Share

Mantiko Sati - Kitab 1: Harimau Dewa
Mantiko Sati - Kitab 1: Harimau Dewa
Penulis: Minang KW

Senja Membara

Api berkobar dari sebuah rumah, membakar habis bangunan yang hanya terdiri dari papan dan atap dari susunan daun rumbia. Besarnya kobaran api bisa terlihat dari kejauhan.

Areal di depan rumah itu, tergeletak beberapa jasad, bergelimpangan dengan kondisi tubuh yang mengenaskan, bersimbah darah.

Ada tiga orang lainnya di sana yang berdiri tegak seolah mengabaikan rasa panas dari api yang berkobar-kobar.

Seorang dengan menggenggam dua golok berkilat. Dua bilah golok itu sisi tajamnya masing-masing berlumuran darah. Darah-darah itu masih menetes di ujung golok yang mengarah ke tanah. Sosok yang satu ini adalah seorang laki-laki tinggi besar, namun wajahnya tidak terlihat dengan jelas sebab tertutup tudung kepala yang menyatu dengan jubah pendeknya. Tudung dan jubah itu terbuat dari kulit dan bulu beruang coklat.

Seorang lainnya bertubuh lebih kecil dari pria di sampingnya. Ia seorang wanita. Dan sebagaimana dengan pria di sampingnya, kepala dan sebagian tubuh wanita itu tertutup tudung dan jubah dari kulit dan bulu beruang berwarna hitam.

Wanita itu tidak memegang senjata apa pun di tangannya. Akan tetapi, sepuluh kuku jari tangannya itu panjang dan berlumuran darah. Darah-darah menetes dari ujung-ujung kukunya ke tanah.

Dan seorang pria lainnya dengan pakaian yang jelas lebih baik dari dua orang di belakangnya itu, dia juga terlihat lebih muda dari dua yang lain.

Saat itu, pria muda sedang mencengkeram leher seorang pria sepantaran 40 tahun.

“Sialang Babega,” ujar si pria muda. Ia memaksa pria dalam cengkeramannya berjinjit. “Keperkasaanmu hanya tinggal nama saja, kemampuanmu belum seberapa dibanding dua orang di belakangku itu. Kau menyedihkan. Cuih!”

Ludah si pria muda tepat mengenai sebelah mata Sialang Babega—dalam bahasa Indonesia berarti: Elang Perkasa.

Kondisi pria itu sangat menyedihkan. Selain wajah yang lebam dan sebelah matanya itu tertutup ludah si pria muda, hidungnya juga patah, darah mengalir dari sudut bibirnya yang pecah, juga kedua tangannya yang terkulai pun berlumuran darah. Cukup jelas bahwa kedua tangannya itu remuk dengan beberapa luka menganga.

Begitu juga dengan kakinya. Salah satu kakinya bahkan terlihat berputar ke arah sebaliknya karena patah seperti dipelintir.

Jadi, ia terpaksa menahan beban tubuhnya dengan berjinjit satu kaki saja.

“K—kau…” ujar Sialang Babega di tengah kesulitannya untuk bernapas sebab cengkeraman tangan pria muda itu begitu kuat di lehernya. “Kau tidak akan bisa lari. Orang-orang Kerajaan Minanga pasti akan membalas perbuatanmu.”

Pria muda terkekeh, ia melirik ke belakang, pada dua orang yang berdiri layaknya dua buah patung batu itu.

“Bukankah sudah kukatakan padamu,” kata si pria muda, “semenjak tiga purnama yang lalu?” pria muda menyeringai. “Kukatakan sekali lagi padamu, Sialang Babega. Kau hanya seorang Wali Jorong[1], sedangkan aku Hulubalang Nagari[2]. Kau bisa apa, hah? Aku hanya meminta satu hal saja darimu, kenapa kau begitu keras kepala?”

“Aku tidak peduli kau siapa,” sahut Sialang Babega yang sedikit pun tidak takut akan kematiannya sendiri. “Cepat atau lambat, kau akan menerima karma perbuatanmu.”

“Begitu, ya?” pria muda menyeringai seraya menepuk-nepuk pipi Sialang Babega dengan tangannya yang lain. “Kuakui,” ujarnya, lagi. “Kau memang memiliki jiwa yang kuat. Kau bahkan tidak gentar dengan kematianmu sendiri.”

“Apa takutnya dengan kematian? Semua yang bernyawa pasti mati, kecuali kau adalah seorang dewa. Tapi sayang sekali, Angku Mudo Bakaluang Perak, kau sepertinya tidak memiliki kriteria semacam itu.”

“Kau bilang apa?” si pria muda mendekatkan telinganya ke mulut Sialang Babega. “Hemm?!”

Sementara ia mendekatkan sebelah telinganya ke mulut Sialang Babega, Angku Mudo Bakaluang Perak yang bernama asli Darna Dalun, menekuk tangannya yang tadi ia gunakan menepuk-nepuk pipi Sialang Babega. Empat jari tangannya rapat dan lurus, ibu jari menekuk.

“Aku bilang,” ujar Sialang Babega yang semakin kesulitan untuk berbicara, “kau tidak akan mencapai tahap itu—”

Jlept!

Bola mata Sialang Babega membesar, perutnya ditembus jari tangan Darna Dalun hingga sebatas pergelangan tangan. Ia tersedak, dan semakin banyak darah yang meleleh dari dalam mulutnya.

Tidak puas menyiksa Sialang Babega sampai di situ, Darna Dalun menggenggam organ-organ di dalam tubuh Sialang Babega, lalu…

Cras…!

Sialang Babega akhirnya tewas dengan organ dalam tubuhnya terputus-putus dan kini berada di dalam genggaman tangan kanan Darna Dalun.

Pria muda itu menyeringai memandangi organ tubuh dalam genggamannya itu, lalu dibuang begitu saja.

Sialang Babega yang sudah tidak lagi bernyawa ia jatuhkan begitu saja ke tanah.

“Kenapa kau malah membunuh dia?” tanya pria yang memegang dua golok berlumuran darah itu.

Pria muda hanya terkekeh saja. Ia berjongkok di hadapan jasad Sialang Babega, lalu menggunakan punggung pakaian jasad tersebut untuk mengelap tangannya yang berlumuran darah.

“Kau belum mendapatkan tanda khusus itu, Angku Mudo.”

“Hei,” sang wanita melirik pada pria tinggi besar di sampingnya itu. “Biarkan saja.”

Meski kesal sebab tujuan utama mereka belum tercapai, namun si pria sepertinya lebih memilih untuk kembali diam saja.

“Jangan kau khawatir, Rumada,” ujar si pria muda, dan kembali berdiri.

Ia melangkah mendekati pria besar yang ia panggil Rumada itu. Lalu menepuk-nepuk bahu pria tersebut.

“Jangan khawatir,” ujarnya, lagi. “Tanda khusus itu pasti dibawa lari istrinya. Mari,” pria muda pun melangkah meninggalkan kawasan yang panas karena api yang masih membara. “Kita hanya perlu menemukan di mana istri dan anaknya bersembunyi.”

CATATAN ...

[1] Pejabat negeri setingkat Kepala Dusun.

[2] Pejabat negeri setingkat Bupati.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Getrizal Oyong
ko iyo lei citooe mah agiah taruih thor sero bantuak nyo caritoe....sawah lunto ....sumbar hadir thor............
goodnovel comment avatar
Minang KW
yah, namanya juga cerita Minang, Bang. Pastilang nama dan percakapan akan ada bahasa Minangnya, tapi narasinya bahasa Indonesia baku.
goodnovel comment avatar
Nur Seta
ini ada baha Minang jo
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status