Share

Manusia Penakluk Dunia
Manusia Penakluk Dunia
Penulis: Jinada

1. Australia Has Fallen

Lina, Steve, Roman, Kamal, Tom, Justin.... belasan nama terlintas dalam pikiran Jillian.

“Jillian.”

Jillian berlari meninggalkan laki-laki sekarat dan bocah yang menangis di belakangnya. Ia melompat dengan tangan kanan siap mengayunkan pedang hitam diikuti puluhan pedang hitam bagaikan sayap terbang. Satu monster Balkanji kepalanya terbelah dan dua yang lain tertusuk oleh belasan pedang hitam.

“Jillian.” Seorang menyebut namanya dengan lirih. Jillian berdiri memandang seorang laki-laki tua yang terbaring. Lubang di perut telah membentuk danau darah di sekeliling tubuh tua itu. Meski sekarat, laki-laki tua itu masih sadarkan diri.

“Paman!” isak Jillian.

Saat itu juga monster-monster terlihat berlari ke arah mereka. Bocah itu menangis, laki-laki tua itu terbaring sekarat, dan Jillian berlutut tanpa harapan.

“Khaaaaaaaaaaaa!!!” Lolongan keras dari monster Balkanji bergema di atmosfer hingga membangunkan kesadarannya.

***

“Hah, hah?” Jillian terbangun dari mimpi dengan keringat dan nafas setelah berlari berkilo-kilo meter.

“Oekkk,” tangis bayi mulai terdengar.

“Did Mulan wake you up, Honey?” suara halus Arina menyapanya. Jillian menggelengkan kepala.

“That’s dream?”

Jillian menganggukkan kepala. Arina kemudian keluar kamar mengendong Mulan yang masih menangis. Saat dia kembali, putri kecil mereka sudah tenang dan juga Arina membawakan segelas kopi.

Jillian keluar menuju balkon kamar hotel untuk merokok dan mengembalikan kesadarannya setelah bangun tidur. Jakarta, setelah bertahun-tahun tidak pulang ke Indonesia akhirnya dia kembali. Jadi inilah Kota Jakarta. Udara di pagi hari masih segar dan nikmat tetapi pemandangan sangat terlihat padat dan penuh sesak, sangat berbeda dari London. Orang mengatakan kota ini penuh polusi tetapi udara pagi selalu segar untuk dinikmati dengan secangkir kopi.

Ketika Arina mengetuk jendela, Jillian bisa melihat William dengan dua orang pegawai hotel menyiapkan makanan.

“Boss, your breakfast is ready with Indonesian food as your wish,” sapa William dengan senyum ramah. Sesekali memperkenalkan makanan Indonesia untuk Arina mungkin tidak buruk.

Istrinya yang seorang wanita Jepang dan suka memasak pasti akan senang mencicipi cita rasa baru dari masakan Indonesia. Di depan mereka terdapat sajian nasi, belahan telur, mi, suwiran ayam, sambal dan masing-masing dimasak berbeda. Itulah nasi uduk. Jillian mulai mengambil suapan pertama langsung dengan tangan kosong. William dan Arina membuka mata lebar-lebar.

“Some Indonesian food should eat by hand directly,” ucap Jillian.

Mereka mencobanya dengan canggung. Sesekali Mulan ikut merebut sarapan dari ibunya, itu sangat membahagiakan bagi Jillian untuk melupakan mimpi buruk. Sedangkan William terlihat sangat menikmati sarapannya. Sekretaris Jillian itu telah mengenakan pakaian rapi saat sarapan sedangkan Jillian dan Arina masih berpakaian baju tidur.

“I’ve found a tour guide for you, Arina,” ucap William.

“Is it true? We’ll go around Jakarta. Thank you Daddy, thank you Willy,” ucap Arina bersemangat dengan memainkan jemari Mulan. Jillian pun ingin mencoba berkeliling Jakarta, meskipun dia lahir Indonesia tetapi tak sekali pun memiliki kesempatan untuk datang ataupun berkeliling mengenal ibukota. Masa kecilnya ia habiskan di Surabaya dan sekali dia ke Jakarta hanya untuk mendaftar sebagai hunter.

“Ehmm, will Elma come?” bisik Arina saat merapikan dasi suaminya. Tak dipungkiri nama itu menyinggung Jillian yang membenci para elf.

“Maybe,” jawab Jillian dengan melakukan kecupan nakal ke leher istrinya. Arina tidak mencoba melepaskan diri karena sudah hafal sifat Jillian yang akan semakin menggila bila dia mencoba menolak. Tetapi selama beberapa menit Jillian masih belum mengendurkan serangannya, ini akan sangat buruk bila suaminya terlambat pergi.

Klek....

Pintu terbuka oleh William, “Boss, we should...” kata-katanya terhenti karena tidak enak mengganggu aksi bosnya. Tetapi Jillian terlanjur menoleh ke arah William dan memudarkan keinginannya.

Arina menahan lengan Jillian yang hendak pergi, “Don’t come home late.”

Jillian berbalik untuk mencium kening Arina dan segera pergi.

***

Selama dalam mobil, William menyiapkan berbagai teks pidato ataupun menjelaskan acara konferensi yang akan Jillian hadiri. Konferensi tahunan dari World Hunter Organization (WH Organizattion) diadakan setiap tahun untuk mengingat sejarah insiden gates yang terjadi di Australia. Ribuan hunter tewas dalam perang melawan monster-monster. Jutaan nyawa manusia di Benua Australia menjadi korban dari gerbang monster dunia lain yang muncul. Orc, Troll, Goblin, Balkanji, dan monster lainnya muncul bersamaan bagaikan invasi.

Para hunter di seluruh dunia mewakili guild dan negara mereka datang untuk melawan. Dari 3000 hunter yang berperang hanya 20 orang yang selamat, dari 23 juta jiwa warga Benua Australia hanya 10% penduduknya yang selamat, dan salah satu hunter yang berhasil mengakhiri perang tersebut adalah Jillian.

“Jadi acara ini akan selesai pukul 02.00 siang?” tanya Jillian.

“Benar, Boss.”William mengangguk.

Sepuluh tahun yang lalu yang lalu Jillian menyelamatkan William dari kejaran monster di Benua Australia. Setelah pembantaian tersebut berakhir, Jillian mengajak William untuk tinggal dan berlatih bersama. Lima tahun kemudian Jillian dinobatkan sebagai hunter terkuat di dunia dan diangkat menjadi kepala WH Organization. Sedangkan William mulai melekat sebagai adik, sahabat, dan orang terpercayanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status