Saat ini, Kevin sudah berjalan ke sisi ranjang, sedangkan Damar berdiri di belakangnya. Ketika melihat Kevin yang sama sekali tidak ada persiapan, otot-otot lengan Damar perlahan mengencang dan ada kesan kekejaman di matanya. Dia adalah praktisi Judo yang telah mencapai tahapan dan kelima.Sekarang posisinya dan Kevin memungkinkan dia untuk mencekik leher Kevin dengan sangat mudah. Setelah dia mencekik leher Kevin, dia akan seperti seekor ular piton yang perlahan-lahan mengencangkan tubuhnya sampai Kevin mati.Tepat ketika Damar hendak bertindak, dia melihat Fikri yang segera mengeluarkan pistol dari bawah bantalnya dan membidiknya ke arah Kevin, kemudian menyeringai dan berteriak."Pergilah mati sana."Fikri selalu membawa pistol di sisinya. Tiba-tiba dia teringat bahwa pistolnya diletakkan di bawah bantal, sehingga dia mundur di atas ranjang. Dia memohon pengampunan dari Kevin, demi mengalihkan perhatiannya dan menurunkan kewaspadaannya. Saat ini, dia mengeluarkan pistolnya dan ingi
"Medi, beraninya kamu berulah, cobalah jika kamu berani menembakku! Aku akan membunuhmu!" Seru Fikri dengan panik."Maafkan aku, Tuan muda Fikri!" Medi perlahan mengangkat pistolnya.Dari sikap Kevin yang tenang, dia tahu bahwa jika dirinya tidak mengikuti apa yang dikatakan Kevin, maka dialah yang mungkin akan tertembak."Kamu..." Seluruh tubuh Fikri sedang gemetar. Dia menatap Damar dan berbicara."Kakak, cepat minta dia untuk menghentikannya, cepat, dia akan menembakku...""Medi!" Teriak Damar."Kakak, kamulah yang memperlakukanku dengan baik, cepat minta dia letakkan pistolnya..."Fikri merasa sangat gembira, karena kakak sepupunya telah menyelamatkannya. Diamenatap Medi dan mengutuknya."Cepat letakkan pistolnya, apakah kamu tidak tahu siapakah kakakku? Jika kamu berani tidak mematuhinya, keluarga Damar tidak akan melepaskanmu pergi, letakkan pistol itu sekarang!""Fikri!"Damar menatap Fikri dan mengerutkan kening. Fikri merasa terkejut, sepertinya Damar bukan ingin menghen
"Panggil ambulans segera!" Kata Damar sambil menatap satpam yang terkejut itu. Beberapa satpam itu segera mengangguk dan seseorang dari mereka mengeluarkan ponsel untuk menelepon nomor darurat."...Kakak, aku telah... Melakukan apa yang kamu katakan, kamu harus membantuku untuk membalas dendam dan membunuh satpam itu... Dan Medi, aku ingin mereka seratus kali lebih buruk dariku..." Fikri telah menyesuaikan beberapa kesakitan dari pahanya. Dia mendongak dengan susah payah, lalu menatap Damar dan berbicara demikian."Baiklah, kakak akan mengingat pengorbananmu untukku kali ini."Damar berjalan dan berjongkok di sisi Fikri. Dia mengusap kepala Fikri dengan lembut, lalu perlahan mengalihkan pandangannya ke kejauhan. Matanya memancarkan sedikit kesan kebencian dan berbisik."Aku akan membiarkan satpam itu merasakan hidup yang tidak sebanding dengan mati dan membiarkan dia merasa putus asa, kemudian aku akan membunuhnya secara pribadi!"Damar tidak mengizinkan seseorang yang memiliki kete
Dokter dan perawat segera masuk ke dalam kamar bangsal dan menopang Tora untuk melakukan operasi."Kevin, kamu..." Tora sangat terkejut. Kevin tidak pergi, melainkan dia pergi untuk memanggil dokter!"Kakak Tora, jangan katakan apa pun sekarang, lakukan operasi dulu!" Kata Kevin sambil menatap Tora.Kevin merasa sangat marah setelah dia mengetahui bahwa pihak rumah sakit tidak melakukan operasi pada Tora yang tidak punya uang, kemudian Kevin segera pergi keruang rawat jalan di lantai bawah dan meminta perawat mencari dokter bedah terbaik di rumah sakit ini untuk melakukan operasi pada Tora.Dia memiliki selembar kartu bank yang diberikan oleh keempat gadis dan Kevin langsung membayar biaya operasinya, kemudian pihak rumah sakit segera mengirim dokter dan perawat. Kevin dan Laura merasa lega setelah melihat Tora didorong masuk ke dalam ruang operasi, kemudian mereka berdua duduk di deretan kursi di koridor.Saat ini, hati Laura penuh dengan rasa terima kasih terhadap Kevin."Kakak K
