“Sudah sampai.” Mobil Yosua berhenti di depan gedung apartemen Stella.
Tanpa menatap pria itu , Raelina membuka sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil hendak keluar.
Tangan Yosua tiba-tiba menahannya. Raelina berbalik menatapnya tanpa ekspresi.
“Kau benar-benar tidak ingin tinggal bersamaku?” Yosua bertanya, menatap langsung ke dalam mata Raelina.
Raelina mengerutkan bibirnya dengan ekspresi mencibir. “Pak Rajjata, kita memang sudah tidur bersama, namun tidak berarti kita akan tinggal bersama.”
“Bukankah kita masih suami istri, sudah seharusnya kita bersama.”
Raelina mengatup bibirnya rapat-rapat dengan ekspresi menahan kejengkelan. Yosua terus mengatakan itu tanpa malu-malu menganggap mereka masih suami istri.
Dia tidak ingin membuang napas dengan berdebat sia-sia. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia keluar dan membanting pintu mobil keras. Dia dengan gusar m
“Apa kau masih marah?” Stella bertanya dengan perasaan bersalah berjalan bersamanya menuju kantin.Mereka berdua mengambil nampan dan mengisi lauk di atas nampan.“Aku tidak tahu dia adalah mantan suamimu, dia mengaku sebagai pacarmu. Aku pikir dia orang menghabiskan malam bersamamu. Jika aku tahu, tidak mungkin aku akan membiarkannya masuk.” Stella mencoba membela diri.“Mantan suamimu terlalu tampan. Jika melihat bentuk tubuhnya aku berpikir dia adalah seorang tentara dan raut wajahnya tidak seorang penjahat. Apalagi dia mengatakan akan memasak untukmu dengan membawa barang belanjaan. Siapa pun yang melihatnya dia adalah pria baik-baik.”Raelina mendengus dan mengabaikannya. Dia membawa nampan yang sudah diisi dengan lauk lalu menuju ke meja yang berisi beberapa dokter wanita. Stella mengikutinya di belakang.
Raelina menatap pintu rumah yang tertutup rapat di depannya dengan ekspresi rumit. Dia akhirnya memiliki waktu untuk datang ke sini, rumah ibunya.Dia menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Tangannya mengetuk pintu kayu berwarna cokelat tua. Tetapi tidak ada yang menjawab.Raelina sekali mengetuk beberapa kali, sampai pintu itu akhirnya terbuka dan menampakkan wajah pria setengah baya. Wajah sangarnya agak mabuk.“Siapa!”Raelina mundur mencium bau alkohol yang menyengat dari pria itu.“Saya mencari Amira, apa dia ada?” Raelina agak kaku menyebut nama ibunya. Dia merasa tidak nyaman jika memperkenalkan diri sebagai putri dari Amira yang sudah menikah lagi dengan pria di depannya.Orang itu seharusnya ayah tirinya, kan?“Oh, putri Amira.” Pria itu menatap tubuh Raelina dari atas ke bawah, matanya tampak bersinar. Wajah galak pria itu berubah menjadi ramah.
Yosua tertegun memandang wanita yang berdiri di bawah hujan memeluk dirinya sendiri dengan gemetar. Matanya memerah dengan isak tangis lemah.“Raelina ....” Dia berjalan mendekatinya.Raelina menggelengkan kepalanya dan melangkah mundur. Dia terisak putus asa.Yosua berhenti. Setelah beberapa saat dia ragu-ragu mengulurkan tangannya pada wanita itu. “Raelina, ini aku. Aku tidak akan menyakitimu.”Raelina menatapnya kosong. Dia adalah pria yang dulu memberikan rasa aman padanya.“Tidak apa-apa ....” Yosua perlahan mendekatinya.Kali Raelina tidak menghindar. Dia hanya menatapnya saat Yosua mendekatinya. Yosua berhenti sejenak di depannya sebelum kemudian mengulurkan sebelah tangannya yang tidak memegang payung dan memeluknya dengan lembut.“Tidak apa-apa Raelina. Aku tidak akan pernah menyakitimu.&
