"Pak Wijaya, hati-hati di jalan..." Nina mengantarkan sampai depan pintu, sambil menatap kedua orang ayah dan putri itu pergi dengan mobil mewahnya, kemudian berbalik ke lobi dengan kesal dan memutuskan bahwa Kevin harus dipersilakan keluar secepat mungkin! Tapi di manakah orang itu?
Tempat di mana Kevin berdiri sekarang sudah tidak ada orang dan Nina mulai mencurigai Kevin. Mungkinkah anak ini merasa malu dan pergi dengan diam-diam dari Bank itu? Ketika Nina memikirkannya, dia merasa tenang bahwa Dia tidak harus mengusir orang miskin itu, kemudian ketika dia hendak pergi bekerja, dia melirik ke sebuah sosok bayangan.Anak itu! Tidak heran bahwa Nina tidak melihatnya tadi, karena dia sudah berjalan ke pintu ruang VIP.Pilar di lobi tadi telah menghalangi sosok bayangannya. Ruang VIP diperuntukkan bagi nasabah dengan status yang lebih tinggi dan setidaknya memiliki deposito sebesar Satu milyar rupiah!Kevin bahkan tidak punya kartu, bukannya ini menjadi kewajiban manajer operasional untuk memarahinya ketika membiarkannya masuk?"Hey.. berhenti dan jangan masuk kesana…!" Nina berteriak keras. Nasabah lainnya menatapnya dan sepertinya tidak puas dengan suara teriakannya karena mengganggu aktivitas mereka. Nina hanya bisa tersenyum sambil meminta maaf dan pada waktu yang bersamaan Nina berjalan mendekati Kevin dengan cepat, sedangkan Kevin sudah membuka pintu ruang VIP dan masuk."Mengapa orang ini begitu tidak tahu malu dan membuat pekerjaanku berantakan saja…!" Nina berjalan ke depan pintu dengan ekspresi kecewa di wajahnya. Dia mencoba untuk membuka pintu ruang VIP, tetapi pintunya telah terkunci di dalamnya. "Halo selamat siang pak..." Di dalam ruang VIP, manajer operasional bersandar di sofa dengan santai sambil melihat ponsel. Ketika mendengar pintu tiba-tiba terbuka, dia segera duduk dengan tegak. Biasanya ketika nasabah VIP datang, manajer lobi depan Nina akan memberitahukannya terlebih dahulu, tetapi apa yang terjadi pada hari ini? Manajer tanpa sadar berdiri dan berjalan mendekati Kevin. Sebagai manajer operasional, dia telah mengetahui semua nasabah VIP di tangannya yang berjumlah 50 orang. Dia ingin menyapanya untuk menghilangkan pengaruh postur tubuhnya yang tidak senonoh dan tidak sopan, tetapi ketika dia melihat Kevin, ekspresinya malah menjadi lambat. Dia sangat yakin di dalam hatinya, bahwa Kevin bukanlah nasabahnya, ataupun kerabat dari nasabahnya. "Maaf, anda ini dengan siapa…?" Ketika melihat anak muda yang berusia 20 tahun itu, manajer benar-benar tidak dapat memahami siapakah dia, dalam hatinya kenapa anak muda ini sangat berani masuk ke dalam ruangannya? Karena Dia benar-benar ingat siapa saja nasabah terpentingnya itu. Tapi manajer operasional itu tidak langsung berkata yang aneh-aneh, dia menanyakannya dengan sangat sopan."Aku datang ke sini untuk menarik uang…" Kevin langsung membahas ke topik pembicaraan dan melaporkan tujuannya datang ke Bank itu tanpa basa basi. "Apakah Anda memiliki kartu khusus kami…?" Ekspresi Kevin yang tenang membuat manajer merasa semakin curiga. Karena para nasabah VIP yang menangani bisnis di ruang VIP memiliki setoran setidaknya lebih daru satu milyar rupiah, sedangkan anak muda ini jelas tidak memilikinya, tetapi mengapa dia masih begitu