"Baik!" Jawab dari kedua polisi itu dan menahan Kevin keluar."Kakak Kevin..." Setelah melihat Kevin yang dibawa pergi oleh polisi, Laura merasa sangat khawatir, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi kakaknya masih di dalam kamar bangsal sekarang. Dia juga tidak bisa pergi.Kevin didorong masuk ke dalam mobil polisi oleh kedua polisi dan mobil polisi itu melaju ke kantor polisi cabang luar. Polisi wanitu itu duduk di kursi sebelah pengemudi, sedangkan Kevin diapit di antara kedua polisi di baris belakang."Kamu juga benar-benar hebat, beraninya kamu menyentuh Tuan muda terhormat, aku mendengar bahwa Tuan muda Fikri langsung dibawa masuk ke dalam UGD di Rumah sakit! Jika ada sesuatu hal yang terjadi pada Tuan muda Fikri, huh, tamatlah..." Kata seorang polisi sambil menatap Kevindengan tersenyum."Aku sudah bilang bahwa bukan aku yang menembaknya." Kata Kevin."Diam! Tidak peduli itu adalah kamu atau bukan, itu akan jelas nantinya, kamu yang demikian, hanya bisa meningkatk
"Pada saat yang bersamaan, aku meragukan pernyataanmu. Menurut informasi yang kumiliki, Medi pernah jadi petinju, apakah kamu benar-benar bisa menaklukkannya? Dan juga, Medi dan Fikri menembakmu dengan pistol, apakah kamu telah menghindar dua kali dari tembakannya? Kedengarannya seperti fantasi!" Kata polisi wanita sambil menyeringai."Aku sudah bilang bahwa aku tidak berbohong."Kata Kevin."Huh, tidak peduli itu benar atau tidak, hasilnya akan segera keluar. Interogasi untuk hari ini sampai di sini dulu, kami perlu menahanmu sampai kebenaran dari kasus ini sudah keluar!" Kata polisi wanita sambil menutup kertas interogasi.Polisi wanita itu berdiri. Ketika dia melihat Kevin juga berdiri, matanya berkedip dan tangan kanannya tiba-tiba mengeluarkan pisau tangan, yang hendak akan mengenai leher Kevin. Kevin sedikit terkejut dan segera menundukkan kepalanya untuk menghindari pisau itu.Polisi itu tidak menyangka bahwa Kevin bisa menghindarinya dan tidak tahan untuk merasa kagum pada K
Saat ini, Kepala polisi Fandi telah kembali ke kantor polisi. Awalnya, dia sudah pulang dan hendak akan beristirahat, tetapi setelah menerima laporan tentang kasus penembakan yang melibatkan Fikri dan Damar dari bawahannya, dia segera berpakaian dan bergegas kembali ke kantor polisi tanpa mengatakan apa pun. Lagi pula, kasus ini juga terkait dengan Tuan muda Fikri dari Grup dan Damar dari keluarga terhormat, yang bahkan lebih serius.Setelah melihat Kepala polisi tiba, semua orang di kantor polisi langsung berdiri untuk menunjukkan rasa hormat."Bagaimana dengan kronologi kasusnya, segera ke ruangan kantorku untuk melapornya sekali lagi dengan detail!" Fandi merasa sangat cemas sekarang. Dia berbicara kepada seorang petugas polisi yang sangat cermat di kantor polisi. Dia perlu memahami kasus ini secepat mungkin."Baik." Jawab polisi itu dan berjalan menuju Fandi.Saat Fandi baru saja menggenggam pegangan pintu ruangan kantornya, ponselnya telah berdering. Ketika dia melihat nama di
"Tuan muda Fikri..." Dokter perlahan menggelengkan kepalanya dan berkata dengan jujur."Kami telah mengeluarkan tiga peluru dari kaki Tuan muda. Peluru itu telah merusak jaringan otot Tuan muda Fikri secara total. Meskipun sudah sembuh total, Tuan muda Fikri juga sudah lumpuh dalam kemampuan berjalannya.""Apa! Dasar kalian dokter sialan! Mengapatidak menyembuhkan anakku sepenuhnya?" Ayah Fikri menendang dokter ahli bedah itu ke lantai dan lanjut menendangnya beberapa kali, yang membuat dokter itu menutupi perutnya sambil menjerit kesakitan.Ayah Fikri mengutuknya."Jika anakku lumpuh selamanya, aku akan langsung meminta rumah sakit kalian untuk memecatmu!""Hah! Tidak, aku tidak ingin menjadi orang lumpuh, lebih baik aku mati daripada hidup dengan kondisi yang lumpuh!" Setelah Fikri yang terbangun mendengar kata-kata dokter, dia juga merasa penuh takut dan cemas."Anakku, tidak akan, kakimu tidak bisa disembuhkan di sini, karena kemampuan medis mereka tidak bagus. Ibu akan segera