Share

Bab 4

"Baik tuan, tunggu sebentar…." Setelah selesai berbicara, Indra duduk di depan komputer dan mengoperasikannya. Berdasarkan instruksi Indra, Kevin menekan beberapa sidik jari lagi.

"Sudah bisa, Tuan Kevin..." Indra menekan tombol "OK" di layar dan tabel akun Kevin telah muncul. Indra mengarahkan jarinya ke nomor di bawah sisa saldo rekening di layar komputer dan berkata, "Tuan Kevin, ini adalah total rekening pribadi Anda saat ini..." Awalnya Indra biasa saja, tetapi setelah melihat dengan jelas, dia sangat terkejut.

"Salah…!" Indra tiba-tiba menyadari bahwa dia telah salah menghitungnya, "Sisa saldonya senilai 30 triliun rupiah." Setelah selesai membacanya, Indra tidak tahan untuk menarik nafas karena masih tidak percaya pria 20 tahun yang ada di depannya adalah seorang yang sangat kaya raya.

Seorang pemuda berusia 20 tahun seperti Kevin, saat ini memiliki aset yang begitu besar! Ini adalah uang di mana hampir 99% orang di dunia tidak bisa mendapatkannya dalam hidup mereka. Kevin menatap angka di layar dan merasa aneh. Dia berkata pada dirinya sendiri, bahwa dia harus cepat beradaptasi dengan identitasnya sebagai generasi kedua yang sangat kaya.

"Oh iya, Anda masih memiliki aset lainnya dan saya akan menunjukkan sekarang kepada anda Tuan..." Indra menggunakan kursor untuk mengoperasi beberapa halaman berturut-turut dan akhirnya menekan tombol OKE, Layar pemantauan pun muncul di layar komputer.

"Ini adalah layar pemantauan aset fisik kekayaan Anda di tempat lain di dalam bank kami..." Indra menjelaskannya kepada Kevin, lalu menekan salah satunya dan layar komputernya muncul bahwa ada salah satu mobil sport milik Kevin . Pojok kiri atas menampilkan "100 motor Harley yang di sebar di beberapa kota…" Pojok kanan bawah menampilkan tulisan "100 Lamborghini juga di beberapa kota…". Indra menekan gambar lainnya untuk Kevin. "Bank di kota lainnya menunjukan aset emas batangan…" dan dari seluruh cabang Bank yang tersebar di banyak tempat hampir semua aset kekayaannya ada.

Ketika melihat aset Kevin di mana-mana, mata Indra hampir saja keluar. Jantungnya hampir copot karena tidak percaya, bagaimana bisa dia menghasilkan semuanya ini, Dia belum pernah melihat orang yang begitu kaya seperti Kevin, bahkan menurutnya Kevin adalah orang terkaya dikota tersebut. Indra tidak pernah menemukan ada orang yang mencapai 1/10 dari aset Kevin.

"Baiklah tolong ajukan sebuah kartu untukku..." Kata Kevin saat Indra sedang memikirkan semua milik Kevin. "Baik, saya segera mengajukan kartu untuk anda, silakan ditunggu sebentar Tuan, apakah anda ingin dibubarkan kopi atau teh…?" Kevin menjawab "Tidak perlu repot-repot…" Indra pun segera menyetujuinya, kemudian dia pergi mengajukan kartu Kevin secara langsung.

Hanya dalam waktu 15 menit, kartu Khusus atas nama Kevin telah selesai diajukan. Indra melihat kartu itu, kemudian memikirkan aset Kevin dan merasa bahwa kartu ini terlalu menghina identitas Kevin, karena tidak sesuai dengan apa yang Kevin miliki. Tak berdaya, kartu paling tinggi yang dapat ditangani oleh bank cabang Bengkulu adalah kartu khusus semacam ini.

Indra mengulurkan kedua tangannya untuk memberikan kartu ini ke depan Kevin, "Tuan Kevin, ini adalah kartu Anda." Kevin pun mengangguk "Baiklah, terima kasih…" Kevin mengambil kartu itu, lalu berterima kasih padanya dan berdiri untuk berjalan keluar. "Tuan Kevin, silahkan tunggu..." 