tenang? "Tidak ada…" Kevin mengakuinya dengan terus terang."Maaf, Tuan, kami tidak bisa memprosesnya tanpa kartu, apakah Anda masih punya hal lainnya yang dapat kami bantu…?" Manajer benar-benar merasa lega ketika mendengar tidak ada dan sapaannya diubah menjadi anda secara langsung. Berbicara dalam hati, "Anak muda ini pasti sudah gila, mengapa Nina berani sekali untuk membiarkan dia masuk? Pada saat nanti rapat di hari Senin, masalah ini harus segera dibicarakan agar hal seperti ini tidak terulang kembali…""Apakah kalian memiliki pengenalan melalui sidik jari di sini, bukan…?" Kevin tiba-tiba bertanya demikian."Benar sekali yang anda tanyakan, kami disini memiliki fitur terlengkap dibandingkan dengan bank-bank lainnya..."Manajer itu terkejut. Sistem pengenalan sidik jari yang diperkenalkan oleh bank digunakan oleh keluarga dengan serikat perusahaan yang terkaya. Hanya ada segelintir orang yang dapat menggunakan sidik jari ke dalam sistem ini. Setidaknya di cabang kota Bengkulu, belum pernah ada orang yang menggunakannya sampai sekarang."Apakah Anda ingin menggunakannya…?" Manajer itu menyapanya dengan "Anda" secara tidak sengaja. "Iya aku akan menggunakannya..." Kevin mengangguk.Manajer itu kembali begitu curiga terhadap orang ini, dia berfikir bahwa Kevin sama sekali tidak terlihat seperti orang kaya dan tidak mungkin dia bisa menggunakan sidik jari tersebut, mungkinkah dia benar-benar orang yang bisa menggunakan "Sistem pengenalan sidik jari…"Jujur saja, manajer itu masih merasa sangat tidak percaya, tetapi setelah memikirkannya selama beberapa detik, akhirnya dia memutuskan untuk membiarkan Kevin mencobanya, tetapi bagaimana jika itu benar-benar terjadi? Dengan segera manajer mengeluarkan perangkat identifikasi sidik jari itu dari dalam ruangan khusus, yang tidak pernah digunakan dari brankas."Anda bisa meletakkan jari tangan anda disini..." Manajer itu menunjukkannya kepada Kevin. Dengan segera Kevin pun meletakkan ibu jari tangannya di area verifikasi. "Tit…!" Tiba-tiba, ekspresi manajer itu menegangkan dan matanya melontarkan rasa curiga kepada Kevin.Ponsel yang berada di tangannya bersiap untuk menelepon dan melapor polisi. "Tunggu dulu jangan panik…!" Kevin berkata dengan cepat, "Mungkin aku telah salah meletakkan jariku, aku akan mencoba dengan jari telunjuk sebelah kanan..."Manajer mulai menyeringai, berpura-pura lagi, apakah bisa dengan trik ini? Jika tidak bisa, maka harus diganti dengan jari telunjuk dan jika jari telunjuk tidak bisa, alasan apalagi yang akan dia pakai? Jika sepuluh jari tangan telah dicoba, apakah dia akan memakai jari kakinya? Apakah begitu? Tentu itu tidak mungkin, dia berpikir harus segera menelpon polisi agar orang ini segera keluar dari Bank nya.Manajer mengambil keputusan, bahwa jika mengulang beberapa kali lagi juga masih tidak bisa, dia akan langsung melapor polisi untuk menangkap Kevin. Saat dia memikirkan cara itu, Kevin telah menekan jari telunjuknya ke area verifikasi. "Tit…!" Perangkat menyalakan lampu hijau dan layar LCD menampilkan tulisan "Verifikasi berhasil, nomor akun keluarga adalah 01 dan nomor akun verifikator Kevin adalah 100327".Wajah manajer langsung menjadi sangat terkejut. Dia menatap Kevin dengan sangat tidak percaya