Share

Bab 2

Nasib Kevin memang sangat beruntung, dia dilahirkan dan tumbuh besar dari keluarga yang sangat kaya, Kevin sudah terbiasa hidup dengan kemewahan, apapun yang dia inginkan pasti akan terlaksana. Saat dia pergi kemanapun selalu ditemani oleh banyak pengawal, karena keluarganya khawatir akan masa depan Kevin yang terbiasa hidup dengan kemewahan, mereka merasa takut bila suatu saat nanti keluarganya jatuh miskin dan Kevin tidak akan bisa hidup dengan kemiskinan.

Demi menjaga semuanya itu terjadi, keluarganya pun memutuskan untuk menguji Kevin dengan menitipkan dirinya ke suatu tempat yang telah diatur sebelumnya oleh keluarganya. Dimana dia bisa merasakan hidup miskin dan penuh dengan kesengsaraan, sehingga ketika dia tumbuh besar nanti, dia bisa lebih menghargai harta yang dimilikinya.

Berbagai macam masalah selalu menghampiri dirinya, saat dia masuk sekolah hampir setiap hari Kevin selalu di bully oleh teman-temanya, dia harus pergi berkerja paruh waktu hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, baik untuk makan maupun untuk kebutuhan lainnya.

Kevin sangat dikucilkan dilingkungannya karena dia tidak mempunyai apapun, untuk makan saja Dia harus bekerja terlebih dahulu. Orang yang melihatnya merasa jijik dengan Kevin.

Waktu cepat berlalu Kevin tumbuh dengan sangat dewasa di bandingkan dengan teman sebayanya. Tepat di usianya yang beranjak 19 tahun, dimana hari ini dia memasuki bangku kuliah, Dia diterima di universitas ternama di kota Bengkulu. Dari sinilah awal mula Dia bertemu dengan Dinda, mereka satu angkatan dan bertemu sejak pertama kali mengikuti orientasi studi dan pengenalan kampus.

Kevin pun jatuh cinta pada pandangan pertama saat Dinda memperkenalkan diri di depan kelas mereka, Dinda yang begitu lugu, baik dan sangat jujur itu membuat hati Kevin ingin memilikinya. Tidak butuh waktu lama Kevin dan Dinda resmi berpacaran.

Hari demi hari mereka lalui begitu cepat, dan tidak terasa hubungan Kevin dan Dinda akan beranjak 1 tahun. Tapi sebulan terakhir ini dinda sangat susah untuk dihubungi oleh Kevin, Dinda selalu mengatakan bahwa Dia sibuk dengan tugas ataupun dengan teman-temannya.

Tapi Kevin tidak pernah curiga dengan Dinda, Dia selalu percaya dengan perkataan Dinda. Sampai suatu hari Dia melihat Dinda dihotel dengan Mario, Kevin sangat tidak percaya bahwa wanita yang Dia percaya telah mengkhianatinya. Dia sangat terkejut bahwa Dia mengantarkan barang jijik itu untuk Dinda dan Mario.

Kevin selalu berfikir jika Dinda tulus dengan Kevin, Dia mengerti dengan kehidupan Kevin yang sangat sederhana itu. Tapi ternyata Dinda lebih memilih laki-laki kaya dibandingkan hubungannya dengan Kevin yang akan beranjak 1 tahun.

Perjuangan Kevin selama ini sangat sia-sia Dia tidak menyangka hubungannya dengan Dinda akan berakhir seperti ini, tapi Dia tidak begitu lama menangisi perginya Dinda hanya untuk laki-laki seperti Mario. Karena pesan masuk dari keluarganya telah membuat Kevin sangat yakin bahwa Dinda tidak baik untuknya.

Dalam delapan tahun ini, karena kemiskinannya, Kevin telah mengalami banyak penderitaan yang tak terhitung jumlahnya. Saat ini, hanya penderitaan yang terlintas di benak Kevin, dia merasakan kehidupannya ini sama seperti dalam film saja.

Jika bukan karena pesan tempo itu, Kevin hampir saja melupakan identitasnya sebagai generasi kedua dari orang yang super kaya, tetapi sekarang sudah tidak penting lagi, karena semua yang termasuk miliknya sudah kembali.

Keesokan harinya, setelah Kevin bangun, dia jarang-jarang untuk naik taksi dan langsung pergi ke sebuah bank yang ada di pusat kota.

