam pekat seolah membantu pikirannya merangkai ulang seluruh rencana yang pernah ia susun jauh sebelum pertemuan ini.

“Aku sudah pelajari proyek ini sebelumnya,” katanya akhirnya, suaranya datar tapi tegas. Ia membuka map kulit di depannya, mengeluarkan beberapa l

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 144: Tidak Akan Menyentuhku

    Polisi sempat tercengang. Ketika tiba di lokasi, mereka mendapati tiga pria terkapar, wajah lebam, tubuh penuh luka seperti baru dilindas sesuatu yang jauh lebih kejam daripada sekadar adu pukul biasa.Mereka langsung mengira korban pengeroyokan itu adalah ketiganya. Tapi setelah mendengar kronologi dari saksi-saksi di sekitar, pandangan mereka pelan-pelan berubah.Awalnya, mereka menyorot pada Stephen dan teman-temannya yang berdiri tak jauh dari lokasi kejadian.Wajah mereka tegang, tapi tak ada satu pun bekas luka di tubuh mereka. Polisi sempat mencurigai, jangan-jangan mereka yang menganiaya.Namun, sebelum tuduhan sempat dilayangkan, para preman itu sendiri justru dengan nada putus asa berseru, hampir bersamaan.“Bukan mereka! Bukan! Cuma satu orang yang mukul kami!”Salah satu preman yang hidungnya berdarah bahkan menunjuk dengan gemetar ke arah gang sempit, tempat peristiwa itu terjadi.“Perempuan,” gumamnya, lebih ke dirinya s

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 143: Putri yang Terlupakan

    Tawa Aidan meluncur ringan, tapi di telinga Tina, bunyinya lebih mirip cemooh yang melukai. Ia menepuk kepala Tina seperti seseorang membelai anak anjing yang tak tahu diri.“Kamu masih kecil. Hanya anak-anak yang percaya dongeng. Di dunia orang dewasa, pangeran hanya menikah dengan putri.”Nada suaranya ringan, seperti sedang menyampaikan kebenaran yang tak bisa dibantah. Kemudian tanpa menoleh lagi, ia berjalan ke arah Nadira yang tengah tertawa, sosoknya menjulang di bawah cahaya matahari yang menelusup melalui jendela kaca besar ruang tamu.Senyuman Nadira begitu terang, seolah menegaskan bahwa ia memang ditakdirkan untuk berada di sana, di samping Aidan.Tina hanya bisa menatap dari jauh, tubuhnya seolah membatu. Di dadanya, sesuatu mencengkeram erat, tak terlihat tapi menyakitkan.Ia menelan ludah yang rasanya pahit, dan dalam hati bertanya lirih, Kalau begitu, kenapa aku nggak bisa jadi Nadira saja? Jadi putri itu…Ia tahu ap

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 142: Gaun Cinderella

    Tamparan dari Nadira semalam masih terasa membekas di pipi Tina, bukan lagi sebagai nyeri fisik, tapi jadi bara yang menjalar ke dalam, menyusup ke pori-pori emosinya.Kini, kemarahan yang menggelegak itu mengalir ke telapak tangannya sendiri, menghantam wajah perempuan muda di hadapannya.Tubuh perempuan itu terhuyung, kepalanya terpantul ke sisi ranjang, rambutnya yang hitam panjang terburai kacau.Perempuan itu meringis sebentar, lalu merangkak ke pelukan Aidan dengan gaya manja yang dibuat-buat, memelintir nada suaranya hingga terdengar seperti erangan patah hati.“Aidan, tolong aku...”Wajahnya tampak muda, mungkin baru dua puluh atau dua puluh satu. Kulitnya pucat seputih susu yang baru dituangkan dari botol dingin, kontras dengan bekas tamparan Tina yang mencolok, merah membara seperti dicap besi panas.Aidan, yang sedari tadi menikmati kehangatan tubuh perempuan itu, tak tinggal diam. Matanya menyipit, rahangnya mengeras.Ia m

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 141: Panggilan Aidan

    "Makan aja roti kamu," kata Nadira, suaranya datar tapi tajam, disertai tatapan yang menyapu Veronika seperti angin dingin di pagi hari.Veronika mengerutkan alis, mencoba menangkap nada sinis yang tersembunyi di balik kata-kata itu. “Kak Nadira tahu dari mana sih?” tanyanya, dengan suara pelan tapi penasaran, seolah pertanyaannya bisa memantik sesuatu yang lebih besar dari sekadar jawaban biasa.Nadira mendengus kecil, bibirnya melengkung ke arah senyum remeh. “Yah, biasa aja. Kalau cewek habis dimarahin, pasti pengen curhat ke... kekasihnya.”Tara, yang duduk menyamping di sofa dengan roti panggang masih utuh di tangannya, terkekeh. “Nadira!”Nadira menanggapi dengan senyum kecut, wajahnya nyaris tak berubah. Tapi matanya berbicara lebih banyak dari bibirnya.Sorotnya tajam, menusuk, seolah menyimpan sesuatu yang lebih pahit daripada selai jeruk yang baru saja ia oleskan ke rotinya.“Masalahnya, orang yang dia andalkan itu bukan pria yang

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 140: Lubang Anjing

    Pagi itu, aroma kaldu sisa malam kemarin masih samar-samar tercium di udara, bercampur dengan bau khas rumah yang baru saja bangun tidur.Dapur terbuka menghadap taman belakang yang mulai disinari matahari, memantulkan cahaya hangat ke meja makan kayu jati yang mengilap.Nadira dan Tara duduk berhadapan, masih dalam balutan piyama tipis, mata mereka setengah sipit tapi tak menunjukkan gejala hangover sedikit pun.Senja berdiri tak jauh dari mereka, menyapu remah roti dengan gerakan tenang."Aku bener-bener nggak nyangka soup hangover-mu bisa manjur banget," ucap Nadira sambil setengah melompat dari kursinya, lalu memeluk Senja erat.Tubuhnya yang dingin bersandar lembut ke pundak perempuan itu, kemudian ia mengecup pipinya dengan tulus.Tara mengangkat satu alis, menyeringai geli. Ia mendekat, tampak ingin melakukan hal yang sama. Tapi Nadira dengan cepat mendorong tubuh Tara menjauh, matanya melebar seolah baru menangkap kejahatan besar.

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 139: Masukkan Dia ke Karung

    Suasana ruang tamu kecil itu remang, hanya diterangi cahaya hangat dari lampu meja yang temaram di sudut ruangan.Bau alkohol, tawa kecil yang sempat mampir, dan sisa rasa pahit dari kenangan yang menggumpal di udara, menyelimuti mereka berdua.Tara duduk menyandar di sofa dengan kepala sedikit menunduk, bahunya yang lebar tampak melemah, seperti ada beban lama yang baru saja dijatuhkan ke dadanya.Saat suara Nadira terdengar, lemah namun sarat kasih, menyentuh sisi hatinya yang lama membeku, sesuatu dalam dirinya pecah.Ekspresi keras dan dingin yang biasa membungkus wajahnya retak, lalu hancur seluruhnya. Pria dewasa itu menangis, pelan tapi nyata, seperti bocah yang kehilangan arah pulang.“Nadira… Aku kangen Mama banget,” ucapnya, suara serak dan gemetar seperti gitar tua yang dipetik pelan.Tanpa banyak kata, Nadira memeluknya. Tubuh Tara gemetar dalam pelukannya, dan Nadira tahu… luka mereka bersisian, hanya s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status