bahwa Kevin adalah orang pertama yang memakai verifikasi sidik jari di Bank tersebut, kemudian berdiri sambil memaksakan senyumannya, "Tuan Kevin, maaf, saya tadi sedikit tidak sopan terhadap anda". "Saya adalah manajer operasional di cabang Bank ini, saya berharap kita bisa jadi partner kedepannya nanti, maafkan saya sudah curiga kepada Anda."Kevin dengan tersenyum mengatakan "Tidak apa-apa…" dengan rasa malu manager pun menanyakan kepada Kevin, "Tuan, apalagi yang bisa kubantu…? "Bisakah aku melihat sisa saldo di dalam rekening itu…?"Tidak lama kemudian, ratusan wanita dari Istana sudah berhadapan dengan ribuan orang dari Organisasi lainnya. Kevin menengok ke belakang, Elmira sedang dijaga oleh Meri yang terluka. Walaupun Meri dipukul oleh Raja Biru, tubuhnya sekarang lemah, tapi untuk mengatasi orang-orang lemah seperti ini bukanlah hal yang sulit baginya. Tapi Kevin tetap khawatir dengan keselamatan Elmira.Setelah memukul seorang pemimpin kecil sampai mati, Kevin berlari ke arah Elmira. Raja Biru langsung tahu wanita yang sedang pingsan di samping Meri itu sangat penting bagi Kevin! Sepertinya dia bisa memanfaatkan wanita ini.Kevin melompat ke samping Meri. Beberapa anggota organisasi menyerang Kevin dan Meri dengan pisau dan kapak. Kevin mengambil gelang di tangan Meri, menggenggamnya dengan keras, benang gelang tersebut putus seketika, menjadi beberapa butir mutiara."Awas!" Kevin melempar belasan butir mutiara tersebut ke arah mereka, seketika mereka terjatuh di tanah dan kesakitan."Semuanya, kita bunuh w
Teriak Raja Biru, dia merasa Kevin hanyalah seekor ayam lemah yang tidak tahu berasal dari mana."Aku adalah muridnya Nenek!”Ucap Kevin."Segera bawa orang kalian pergi dari Istana, kami masih bisa mengampuni kalian!""Haha, mengampuni kami? Sekarang pasukan kami yang sedang menyerangmu, kamu bilangkamu bisa memaafkan kami? Lucu!" Kata Raja Biru sambil tertawa sinis."Kamu adalah muridnya Nenek? Kalau begitu aku akan membunuhmu dulu, lalu baru menghancurkan Istana!""Bocah, mati kamu!" Raja Biru sudah menganggap Kevin adalah seekor ayam lemah, dia mau menggunakan Kevin untuk mengancam mereka semua, juga sebagai balasan atas kematian bawahannya tadi."Cari mati!"Keempat wanita ingin bergerak untuk mengatasi Raja Biru. Seketika mereka berempat berlari ke arah Raja Biru! Kedua pihak mulai bertarung. Kemampuan Raja Biru juga tidak lemah, walaupun dia dikepung oleh empat orang, tapi dia tetap tidak panik, bahkan bisa mengimbangi mereka berempat."Aku juga ikut!"Ada beberapa pemimpin
"Tidak tahu malu…""Murid boleh dibunuh, tapi tidak boleh dihina, kami semua akan menghabisi kalian.""Nona Ranti, ayo kita bergerak, orang-orang yang tidak tahu malu ini sangat keterlaluan."Para pengikut dari Istana meminta Ranti memberi perintah untuk bertarung dengan mereka, tapi Ranti sebagai penanggung jawab Istana sementara, jika keputusannya membuat Istana hancur seketika, bagaimana dia bisa bertemu dengan pemimpin?Rantig terdiam."Nona Ranti tidak bicara, berarti ku anggap kamu menyetujuinya."Raja Biru tertawa, dia memanggil seorang bawahannya yang jelek, menunjuk para pengikut dari Istana dengan dagunya"Ku Beri kamu satu kesempatan, kamu boleh mengelus satu wanita yang kamu suka! Tenang saja, mereka tidak berani menyerang, jika mereka berani menyerangmu, maka kita semua akan meratakan Istana ini!"Raja Biru mendorong bawahannya itu ke arah para pengikut Istana. Para pengikut Istana menatap seorang bawahan yang sedang tertawa jahat itu, dia tidak bisa membiarkan para peng