Bank itu terletak di kawasan pusat bisnis kota Bengkulu, di mana semua perusahaan terkaya di kota ini telah berkumpul di sana. Ada bermacam-macam mobil mewah yang diparkir di sekitar Bank tersebut. Orang-orang di sekitar sana, baik dalam pakaian ataupun kepribadiannya sudah terlihat jelas, menegaskan bahwa identitasnya sebagai orang kaya sangat terlihat. 

Kevin melangkah menuju pintu bank yang ada di depannya dan mendorong pintu tersebut untuk masuk ke dalam lobi. Pintu lobi bank memang sudah otomatis bisa didorong untuk keluar dan ke dalam, tetapi ketika Kevin ingin masuk dan mendorongnya, dia sedikit ceroboh, karena kebetulan Dia bertemu dengan seorang gadis berkulit putih mulus yang datang dari dalam dan mencoba keluar dari bank tersebut. 

Gadis tersebut terbentur oleh pintu yang disebabkan oleh Kevin, Dia meminta maaf kepada gadis itu segera, berkata "Maaf nona, aku tidak sengaja menabrak, karena aku benar-benar tidak melihatmu." Gadis ini menjawab, "Apakah aku transparan, sehingga kamu tidak bisa melihatku…?" Gadis yang berkulit putih mulus itu seketika mengerutkan dahinya dan menatap Kevin dengan sangat marah.

Di sana manajer lobi depan, yang bernama Nina, segera menghampiri dengan sepatu hak tinggi yang ia kenakan, lalu bertanya tentang kondisi gadis yang berkulit putih itu. Gadis itu menurunkan tangannya dan menatap Kevin dengan sangat tidak senang. Ketika melihat Kevin yang mengenakan pakaian murahan di seluruh tubuhnya, wajahnya muncul kesan kecurigaan.

Bank itu berbeda dengan bank lainnya. Nasabah utamanya adalah pebisnis kelas atas. Dia juga datang bersama dengan ayahnya, ada apa Kevin datang ke Bank itu?

"Tuan, mohon maaf apakah Anda datang kesini untuk apa…? Tanya Nina. Jika dilihat dari penampilan dan usia Kevin, jelas bukan target nasabah Bank elit itu. Kevin berkata dengan santai. "Aku datang kesini untuk menarik uang…" Terkejut dengan apa yang dikatakannya, Nina berbicara "Apa! Ingin menarik uang…?" 

Wanita di samping terkejut, lalu segera berubah menjadi senyuman yang sinis dan menatap Kevin dengan menyeringai. Setidaknya kamu harus punya kartu untuk menarik uang, bukan? Tidaklah mudah untuk mengajukan kartu di bank, karena perlu menyetor seratus juta terlebih dahulu agar dapat memenuhi syarat untuk mendapatkan kartu tertentu.

Ketika melihat penampilan Kevin yang sangat biasa dan terlihat tidak punya uang seperti itu, bukannya sudah jelas apakah dia bisa mengajukan kartunya atau tidak? "Apakah Anda punya kartunya…?" Kata Nina. Dia merasa bahwa Kevin pasti tidak memiliki pengalaman dan tidak tahu aturan bank mereka, atau pun berpikir bahwa kartu dari bank lain dapat digunakan di sini.

"Tidak..." Kevin menggelengkan kepalanya, Gadis berkulit putih di samping tidak bisa menahan tawa ketika mendengar bahwa jawaban Kevin yang sangat jujur kepada manajer bank itu, dan bahkan dia tidak ingin melihat Kevin.

"Putriku, ayo kita pergi…" Pada saat ini, ayah dari gadis yang berkulit putih itu datang dengan membawa bukti setoran di tangannya. "Manajer Nina, aku dan ayahku akan pergi terlebih dahulu…" Gadis yang berkulit putih itu meraih tangan Nina, kemudian mengalihkan pandangannya ke sekitar tubuh Kevin.

"Manajer Nina, orang seperti ini akan mempengaruhi citra bank kalian dan juga suasana hati kami tidak akan senang dan kami akan merasa terganggu sebagai nasabah! Berharap saya tidak akan melihat Dia muncul di situasi seperti ini lagi untuk kedepannya…"  

Setelah gadis yang berkulit putih itu dan Ayahnya selesai berbicara, dia menggenggam tangan ayahnya dan mendorong pintu sampai terbuka.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
iid aidilla
Bengkulu... ??? ada yang seperti ini? hadeeehh..
goodnovel comment avatar
Tuah Dahagi
Bullshit Apl Besar kah Nilai Rupiah tu???
goodnovel comment avatar
Dinar Diniaryanti
hgcvghgcchbjhfdfhhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status