Bagaimana mungkin Indra berani mengabaikan nasabah besar seperti Kevin? Dia harus mengantarkannya keluar secara pribadi, tetapi sistem pemeriksaan aset di komputernya masih belum ditutup, sedangkan mesin verifikasi sidik jari, peralatan pengenalan iris dan lainnya masih belum dimasukkan ke dalam brankas. Pemantauan di ruang VIP terhubung ke kantor pusat penanggung jawab distrik. Dia tidak berani melanggar aturan untuk menghadapinya.

Di dalam lobi utama. Nina sedang menunggu dengan sangat cemas karena takut ada hal yang tidak diinginkan terjadi didalam ruangan manajer operasional, mengapa orang itu tidak kunjung keluar juga? Mungkinkah anak itu membunuh Pak Indra di dalam ruangan? Nina menjadi semakin ketakutan saat dia memikirkannya. Dan tidak lama setelah itu, Kevin keluar dari ruangan pak Indra. 

"Berhenti…!" Nina tiba-tiba berteriak, lalu berjalan cepat menuju Kevin dan menarik pakaian Kevin, "Kamu Tidak bisa pergi, karena kamu masuk ke dalam ruangan tanpa izin. Setelah kami memastikan bahwa tidak terjadi sesuatu, aku akan mengirim kamu ke kantor polisi…"

Dengan tenang Kevin menghadapi Nina "Apa yang kamu katakan! Lepaskan…!" Kevin terheran-heran dengan sikap wanita itu sejenak. Nina menarik baju Kevin dengan erat dan tidak bisa dilepaskan.

Bukankah wanita ini terlalu kasar? Dia telah melihat sebelumnya di lobi bahwa dia merendahkan dirinya. Kevin tidak mempermasalahkan hal itu, dia tidak memperpanjang masalahnya, tetapi wanita ini sudah mulai main tangan. "Apa ini…?" Mata Nina tajam dan melihat kartu blackgold yang terlihat di saku Kevin. Dia menariknya keluar dengan cepat dan menatap Kevin seolah-olah telah memperoleh bukti bahwa Kevin mencuri.

"Beraninya kamu mencuri kartu blackgold tertinggi di Bank, ini telah melanggar kejahatan keuangan dan kamu harus diantar ke kantor polisi sekarang juga…" Nina tidak tahu bahwa kartu itu sudah menjadi milik Kevin. Dia tanpa sadar mengira, bahwa pasti Kevin yang memasuki ruangan dengan beribu alasan, lalu berpura-pura menjadi bodoh dan tercengang. Saat manajer Indra tidak memperhatikannya, dia mencuri kartu blackgold tersebut.

"Ada apa denganmu, lepaskan…!" Kevin benar-benar muak dengan wanita ini. "Sekarang kamu merasa bersalah bukan…?" Nina semakin memperkuat pikiran batinnya saat keduanya membuat keributan, nasabah lainnya di dalam lobi juga bergegas menghampiri Kevin dan Nina yang sedang adu mulut di ruangan, lalu mereka mengepung keduanya, bahkan ada beberapa nasabah yang melangkah maju untuk membantu Nina menangkap Kevin. 

Pada saat ini, Indra yang telah membereskan pekerjaannya, keluar dari ruangan dengan cepat. Dia secara pribadi telah melihat semua aset Kevin. Dia adalah penyimpan terbesar di bank cabang Bengkulu, apalagi saat melakukan verifikasi dengan mesin pengenal sidik jari, itu mengatakan bahwa Kevin hanya memiliki sebuah rekening di keluarganya. 

Satu buah rekening yang terdapat begitu banyak uang, belum lagi itu hanya dari satu orang, belum lagi dari keluarga lainnya? Seberapa sulit bagi orang lain untuk bertemu dengan orang yang sangat penting seperti ini? Setelah bertemu dengannya Indra ingin menjadi bagian dari orang terdekat Kevin.

"Bisakah aku membuatnya terkesan…?" Ucap Indra dalam hati. Sekalipun merasa asing, tetapi menurut pandangan Indra, itu juga merupakan kehormatan yang sangat besar bisa melayani dan memiliki potensi keuntungan yang sangat besar baginya dan bagi Bank yang dia pimpin.

Komen (11)
goodnovel comment avatar
Rani Oktaviani
makin lama bab nya makin pendek. terus beli koin terlalu mahal. bonus juga sedikit. harus nunggu seharian baru dapet. iklan terus...
goodnovel comment avatar
Wasan
cerita nya memang mirip2 semua
goodnovel comment avatar
Wasan
koin nya terlalu mahal dan susah prosedur nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status