"Ayo pergi! Kita harus sampai di Istana lebih cepat." Kata Kevin yang tidak mempedulikan sarang Rani."Baik!"Di antara Rani, Bunga, Meri dan Dara, Rani dan Bunga memimpin di depan, Meri dan Dara berjalan di belakang. Dengan pantulan cahaya bulan, pemandangan di sekitarnya masih sangat jernih. Karena Kevin jalan kaki, jadi tubuh mereka bisa mengeluarkan panas, sehingga mereka tidak dingin. Setelah 1 jam lebih, mereka akhirnya bisa melihat cahaya di puncak."Tuan muda Kevin, itu adalah istana kita!" Kata Rani kepada Kevin, sambil menunjuk ke arah cahaya itu."Baik, ayo kita pergi!"Ketika Kevin semakin dekat ke Istana, mereka melihat mayat yang berserakan di tanah, ada dari organisasi lain, ada juga dari istana.Emosi keempat wanita itu juga sangat bergejolak! Mereka ingin sekali bergegas ke Istana dan menghabisi semua orang yang masuk ke istana. Ketika mereka berada sekitar 500 meter dari istana, mereka melihat banyak sekali orang di depan gerbang istana!Itu adalah orang dari organ
"Mana obatnya, cepat beri dia makan!"Teriak Kevin."Tuan muda Kevin, sudah kami berikan kepada nona Elmira." Kata Rani. Sekarang bagi Elmira, obatnya sudah tidak terlalu berguna lagi." Kevin…”Panggil Elmira dengan suara lemah."Sebenarnya…. aku tahu kamu menipuku. Penyakit aku…. aku sendiri tahu. Aku sangatbahagia, kamu bisa membawa aku datang untuk…untuk melihat pemandangan, tapi… tapi aku mungkin tidak bisa menemanimu lagi...""Tidak!" Mata Kevin penuh dengan air mata. Dia berbicara."Elmira, kamu dengarkan aku. Aku pasti akan menyembuhkanmu. Rani mengatakan di Istana ada Teratai Salju. Setelah makan Teratai Salju, penyakitmu pasti akan sembuh, percaya padaku...""Kevin…" Elmira tiba-tiba pingsan kembali."Elmira! Elmira!" Kevin terus berteriak. Setelah memastikan Elmira masih bernafas, dia langsung menyuruh Rani, Bunga untuk memegangnya. Kevin juga duduk ke atas ranjang."Elmira, kamu tidak akan mati. Kita masih belum pernah menikmati hari bahagia bersama, bagaimana kamu bi
Kevin menggendong Elmira masuk ke dalam mobil. Rani, Bunga dan Meri yang menjaga Elmira. Dara duduk di samping Kevin dan mengarahkannya.Kevin mengendarai mobilnya keluar dari Kota, dan langsung melaju ke Istana.Istana terletak di Pegunungan Puncak Emu, sekitar 2000 meter diatas permukaan laut, umumnya hanya sedikit orang yang pergi ke sana, kecuali beberapa pendaki gunung dan penjelajah. Tapi infrastrukturnya sangat hebat. Jadi bukan hanya ada jalan umum, tapi juga ada petunjuk jalan.Istana hidup di zaman modern. Tentunya semua rumah dan listrik di dalamnya itu, Istana yang membayar orang untuk memasangnya. Dengan arahan Dara, Kevin sampai di pegunungan. Pemandangan di sini berbeda dengan yang lain. Jalan dua arah yang panjang ini dikelilingi oleh gunung-gunung tinggi."Tuan muda Kevin, kematian ketua belum aku sampaikan ke istana. Kebetulan kali ini kamu juga bisa mengadakan ritual penerimaan posisi ketua di istana." Kata Meri."Sekarang semuanya tidak penting, aku hanya berhara