Share

Cara agar Tidak Mati

Hail yang merasa tidak nyaman ditatap seintens itu oleh sekretarisnya sendiri berujar, “Ran, kau terlihat tidak waras sekali, butuh dokter?”

Namun gadis tersebut malah melompat dari kasur, menerjang sang atasan dengan sangat tidak sopan. “Bidadaraku!” pekiknya memeluk erat leher Hail.

Hail yang panik reflek saja mendorong Ranesha, cukup keras hingga membuat perempuan itu terpental ke lantai.

“Jin apa yang merasukimu!” hardiknya dengan napas yang tersengal-sengal. Ranesha seperti orang lain, gadis itu tidak pernah begini. Dia biasanya sangat sopan dan berpendidikan.

“Aduh!” Ranesha meringis pelan, tubuhnya tergolek lemah tak berdaya di lantai. Baru sekarang gadis ini sadar kalau kaki dan punggungnya terasa sangat sakit jika salah gerak.

Ranesha menatap Hail setajam silet, lalu ia membentangkan kedua tangan dengan wajah tertekuk. “Gendong!” rengeknya yang sadar diri kalau tidak bisa bangun sendiri untuk kembali berbaring ke kasur.

Hail bergeming, ia tertegun untuk beberapa saat. Melihat pemandangan langka ini seperti menonton kelahiran bayi dinosaurus. “Kau—”

“Ini adalah mimpiku! Setidaknya biarkan aku berbuat sesuka hati, dong!” sergah Ranesha terlihat menyedihkan.

Membuat Hail jadi tidak tega. Nuraninya tergoncang, Ia dengan ragu-ragu menggendong Ranesha dan meletakkan tubuh gadis itu kembali ke kasur yang empuk.

“Jangan melompat sembarangan, memangnya kau katak!” bentaknya masih tidak terima.

Terkekeh pelan, Ranesha dengan berani mengelus pipi Hail. “Hehe, kalau begini, mati pun aku tidak apa-apa.”

Hail segera menangkap tangan nakal Ranesha. “Sepertinya otakmu juga sakit, aku akan mengirim dokter kejiwaan nanti,” cetusnya terdengar seperti ultimatum.

Ranesha langsung menarik tangan dan mencibir. “Bahkan setelah mati pun aku tetap dianggap gila, cih.”

Hail semakin tidak mengerti. Sekretarisnya ini baru siuman setelah empat hari karena jatuh dari tangga rumah sendiri. Mengherankan, apakah orang bisa berubah sedrastis ini setelah menghadapi kematian? Atau ini hanya pengaruh obat saja, ya.

“Aku pergi,” pamit Hail langsung menggerakkan tungkainya ke pintu. Ia berhenti setelah memegang knop lalu berbalik. Memastikan Ranesha tidak melakukan hal gila atau semacamnya lagi.

“Ran,” panggilnya pelan.

Mata mereka bertemu, Ranesha dapat melihat keteduhan tatapan Hail dari netra yang memiliki sinar redup itu.

“Apa?” ketusnya tidak sopan.

Terlihat sedikit ragu, Hail memberanikan diri untuk berkata, “Selamat, kau terlihat lebih hidup sekarang,” pujinya kemudian melangkah pergi, menghilang di balik pintu.

Ranesha masih tidak mengerti. “Ini mimpi apa bukan, sih?” serunya berbicara sendiri.

Ia pun menoleh ke samping, ada cermin besar di sudut sana yang menunjukkan sosok wanita dengan paras yang luar biasa cantik dan elegan.

Ranesha tertegun beberapa sekon. “Siapa wanita cantik di sana?” racaunya menunjuk ke arah cermin. Wajah yang tak asing itu pernah ia lihat dalam sebuah webtoon populer yang masih berusaha akal sehatnya sangkal.

“Tidak mungkin, haha!” Ranesha tergelak.

Namun beberapa detik kemudian kepalanya diserang oleh jutaan memori dari tubuh yang jiwanya tempati kini. Kenangan-kenangan dari tubuh itu kecil sampai dewasa, menyerbu kepala Ranesha bersama-sama. Membuat gadis itu kesakitan luar biasa.