Raelina berhenti mendorong dan menatapnya dengan ekspresi linglung, tidak bisa berpikir. Otaknya mendadak kosong.Yosua tidak melepaskan tatapannya dari Raelina, dan melanjutkan kalimatnya dengan penuh keseriusan. “Bisakah kita memulai dari awal?”Raelina menatapnya dengan untuk beberapa saat dengan linglung. Dia mengalami ledakan stres pascatrauma pelecehan ayah tirinya, dan sekarang Yosua yang tidak pernah disangkanya akan mengatakan mencintainya, membuatnya bingung.Dia mengusap wajahnya merasa tertekan. “Tinggalkan aku, aku ingin sendirian.” Dia bergumam lemah.Tetapi Yosua tidak bisa meninggalkannya dalam keadaannya yang seperti itu. Dia tidak menekan permintaannya untuk bersamanya dan biarkannya tenang untuk sementara waktu.Dia memiliki banyak waktu hingga tidak perlu terburu-buru mendapatkannya.“Tidak apa-apa, aku bisa m
Yosua merasa kehilangan ketika kehangatan tubuh Raelina meninggalkannya. Dia berbaring dengan lengan di belakang kepalanya menatap Raelina menerima telepon dengan ingin tahu.Raelina mengerutkan keningnya melihat nomor tidak dikenal meneleponnya, namun tetap mengangkatnya.“Halo ....”“Apa ini nomor telepon Raelina?” Suara seorang perempuan terdengar sopan dari seberang telepon.“Benar, ada apa ya?”“Saya menemukan nomor Anda di saku baju pasien kami. Jika Anda keluarga atau kerabat pasien bernama Zeron Astrada, silakan datang ke rumah sakit kami untuk melihat keadaan pasien.”“Apa yang terjadi padanya!”Raut wajah Raelina menegang. Dia ingat Zeron memukuli ayahnya untuk menyelamatkannya, bagaimana bisa dia yang menjadi korban?Tetapi mengingat kondisi
Raelina menghindari tatapan Yosua, dan berkata dengan lemah pada Bibi Surti. “Aku hanya mengunjungi ibu.”“Ah, anak perempuan Amira.” Bibi Surti menatapnya aneh, namun memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa.“Omong-omong, di mana ibuku?” Raelina bertanya karena sedari tadi tidak menemukan keberadaan Amira di rumah sakit.“Bah! Jangan menanyakan dia! Wanita itu sudah tidak waras! Anak sekarat dia malah peduli sama suaminya dan membuat keributan di kantor polisi!” seru wanita paruh baya marah.Dia kemudian menatap pasangan di depannya dengan pandangan menyesal. “Ini sudah larut malam, saya harus kembali untuk mengurus keluargaku.”“Tidak apa-apa bibi. Terima kasih sudah membawa Zeron ke rumah sakit,” ucap Raelina berterima kasih pada bibi Surti.Bibi tetangga melambaikan tangannya lalu berbalik pergi untuk pulang.Raelina merasa canggung berdua dengan Yosua di
Seorang pria tinggi tegap tengah berkutat di dapur. Tangan kekarnya yang terlatih memegang senjata hari ini digunakan untuk memegang peralatan dapur. Dia sangat cekatan memasak seperti seorang ahli.Orang pernah mengatakan, pria paling memesona saat bekerja di dapur.Raelina linglung untuk beberapa waktu, ssebelum kemudian berdeham.“Bukankah aku sudah bilang untuk mengantarkanku ke apartemen Stella, mengapa kau membawaku ke sini?"Yosua menoleh dan tersenyum padanya. “Kau sudah bangun, kemarilah. Aku sudah membuat sarapan untukmu.”Yosua menghindari pertanyaan Raelina. Dia mematikan kompor dan keluar dari dapur, lalu merangkul bahunya dan mendorongnya untuk di duduk di meja makan berbentuk bundar dengan dua bangku.Raelina terdiam melihat berbagai macam makan di atas meja makan. Sebagian berupa makanan pedas. Udang, ikan, tahu sambal pedas, dan ayam goreng tepung.
Dia menginginkan suaminya?Bagaimana mungkin Raelina membiarkannya setelah menyebabkannya kehilangan anaknya.Dia akan membuatnya tidak akan pernah mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia tahu seberapa besar Leah mencintai Yosua sampai menginginkannya dikirim ke luar negeri dan berharap tidak akan pernah kembali setelah ditelantarkan di negara asing tanpa ada siapa pun dikenalnya.“Su-sua ... Suami!” Mata Leah memelototinya. “Sepertinya kau yang memiliki delusi pada mantan suamimu!”“Apa maksudmu? Kami tidak pernah bercerai,” balas Raelina menatapnya dengan pandangan provokatif.Wajah Leah berubah menjadi ungu dengan kemarahan.Raelina tampak menikmati memprovokasinya. Ini balasan untuk lima tahun yang lalu.