“HENTIKAN!” jeritnya begitu heboh dan menggemparkan seisi rumah yang seperti istana itu.

***

Perjuangan Cinta Meriel adalah webtoon terkenal yang mengisahkan tentang cinta dari seorang wanita bernama Meriel dan seorang laki-laki yang lebih muda sembilan tahun darinya, Aron Deimos. Selain masalah usia, cinta keduanya juga terhalang karena Meriel yang menyandang status sebagai istri dari seorang CEO dari Delmara Company, Hail Delmara, pemeran kedua laki-laki dalam cerita itu. Sedangkan peran Ranesha adalah sebagai sekretaris Hail sekaligus teman masa kecil yang hanya bisa mencintai Hail dalam diam.

“Beh, luar biasa sekali!” puji Ranesha yang saat ini tengah ditata rambutnya oleh sang pelayan setia, Lily.

“Nona suka?” tanya Lily tersenyum manis, begitu asyik menyisir rambut lurus dan tebal milik majikannya.

Bukan itu yang Ranesha puji, ia berujar ironi. Pasalnya hidup menjadi tokoh sampingan bukanlah hal mudah. Apalagi dia adalah Ranesha Seibert.

“Lily, apa yang akan kau lakukan jika tahu di masa depan kau akan mati?” tanyanya tiba-tiba.

Walaupun belum membaca webtoon Perjuangan Cinta Meriel sampai tamat, Ranesha tahu dari spoiler yang mengatakan kalau terjadi tragedi yang membuat Hail dan Ranesha mengorbankan nyawa demi janin Meriel.

“Saya akan mengubahnya,” jawab Lily meski nampak bingung dan sedikit terkejut.

Mudah sekali kalau bicara. Ranesha menghela napas berat. “Aku ingin hidup jadi batu.”

“Eh, kenapa?”

“Enak, kan? Tinggal diam saja tidak perlu berbuat apa-apa. Tidak akan sakit hati, tidak usah berjuang, tidak merasakan apa pun. Sangat tenang,” cerocos Ranesha lancar.

Apalagi berdasarkan ingatan tubuh ini, hidup Ranesha cukup rumit. Ia harus tinggal bersama orang yang menyebabkan kematian ibu dan adiknyanya sendiri, Caspian Seibert, ayah dari Ranesha. Bahkan pria itu tidak menganggap kehadiran Ranesha, para pembantu di rumah ini pun juga demikian. Hanya Lily yang tulus dan dapat dipercaya.

“Batu bisa terkikis oleh air,” jujur Lily menyebalkan.

“Ah! Jangan merusak filosofiku tentang batu!” bentak Ranesha seperti bocah berumur sepuluh tahun, menggemaskan.

“Tapi saya tidak akan menyerah begitu saja jika tahu masa depan tentang kematian saya,” jelas Lily lagi membuat Ranesha diam sejenak untuk kembali berpikir.

“Benar, aku harus mengubahnya!” Mata Ranesha berubah, seperti ada percikan api yang membara di dalam sana. Siapa juga yang ingin mati dua kali?

Kemudian setelah beberapa hari, akhirnya gadis itu sembuh total dan dapat kembali bekerja, yakni sebagai sekretaris Hail di Delmara Company yang akhir-akhir ini menjadi salah satu perusahaan terpandang karena terobosan produk mereka yang sangat efisien dalam dunia pendidikan. Sebuah aplikasi dengan sistem IA yang cerdas.

“Ya, pagi.” Ranesha menyapa balik para karyawan yang melintasinya sepanjang jalan meski gadis itu terlihat buru-buru.

“Oke, ini dia.” Ranesha terlihat menyiapkan diri dengan mengambil napas dan mengembuskannya secara teratur. Ia juga menepuk dan menggosok baju yang dikenakan serapi mungkin.

Dirasa siap, Ranesha mendobrak pintu ruang kerja Hail dan berseru lantang, “Pak, mari kita selingkuh!”

Hail dan dua orang klien yang tengah berdiskusi di sana tercengang bengang. Mereka membeku seperti Malin Kundang yang dikutuk ibunya menjadi batu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status